Benua Antlantis yang Hilang
1. Pengertian
Atlantis,
Atalantis, atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau
Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato
dalam buku Timaeus dan Critias.
Dalam
catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang
pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa
Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun
9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam
samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".
Atlantis
umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk
mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat
jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa
banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli
mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu,
seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan
bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya
Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413
SM.
Masyarakat sering
membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak
mempercayainya dan terkadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis
kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita
mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan
karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya
Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi
ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk
semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).
2. Sejarah
Catatan Sejarah yang Ditemukan
• Catatan Plato
Dua
dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM,
berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan
Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli yang bernama
Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya
merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates.
John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal
usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena
kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan
Atlantis dalam Critias — akan membahas strategi peradaban Helenik selama
konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subyek diskusi dalam
Hermocrates.
Empat tokoh yang
muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan
Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias
yang berbicara mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut
merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa),
catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya
tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan
posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.
• Timaeus
Timaeus
dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur
alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates
merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam
Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat
sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.
Pada
buku Timaeus, Plato berkisah:“Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada
sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau
lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang
dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu
Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar
dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak
sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar
yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
• Critias
Critias
menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh
sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya,
Athena kuno mewakili "komunitas sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya,
mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam
Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan
Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon
pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang
menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di
heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu
dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari
dari semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih
antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih,
dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias,
identifikasi ini dipertanyakan.
Menurut
Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat
memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih
besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan
tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat
dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir
mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700
kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan
sepanjang pantai, dan melingkupi padang rumput berbentuk bujur di
selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km),
tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Wanita
asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal
disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu
dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau
menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak
tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya
(disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga
berasal dari namanya, yang berari "Pulau Atlas".
Poseidon
mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya
dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu
sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya
sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari
pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar
ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga
kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka
membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota
dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin
kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal
dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu
atau kuningan).
Menurut Critias,
9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang
berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar),
dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan
Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tirenia, dan
menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan
kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan
kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun,
nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya
dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.
• Catatan kuno lainnya
Selain
Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis,
yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari
catatan Plato.
Banyak filsuf kuno
menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo)
Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang
percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid
Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis.
Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno
lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan
menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.
Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon
melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil
untuk diberikan".
Bagian lain
dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi
geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut
pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya
dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto,
lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan
luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari
nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan
telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk
Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica".
Marcellus masih belum diidentifikasi.
Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.
Catatan
Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi
parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan
Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis.
Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog
antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus
mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari
ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di pulau Meropis (Cos?):
Eusebes (Εὐσεβής, "kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος,
"kota-Pertempuran"). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata
sebanyak sepuluh juta tentara menyebrangi samudra untuk menaklukan
Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari
bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia.
Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan
jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk
mengejek.
Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.
Sejarawan
abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan
abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan
bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh.
Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika
Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi
Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa
sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga
bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine" (Res Gestae 15.9),
tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari
Samudra Atlantik.
Risalah Ibrani
mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan
parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi
Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis
bujur.
• Catatan modern
Novel
Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru),
mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di
pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah
Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon
menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.
Novel
Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended
(Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan
mitologi dengan Atlantis. [14]
Pada
pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai
dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert
Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis
berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.
Pada
tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the
Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap
Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan
serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal
dari kebudayaan Neolitik tingginya.
Selama
akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan
cerita-cerita "benua hilang" lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena
Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis dalam The Secret
Doctrine (Doktrin Rahasia), bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya
(kontras pada Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah
militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf
Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce, pertama
kali menyebut Atlantis tahun 1923, dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi
Atlantis berada di Karibia, dan menyatakan bahwa Atlantis adalah
peradaban berevolusi tinggi kuno, kini telah tenggelam, yang memiliki
kapal dan pesawat tempur menggunakan energi dalam bentuk kristal energi
misterius. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke
permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J
Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti
jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada
tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini
masih diteliti.
Telah diklaim
bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan
bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak
terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut
Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari
Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan
Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut
Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut
menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat
pilar Hercules berada saat ini.
3. Lokasi Antlantis
Sejak
Donnelly, terdapat lusinan - bahkan ratusan - usulan lokasi Atlantis.
Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara
lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang
memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana
besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil
dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.
Kebanyakan
lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti
Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti
Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan
Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16
SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan
peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan
kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang
menghancurkan Atlantis. Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan
sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di
dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun
2003. A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah
akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa
Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan
Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota
dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15
SM.
Beberapa hipotesis menyatakan
Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara,
termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut
Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai
lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin,
sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai
kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin,
terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat
Gibraltar juga telah diusulkan.
Antarktika,
Indonesia, dibawah Segitiga Bermuda, dan Laut Karibia, Prof. Arysio
Nunes dos Santos, Ph.D, dalam bukunya Atlantis, The Lost Continent
Finally Found bahwa wilayah Samudra Pasifik dan Hindia termasuk
(Sundaland) di Indonesia sebagai lokasi dari Atlantis. Sedangkan menurut
kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India menarik pararel dengan
Atlantis dan menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The
Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat
tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek
menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.
