M I N N A R A
MINNARA Adalah Sistem pendidikan Bangsa Atlantis (Skrg Barat/Israel) yang membolak-balik pola pikir Manusia. Secara Sunnatullah, pikiran manusia bergerak dari kanan ke kiri, namun oleh pola pikir MINNARA ini dibalik menjadi dari kiri kekanan, sehingga terjadi kekacauan. Dengan kekacauan itu manusia mudah dikuasai oleh Bangsa ATLANTIS. Otak Manusia diberi pengatahuan yang banyak, tapi sedikit demi sedikit, sehingga terjadi penumpukan pengetahuan yg tidak berguna. Akibatnya, manusia tidak bisa berpikir dengan baik dan hanya punya dorongan yang sangat kuat untuk menjadi Buruh atau pekerja. Pola ini pun mengjarkan tujuan pendidikan menjadi sebuah nilai berupa angka dan penghargaan berupa benda atau piagam sebagai suatu kebanggaan. MINNARA pula mengajarkan tentang target-target hidup berupa impian-impian (impian menjadi dorongan). MINNARA pun mengajarkan untuk selalu mencuri ilmu dan mencontek hasil orang lain dengan istilah "referensi".
Pada dasarnya setiap bangsa LEMURIAN meskipun kemampuannya hanya 2,5
persen, dialam bawah sadar mereka tertanam memory tentang bangsa
LEMURIAN dan tekhnologinya juga berbagai macam naluri dan kebiasaannya
dengan catatan pergerakan pengetahuan seperti pelajaran membaca,
menulis, bekerja, kebiasaan, arah jarum jam bergerak dari kanan ke kiri
sesuai dengan aturan alam dan aturan Sang Maha Pencipta. Tetapi
berhubung sekarang kita dirusak oleh sebuah sistem yang direkayasa oleh
ATLANTEAN maka semua yang terdapat di alam bawah sadar tersebut tidak
bisa muncul dengan baik dan benar. Sistem MINNARA yang ATLANTEAN
terapkan sudah mengkontaminasi secara sistemik kedalam pola pendidikan
yang ada diseluruh dunia termasuk indonesia.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Pola membaca dan menulis yang selama ini kita pelajari dan kita
jalankan itu adalah pola sistem minara yang bertujuan untuk menjadikan
sistem otak kita menjadi kacau karena dipaksa bekerja dari kiri ke kanan
yang seharusnya bekerja dari kanan ke kiri. Kita diajarkan menulis
selalu dari kiri kekanan itu untuk membuat kekacauan di motorik menjadi
tidak begitu sensitif sehingga sering membuat kita menjadi ceroboh.
Membaca dari kiri ke kanan itu bertujuan untuk membuat kita memiliki
kewaspadaan yang rendah dan juga membuat kita tidak tanggap terhadap
lingkungan dan selalu berfikir keuntungan tanpa memikirkan akibatnya.
Kemudian pola meniru dari pendapat pendapat orang lain adalah pola
MINNARA agar kita tidak menjadi kreatif. Dan perkembangan daya cipta
kita dititik yang sangat rendah padahal sebagai bangsa LEMURIAN kita
memiliki daya cipta yang sangat tinggi dan memiliki kemampuan membangun
yang sangat besar. Dan terbukti cara meniru dengan istilah referensi
sangat kuat melekat disistem pendidikan kita. Dan kita bisa lihat
akibatnya semua sarjana sarjana berfikiran terpola untuk menjadi pegawai
atau buruh. Juga diajarkan sistem berbangga mereka akan diajarkan yang
namanya prestasi adalah piagam dan piala juga medali bukan karya nyata
di masyarakat yang benar benar bermanfaat.
Sistem MINNARA juga mengajarkan pola didik untuk selalu menurut tanpa
boleh bertanya . Apabila bertanya harus yang mudah mudah saja. Apabila
bertanya yang diluar kemampuan sang guru maka diberikan predikat siswa
tersebut memiliki kelainan juga disebut siswa yang nakal, dan guru
menjadi makhluk super yang tidak boleh disalahkan. Dan apabila membuat
sebuah pola lagu atau nyanyian atau penekanan penekanan kepada sang guru
maka yang akan disorot adalah ibu guru, makanya selalu ada istilah
"kata bu guru .... " "Ibu guru kami pandai bernyanyi" "ibu kita kartini"
semua mengarah kepada istilah ibu agar kita punya mental mental
dipimpin bukan mental memimpin. perhatian kita akan selalu diarahkan
kepada para ibu ini dan itu terbukti ampuh membuat kita menjadi
masyarakat yang selalu mencari induk apabila kehilangan pemimpin
masyarakat kita akan berubah menjadi masyarakat yang kehilangan induk
seperti anak ayam yang kehilangan induknya
.
Tidak punya figur yang baik dan akhirnya selalu menjadi pemimpi
pemimpi, menunggu-nunggu yang namanya satria piningit. Begitu parahnya
masyarakat kita karena sistem pendidikan ala ATLANTEAN yang bernama
MINNARA. Dan kita masih belum sadar dengan keadaan seperti ini, kita
selalu bermimpi dan diajarkan mencapai impian padahal pola LEMURIAN yang
sudah ada dialam bawah sadar adalah pola memaksimalkan hari ini dan
detik ini .
Pola bermimpi ini memang sengaja ditularkan secara sporadis melalui
lagu, acara televisi, radio seolah bermimpi itu adalah sesuatu yang
benar. Mimpi mimpi itu adalah bayangan bayangan, gambaran gambaran,
angan-angan, yang memvisualisasikan tentang hidup senang,
tenang,dihormati, dihargai, kaya raya, dan memiliki berbagai macam
fasilitas yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pola seperti ini membuat
kita menjadi ingin cepat senang dan berupaya mencapai tujuan dengan
berbagai macam cara baik halal ataupun haram, yang penting senang. Dan
terbukti pula pola mimpi ini berhasil diterapkan sehingga korupsi
menjadi merajalela dinegara kita.
Pertanyaan : apakah kita akan membiarkan keturunan kita dijerat oleh
sistem minara seperti ini ? Penemuan yang kita lihat selama ini atau
kemajuan kemajuan tekhnologi yang kita anggap canggih sekarang
sebetulnya itu masih jauh dari tekhnologi masa lalu. Kita memang dibuat
untuk selalu seperti ini agar ATLANTEAN dan keturunannya bisa menguasai
dunia, kekuatan mereka ada pada kerjasama dan uang. Bangsa kita sudah
sangat terjebak oleh pola materialistis yang ditanamkan oleh ATLANTEAN
ini. Kita menghormati orang kaya tanpa perduli dari mana kekayaannya itu
berasal sekarang terkembali lagi kepada kita apakah keturunan kita
ingin menjadi penghuni neraka selamanya ataukah ingin jadi manusia yang
maslahat.
Bangsa ATLANTIS juga berupaya agar kita selalu menjadi bangsa berstatus
"berkembang dan dunia ke 3" selalu memberikan berbagai macam racun
dengan berbagai macam cara seperti junkfood, vaksinasi dan budaya-budaya
atau pola hidup yang merusak kesehatan contohnya daun UMBAKA atau yang sekarang kita kenal dengan nama tembakau.
Sumber:
http://educationoflemurian.blogspot.com/2012/07/minnara.html
No comments:
Post a Comment