Pages

Wednesday, April 23, 2014

4 Tahun Perjalanan Tim Terpadu Riset Mandiri

2014-02-18 13:02:58 WIB

4 Tahun Perjalanan Tim Terpadu Riset Mandiri

Politikindonesia - Sepanjang 4 tahun terakhir, Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) telah melakukan penelitian di sejumlah lokasi terkait hubungan peradaban yang hilang di masa lalu yang musnah disebabkan oleh berbagai bencana alam bersifat katastrofi. Hasil penelitian tersebut dilaporkan secara berkala kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan jajaran menteri, stake holder terkait.

Kata Ketua Tim Terpadu Riset Mandiri Dr Danny Hilman Natawidjaja, Presiden SBY memberikan perhatian serius terhadap penelitian kebencanaan ini. Setidaknya, dari kurun Februari 2011 hingga 18 Mei 2013, sudah 3 kali tim yang diinisiasi kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) ini melaporkan secara langsung perkembangan riset mereka kepada Presiden SBY.

Danny menyebut, sejumlah arahan Presiden terkait penelitian ini juga ditindak lanjuti oleh Sekretariat Kabinet dan Sekretariat Negara dengan pertemuan Coffee Morning bersama para menteri dan kepala instansi terkait pada tanggal 24 Mei 2013.

“Bahkan, sejak tahun 2012, dengan difasilitasi oleh SKP‐BSB, Tim Terpadu juga sudah sering melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pekerjaan Umum,” ujar dia.

Ditambahkan Danny, instruksi Presiden kepada Mendikbud M Nuh untuk memfasilitasi kegiatan penelitian pada rapat tanggal 18 Mei 2013, juga sudah ditindaklanjuti. Termasuk kunjungan Mendikbud dan Dirjen Kebudayaan ke Situs Gunung Padang pada 6 Juni 2013. Namun proses selanjutnya tidak berjalan mulus karena ada beberapa kendala birokrasi dan administrasi. Tapi, penelitian TTRM tetap berjalan meski tertatih-tatih.

Pada 3 Oktober 2013. TTRM juga melaporkan hasil penelitian terakhir mereka kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate Bandung.  Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar menyambut positif dan mendukung penelitian ini.

Sikap itu kemudian ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa BaratNomor:430.05/Kep.1578‐Disparbud/2013 tentang Tim Penelitian Cagar Budaya Situs GunungPadang, tertanggal 19 November 2013. Akan tetapi, SK Gubernur tersebut saat ini dalam proses revisi atas saran dan usulan dari berbagai pihak.

Danny menjelaskan, sejalan dengan riset TTRM dalam meneliti jejak‐jejak bencana gempa, tsunami, dan bencana lainnya serta dampaknya terhadap masyarakat zaman dulu dari waktu ke waktu, ditemukann jejak peninggalan purbakala baik disengaja ataupun kebetulan. 

Sebagian diantaranya berupa (dugaan) monumen purba besar dari masa lalu yang tertimbun di bawah tanah, seperti halnya kondisi Borobudur atau piramida‐piramida besar di Amerika Selatan waktu pertama kali ditemukan.

Berangkat dari temuan ini, Danny menjelaskan, TTRM mengembangkan hipotesis bahwa ada masa sejarah atau peradaban yang hilang di masa lalu yang musnah akibat berbagai bencana alam bersifat katastrofi (skala besar). 

Seiring dengan penelitian ini, TTRM bersama para peneliti lain yang tergabung dalam Tim‐9 juga berhasil merampungkan peta zonasi bahaya gempa bumi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Peta zonasi ini  sudah dipublikasikan secara resmi oleh Menteri Pekerjaan Umum pada pertengahan 2010.

Danny membeberkan, dalam penelusuran sejarah dan peradaban Nusantara serta kaitannya dengan bencana katastrofi purba, TTRM menemukan banyak fakta‐fakta menarik dan mencengangkan, yang membutuhkan penelitian yang lebih rinci.

