Pages

Friday, April 25, 2014

Situs Gunung Padang Ada Sejak Zaman Es?

Kamis  30 Januari 2014

Situs Gunung Padang Ada Sejak Zaman Es?

VIVAnews - Selain temuan arkeologi yang mengejutkan, temuan riset geologi situs Gunung Padang pun menunjukkan dugaan hal yang tidak kalah mencengangkan.

Anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), yang juga ahli geologi LIPI, Danny Hilman Natawijaya mengatakan, hasil survei georadar menunjukkan lapisan terbawah atau lapisan keempat situs megalitikum itu berusia mencapai 11.000 tahun lalu.


Dany menyebutkan, lapisan keempat terdiri dari dua struktur, yakni struktur buatan peradaban dan batas atas batuan alamiah. Ia mengatakan, pada lapisan di atasnya, yaitu lapisan ketiga, hasil survei menunjukkan usia kisaran 10.000 tahun yang lalu.

"Artinya, ada kemungkinan peradaban sudah dimulai sejak 11.000 tahun lalu," kata Danny di Gedung Krida Bhakti, Jakarta Pusat, kemarin.

Ia menambahkan, hasil survei itu pada lapisan ketiga saja sudah mengejutkan banyak pihak. "Hasilnya memang melawan keyakinan ilmuan internasional, bahkan keyakinan dunia. Nah, kalau masuk lebih dalam lagi, kemungkinan lebih tidak masuk akal lagi," ujar Danny.

Bila menilik ke belakang, masa 11.000 tahun yang lalu merupakan masa peralihan antara zaman batu dengan sejarah manusia modern. Pada era itu juga menunjukkan masa zaman es.
Namun, ia mencatat peradaban yang belum diketahui membangun lapisan terbawah situs itu bisa saja lenyap terkena bencana dunia di masa lalu.

Sebab, kata Danny, sejarah populasi dunia naik dan turun dipengaruhi faktor bencana global. Misalnya, Danny menunjukkan, pada 70.000 tahun lalu, populasi manusia sudah cukup berkembang, namun luluh lantak akibat letusan Toba.
Kemudian populasi bertumbuh kembali namun bencana global datang kembali menyebabkan peradaban saat itu lenyap diterjang bencana, termasuk adanya banjir global pada masa 10.000 tahun silam.

"Pada 10.000 tahun lalu, wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Jawa masih berupa satu daratan, dengan sungai raksasa di dalamnya," papar Danny. Daratan besar itu dikenal dengan Sundaland.

Menanggapi temuan geologi itu, arkeolog Universitas Indonesia Ali Akbar mengatakan, perlu pembuktian dari penelitian lain, misalnya riset arkeologi.

Riset arkeologi saat ini baru mencermati lapisan dua. Itu pun hasilnya sudah mengejutkan beberapa pihak, usia sampel pada lapisan kedua dinyatakan lebih tua dari peradaban di dunia,
salah satunya lebih tua dari Piramida Mesir. (eh)

source: news.viva.co.id




Situs Gunung Padang Berusia 109 Abad SM


Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow!

Hasil itu ditemukan setelah Tim Katastropik Purba melakukan pengeboran di sekitar situs. Rencana pengeboran tersebut sebelumnya dipaparkan di depan ratusan pecinta kepurbakalaan di Jakarta, 7 Februari 2012 lalu di depan ilmuwan dari 5 benua serta puluhan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), demikian disampaikan Tim Katastropik Purba dari Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana dalam rilisnya.

Ada 2 titik pengeboran dalam situs itu. Bor 1 terletak di ujung selatan Teras 2, bor 2 di samping selatan Teras 5 (lihat gambar, red).

Hasilnya, pada lubang bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Sewaktu menembus 3 m Tim Katastropik Purba mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.

Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal sekitar 1 meter. Rupanya bidang tegas yang terlihat pada Ground Penetrating Radar (GPR) itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini. Menurut salah satu anggota Tim Katastropik Purba, Dr Pon Purajatnika yang ahli arsitek, boleh jadi hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.

Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.

Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.

"Banyak ditemukan serpihan karbon, di antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan," ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini.

Hasil bor 2, yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.

Total loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter. Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia.

Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.

Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16 sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).

Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Hasilnya sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)

2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai -10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140 tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)

"Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM," tutur Boediarto.

Catatan:

pMC = percentage Measured Carbon
Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu.
Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun.

Detiknews

No comments:

Post a Comment