Bahasa Dan Agama Pertama Dunia, Turanian, Arya Dan Semit
Bagaimana asal mula bahasa dan agama pertama di Bumi? Sebelum
terjadinya banjir besar, tradisi peradaban terdahulu telah menciptakan
tiga bahasa dan agama dimana masing-masing cabang telah tersebar
diseluruh dunia. Dari manakah bahasa dan agama pertama tercipta?
Dr Max Muller dalam bukunya 'Lectures on the Science of Religion'
menyebutkan, jika kita melihat ke benua Asia dan semenanjung Eropa,
padang pasir yang luas telah terbentuk dimana sebelum awal sejarah
bahasa menjadi permanen dan tradisional. Pada kenyataannya, karakter
manusia sama sekali berbeda dari karakter asli dan terus-menerus
berbahasa yang dikenal dengan sebutan Turanian, Arya, dan Semit. Ketiga-nya merupakan sumber awal bahasa dan lebih khusus pada Arya dan Semit, bahasa tidak lagi alami.
Asal Mula Bahasa Dan Agama Pertama
Perkembangan bahasa kemudian meluas dan menjadi permanen, padat,
membantu komunikasi, atau sentralisasi dan konservasi bahasa tradisional
merupakan hasil dari pengaruh agama dan politik. Ketiga agama pertama dunia yang berdasar pada Turanian, Arya dan Semit, secara bersamaan telah menjadi bahasa dan tradisi awal.
Orang-orang Arya dan cabang lainnya menyebutkan Semit atau lebih tepat
disebut Hamitic. Ada dua kemungkinan, apakah Turanian atau Mongolia
keturunan langsung dari Nuh atau mereka berasal dari negeri Atlantis.
Agama-agama bangsa Arya dipersatukan oleh ikatan yang sama dari
hubungan yang nyata, nama dewa utama dan kata-kata ekspresif paling
penting dalam agama pertama dunia seperti sembahyang, pengorbanan, altar, roh, hukum dan iman, telah diperkenalkan Arya diantara bangsa-bangsa Semit.
Ketiga kelas bahasa dan agama Turanian, Semit, dan Arya, telah menandai
tiga peristiwa dalam sejarah paling kuno di dunia. Peristiwa yang telah
menentukan nasib seluruh umat manusia dan masih dirasakan konsekuensinya
dalam bahasa, pikiran, dan agama. Semua bukti menunjukkan fakta bahwa
asal usul agama pertama dunia berasal dari keluarga Ibrani-Fenisia (Phoenician) yang berada di Atlantis.
Dewa besar Semit adalah El, namanya berasal dari nama Alkitab Beth-el, Ha-el, El-OHIM. Para dewa El-Oah, yang artinya 'Tuhan' kemudian berkembang dengan bahasa yang sama di Arab 'Al-lah' (Allah).
Bukti lain hubungan antara Semit, orang-orang Yunani, Fenisia, Ibrani
dan Atlantis terlihat dalam nama Adonis. Orang Yunani mengatakan bahwa Ad-Onis (Ad-lantis)
adalah pencinta Aphrodite atau Venus yang merupakan keturunan dari
Uranus. Dia keluar dari laut, Uranus adalah ayah dari Chronos dan kakek
dari Poseidon, Raja Atlantis.
Hubungan serupa terjadi diantara mitologi Mesir dan Turanian, Dewa besar
Mesir Neph atau Num, pemimpin para dewa Samoyedes adalah Num.
Orang-orang Etruria yang mendiami bagian kecil Italia merupakan keluarga
Turanian. Temuan tata bahasa dan kosa kata di 3000 prasasti Etruscan
merujuk pada Altai, kata-kata yang menunjukkan kerabat, kata ganti,
konjugasi dan declensions, berhubungan erat dengan orang-orang suku
Tartar dari Siberia.
Bahasa Dan Tradisi Agama Semit
Mitologi Etruscan terbukti menjadi dasar yang sama dengan Kalevala, epik
Finnic. Bangsa Arya dan Turanian terwakili dalam tradisi Iran, cabang
pertama berasal dari Atlantis adalah Turanian yang mencakup Cina dan
Jepang.
Menurut Charles Walcott Brooks, sejarah Cina 'Tai-Ko-Fokee', raja besar
yang memerintah kerajaan China, dia diwakili dengan lambang dua tanduk
kecil seperti berhubungan dengan representasi dari Musa. Dia dan
penggantinya telah memperkenalkan Cina cara menggambar dan menulis.
Seperti halnya di Amerika Tengah, Dewa mengajarkan gerakan benda-benda
langit dan membagi waktu dalam tahun dan bulan serta memperkenalkan seni
lain yang berguna.
Di Copan Amerika Tengah, sosok seperti simbol di Cina dengan dua tanduk
memiliki kemiripan erat antara Amerika Tengah dan tokoh-tokoh Tionghoa
yang mewakili bumi dan surga. Mungkin salah satunya telah belajar dari
yang lain atau keduanya memperoleh dari sumber yang sama. Banyak fakta
yang mendukung hipotesis bahwa mereka berasal dari periode yang sangat
jauh di Amerika, dari China melewati Mesir. Catatan Cina mengatakan
bahwa nenek moyang dari ras yang datang dari seberang lautan.
Dua tanduk kecil Tai-Ko-Fokee dan Musa mungkin sebuah kenang-kenangan
dari Baal. Tanduk Baal terlihat pada sisa-sisa Zaman Perunggu Eropa,
terkadang mengenakan tiara dengan tanduk banteng, dimana tiara adalah
mahkota yang kemudian dipakai oleh Raja Persia, yang pada akhirnya
menjadi simbol otoritas ke-pausan.
Peradaban Atlantis memiliki tradisi berternak dan pentingnya untuk
kemanusiaan terkait banteng dan sapi dengan ide-ide agama. Sebagaimana
terungkap dalam Himne tertua bangsa Arya dan berhala sapi berkepala
Troy. Budaya agama pertama meletakkan tanduk banteng pada kepala Dewa
Baal telah menurunkan imajinasi populer pada tradisi 'bersemangat iblis'
yang terus digunakan sampai hari ini.
Referensi
- Lectures on the Science of Religion, by Dr Max Muller, 1823-1900
- A Manual Of The Ancient History Of The East To The Commencement Of The Median Wars, by Francois Lenormant, E Chevallier
- The Forenoon of Life, Aryans entering India, 3500 BC. Image courtesy of Wikimedia Commons
No comments:
Post a Comment