Seperti, dugaan adanya konstruksi bangunan dari peradaban yang lebih tua di Trowulan yang tertimbun di bawah Lapisan Majapahit oleh endapan banjir, gunung api, dan kemungkinan juga endapan lumpur seperti di Sidoarjo. Dari analisis karbon dating, umur konstruksi yang lebih tua ini dapat mencapai 500 tahun SM.

Disamping itu, di Situs Batu Jaya, Kerawang, TTRM menemukan indikasi konstruksi bangunan sampai lebih dari 10 meter di bawah tanah. Faktanya, kawasan situs yang luas ini masih belum di survey dengan peralatan mutakhir secara intensif dan komprehensif.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Selain itu, di wilayah Aceh, TTRM menemukan fakta menarik bahwa saat hilangnya Kerajaan Samudra Pasai yang hingga saat ini dianggap misterius oleh para sejarawan, ternyata bertepatan dengan kejadian bencana tsunami tahun 1450 Masehi yang kemungkinan lebih besar dari Tsunami Aceh tahun 2004.

Di Bukit Sadahurip Garut, TTRM menemukan indikasi keberadaan monumen besar zaman pra‐sejarah yang tertimbun. Danny menyebut, berdasarkan survey geologi dan geofisika bawah permukaan, indikasi ada bangunan di bawah bukit tersebut cukup kuat, namun karena beberapa rintangan dan pertimbangan teknis‐ilmiah maka penelitian di lokasi ini belum dituntaskan;

Sejak November 2011, TTRM mengalihkan obyek penelitian ke lokasi lain yang lebih prospek dan mudah pengerjaannya, yaitu di Situs Megalitik Gunung Padang di Cianjur. Lokasinyapersis di dekat jalur patahan aktif sesar Cimandiri yang juga sedang diteliti TTRM. 

Situs Megalitik GunungPadang sudah dikenal lama sebagai situs punden berundak tersusun dari batu‐batu kolom andesit basal seluas 3 hektar pada puncak bukit (Kepmendikbud 139/M/1998). 

Dari penelitian TTRM didapat fakta, struktur punden berundak tersebut tidak hanya ada puncak seperti yang selama ini diperkirakan, tapi meliputi badan bukit setinggi 100 meter dengan luas 15 hektar, bahkan mungkin lebih besar lagi.

Punden berundak ini mirip Situs Machu Pichu di Peru. Yang lebih fantastis, struktur bangunan tidak hanya di (dekat) permukaan tapi berlapis‐lapis sampai puluhan meter di bawah tanah yang dibangun secara bertahap dari zaman ke zaman. Umur‐umur lapisan sudah diperkirakan berdasarkan analisa karbon dating.

Danny menambahkan, TTRM telah sudah melakukan survey yang lebih intensif dan komprehensif. Akumulasi data-data ilmiah di Gunung Padang dan analisanya sudah jauh lebih baik dan meliputi berbagai data survey meliputi arkeologi, geologi, arsitektur, georadar, geolistrik, geomagnet, seismiktomografi dan pengeboran.

Kesimpulan TTRM, konstruksi bangunan di Gunung Padang terdiri dari 4 lapisan yang dibangun pada 4 zaman yang berbeda.

Lapisan‐1, yaitu dipermukaan, di bangun di atas tanah berumur 2500‐3500 tahun; artinya umur situs lebih muda dari itu dan kemungkinan sudah lebih dari satu kali dimodifikasi bentuknya. 

Lapisan‐2, tertimbun tanah setebal 1‐2 meter tersusun dari batu‐batu kolom yang sama tapi jauh lebih canggih, rapih dan kompak setebal beberapa meter sampai kedalaman sekitar 5 meter.

Danny menjelaskan lapisan kedua ini dibangun di atas hamparan lapisan pasir setebal puluhan sentimeter, kemungkinan berfungsi untuk peredam goncangan gempa. Perkiraan umur Lapisan kedua adalah 7000 tahun, jauh lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. 

