Pages

Monday, April 21, 2014

Reinventing Sunda: Temuan Oppenheimer, Bahasa Modern Berawal dari Sundaland

Reinventing Sunda: Temuan Oppenheimer, Bahasa Modern Berawal dari Sundaland

BOGOR-KITA.com – Buku hasil penelitian profesor asal Oxford University , Inggris, Stephen Oppenheimer berjudul “Eden in The East” yang bercerita tentang Sundaland, segera terbit. Isinya antara lain menyebut bahasa modern berawal dari Sundaland.
Oppenheimer sendiri dikhabarkan akan ke Indonesia. Belum diperoleh keterangan apakah kedatangan Oppenheimer ke Indonesia adalah dalam rangka berbicara pada Konferensi Internasional bertajuk Reinventing Sunda yang digelar di Hotel Salak The Heritage, 25 – 27 Oktober. Kalaupun tidak, nama Oppenheimer nicaya akan disebut-sebut dalam konferensi yang disambut antusias sampai kamar Hotel Salak tidak mampu menampung pesanan kamar dan harus mengalihkannya ke Novotel Hotel. Oppenheimer memang luar biasa bagi apa yang disebut dengan Sundaland. Oppenheimer dalam batas-batas tertentu dapat disebut sebagai penerus temuan profesor dari Brazil, Arysio Santos yang sangat meyakini Indonesia adalah lokasi dari apa yang dia sebut sebagai The Lost Atlantis, sebuah kerajaan yang sudah sangat modern sekitar 10.000 tahun lalu.

Oppenheimer melalui sebuah penelitian berbasis DNA suku-suku bangsa di dunia semakin mengerucutkan temuan Santos dengan menyebut Sudaland sebagai The Los Atlantis.
Seperti Plato, Soecrates, Santos, dan lainnya, Oppenheimer juga menggambarkan Sundaland sebagai daerah yang sangat modern. Oppenheimer tidak segan-segan menyebtu bahwa Firdaus itu adalah Sundaland, dan Nabi Adam dan Hawa itu adalah nabi yang dulu hidup di Sundaland.

Oppenheimer juga juga berbicara tentang bahasa. Mengutip buku Oppenheimer setebal 814 halaman seperti dikutip detik.com,  bahwa bahasa manusia modern itu berawal dari kawasan Asia Tenggara. Saat benua Sundaland tenggelam ketika es mencair, para penduduk Sundaland yaitu Indonesia dan sekitarnya berimigrasi ke berbagai belahan dunia.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Mereka bertebaran di muka bumi 8.000-6.000 tahun lalu. Para penduduk Sundaland membawa bahasa mereka yang kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa dunia yang ada sekarang.
Oppenheimer mengatakan, ada semacam anomali dalam pohon percabangan kelompok bahasa di dunia, dan itulah kelompok bahasa Austronesia. Inilah bahasanya orang Indonesia dan orang Oseania. Ada garis tegas yang membedakan bahasa mereka dengan bahasa di belahan dunia lain.
Diduga, inilah bahasa purba yang tetap lestari sampai hari ini, ilmuwan menyebutnya Paleo-Hesperonesia. Menurut ilmuwan, ada 30 bahasa di Indonesia dan juga Malaysia yang masuk keluarga ini.

Di Indonesia misalnya, ada bahasa-bahasa yang ilmuwan pun bingung memasukkan mereka ke kelompok mana. Hanya faktor geografis yang membuat mereka masuk keluarga Austronesia.
Sebut saja bahasa Gayo, Batak, Nias, Mentawai, Enggano. Ilmuwan enggan memasukkan mereka ke keluarga bahasa Melayu karena memang berbeda. Bahasa Dayak Kayan, Kenyah dan Mahakam di Kalimantan juga berbeda. Sementara di Indonesia timur ada Bajo yang juga unik di Laut Sulu, Filipina Selatan.

Mereka ini adalah para petualang. Sebut saja orang Bajo yang gemar berlayar ke Flores, sehingga ada daerah bernama Labuhan Bajo. Oppenheimer menilai, ketika bangsa-bangsa dari kawasan ini menyebar, bahasa mereka pun berubah. Namun bahasa di tempat asal mereka tetap lestari sampai hari ini. o petrus barus


Sumber:
http://www.bogor-kita.com/wisata/obyek-wisata/939-reinventing-sunda-temuan-oppenheimer-bahasa-modern-berawal-dari-sundaland.html

No comments:

Post a Comment