Sedangkan lapisan 3 beradaa pada kedalaman 5 sampai 10‐15 meter, yang juga disusun oleh batu‐batu kolom yang sejenis tapi konfigurasi/desainnya berbeda. 

Lapisan ketiga ini ditemukan berada di bawah tanah timbunan berumur sekitar 10.000 tahun. Artinya, usia konstruksi lebih tua lagi, dan ini konsisten dengan umur tanah diantara batu‐batu kolomnya yang berkisar 11 – 25 ribu tahun.  Akan tetapi, umur yang lebih akurat memerlukan analisa lebih detil. Tetapi dapat disimpulka, ketiga lapisan dengan tebal total 15 meteran ini, sepenuhnya disusun oleh manusia.

Lapisan 4, berupa formasi batuan alamiah, ditemukan pada kedalaman di bawah 15 meter berupa tubuh batuan lava masif. Akan tetapi, dari konfigurasi dan geometri yang terlihat, tubuh lava ini pun kemungkinan besar sudah dipahat dan dijadikan monumen/bangunan pada masa yang lebih tua lagi. 

Didalam tubuh lava terlihat ada lorong‐lorongdan ruang‐ruang besar yang bentuknya terlihat tidak alamiah lagi. Bentukanya sudah dimodifikasi.

Danny mengatakan, lapisan kedua sudah dibuktikan keberadaannya oleh beberapa kotak gali arkeologi, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun sebagai lapisan bangunan karena sudah menjadi data arkeologi.

Meskipun demikian masih perlu dilakukan eskavasi lebih luas supaya Lapisan‐2 ini terlihat lebih nyata oleh masyarakat luas sehingga tidak ada kontroversi lagi. 

Sedangkan pada lapisan 3‐4 dan di bawahnya juga perlu dikonfirmasi dengan eskavasi dalam agar menjadi fakta nyata untuk masyarakat, tidak sebatas interpretasi data geologi‐geofisika bawah permukaan saja. Sementara analisa umur‐umur lapisan masih jauh dari sempurna dan perlu di re‐cek dan diverifikasi lebih lanjut dengan analisis yang lebih detil.

Danny mengatakan, indikasi keberadaan ruang bawah tanah ini, sangat istimewa. Temuan ini memberi harapan untuk mendapatkan rahasia sejarah peradaban Nusantara yang hilang. Bisa jadi, ada tinggalan berharga lainnya sehingga perlu dicari akses masuknya dengan kehati‐hatian. 

Ahli Geologi dari LIPI ini menegaskan, Gunung Padang tidak bisa diteliti hanya oleh satu bidang kebudayaan/arkeologi saja. Penelitian lanjutan harus oleh Tim Ahli Multidisiplin yang dibantu secara lintas sektoral.

Gunung Padang berpotensi menjadi situs zaman pra‐sejarah terpenting di dunia, yang menjadi saksi sejarah timbul dan tenggelamnya peradaban sejak zaman es.

Keberadaan situs ini sekaligus pembuktian terhadap hipotesis bahwa bencana katastrofi dapat me‐reset populasi dan peradaban manusia seperti halnya bencana banjir Nabi Nuh dalam Kitab‐kitab suci. 

Atas alasan itu, penelitian Gunung Padang sangat penting untuk dituntaskan dan dilanjutkan dengan tahap pemugaran dan pengembangan kawasan sehingga dapat benar‐benar bermanfaat untuk kemakmuran bangsa dan negara.

“Diharapkan, temuan di Gunung Padang menjadi awal untuk penelitian dan temuan‐temuan besar lainnya dalam rangka mengungkap kejayaan dan jati diri serta membangun karakter bangsa yang lebih kuat,” tandas Danny. 
(kap/rin/nis)


Sumber:
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=53471-4-Tahun-Perjalanan-Tim-Terpadu-Riset-Mandiri

No comments:

Post a Comment