Lokasi yang diduga sebagai lokasi Atlantis adalah:
Al-Andalus
Kreta dan Santorini
Turki
Di dekat Siprus
Timur Tengah
Malta
Sardinia
Troya
Antarktika
Australia
Kepulauan Azores
Tepi Bahama dan Karibia
Bolivia
Laut Hitam
Inggris
Irlandia
Kepulauan Canary dan Tanjung Verde
Denmark
Finlandia
Indonesia
Isla de la Juventud dekat Kuba
Meksiko
Laut Utara
Estremadura, Portugal
Swedia
4. Kondisi Antlantis
Banyak
yang percaya bahwa dahulu kala ada kerajaan maritim yang luas yang
terletak di salah satu samudera terluas di dunia. Pengaruhnya demikian
besar, sehingga sisa kebudayaan dan warisannya bisa ditemukan diseluruh
dunia hingga saat ini. Tafsiran arkeologis menyebutkan bahwa kerajaan
maritim yang disebut Atlantis itu terletak di laut Mediterania Barat,
ada pula yang berbeda pendapat dengan menyebut pusatnya di Costa Rika
dan Antartika. Namun bagi orang yang skpetic, atlantis hanya ada di
pikiran penulis dan pemikir kreatif, menurut mereka kerajaan itu
hanyalah imajinasi belaka.
Apakah
Atlantis hanyalah sebuah Mitos? ataukah seperti kota kuno Troy yang
saat ini telah ditemukan setelah berabad-abad hanya dianggap sebagai
Kerajaan khayalan dari Filsuf Hommer?
Atlantis
merupakan kota hilang yang paling terkenal dan paling dicari sepanjang
sejarah. Kepopulerannya bahkan melebihi kota-kota hilang yang lainnya
seperti Sodom dan Gomora yang juga sampai saat ini masih dicari
sisa-sisa reruntuhannya.
Tak
dipungkiri lagi, selama 3 millenium manusia terpesona terhadap cerita
Atlantis. Pada abad 4 SM, Filsuf Yunani Plato yang dianggap pemikir
paling hebat pada masanya, menulis sejarah benua hilang yang legendaris
ini. Namun sayang, asal-usul pasti legenda Atlantis boleh dikatakan
tidak jelas. Menurut suatu kisah, cerita mengenai Atlantis diceritakan
ke Plato oleh Sokrates dan seorang penyair bernama Solon yang mendengar
tentang budaya hilang itu dari seorang pendeta Mesir.
Di
dalam Timeus dan Critias, Plato menuliskan kedua dialog yang ia
curahkan tentang Atlantis dengan gambaran yang detil dan komprehensif.
Kata-katanya yang fasih berfungsi sebagai peta yang digunakan sebagai
petunjuk oleh para penjelajah tangguh yang bertekad mencari sisa-sisa
kerajaan ini. Berikut cuplikan terjemahan catatan Plato mengenai
Atlantis dalam Timeus dan Critias:
Pulau
Atlantis ada di laut. Berhadapan dengan pilar Herkules. Dan wilayahnya
lebih besar dari Libya dan Asia yang disatukan. Di tengah bagian
terpanjangnya, disebelah laut ada daratan persegi panjang luas.
Dikelilingi oleh pegunungan, dan lebih tinggi dari permukaan laut.
Mengandung gunung berapi, dan sering terkena gempa dan banjir. Gunungnya
menganung emas, perak, tembaga, dan timah. Dan gabungan alami dari emas
dan tembaga yang disebut orichalcum.
Daratan
itu memiliki sistem kanal yang besar dan kecil, juga mata air dingin
dan panas alami. Tanahnya subur dan hasil panennya melimpah. Di dataran
itu ada ibukota yang dikelilingi oleh bidang konsentris. Kota itu
diliputi tembok batu merah, putih, dan hitam.
5. Gambaran Atlantis
Plato
bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas,
batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran
benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi,
memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater,
musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula
merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi
ambisius. Yang kuasa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan
banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya
sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Bencana
ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu,
termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan
Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya
bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa
Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.
Posisi Indonesia terletak pada 3
lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung
berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara
sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan
oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah
Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba).
Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah
mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Dalam
bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang
bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah
Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15
derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.
Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Plato
juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih
besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”.
Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas
Laut China Selatan.
6. Proses Tenggelamnya
Sedangkan
menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan
gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian
besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era
Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara
bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu,
maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang
mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung
Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan
puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian
Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos
berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu
berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung
berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera
sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung
berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan
luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai
benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh
gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan
gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
7. Penyebaran Kebudayaan Atlantis
Setelah
masa Atlantis (Lemuria) ada 5 ras yang berkuasa, yaitu: kulit kuning,
merah, coklat, hitam, dan pucat. Pada masa itu kebudayaan yang menonjol
adalah kulit merah, jadi kemungkinan besar kebudayaan Indian/Aztec/Maya
juga berasal dari Atlantis. Tetapi, kemudian kebudayaan itu mengalami
kemunduran dan selanjutnya kebudayaan kulit hitam/coklat di India yang
mulai menguasai dunia. Inilah kemungkinan besar zaman kejayaan yang
kemudian dikenal menjadi Epos Ramayana (7000 tahun lalu) dan Epos
Mahabarata (5000 tahun lalu). Tetapi, kemudian kebudayaan ini pun hancur
setelah terjadi perang Baratayuda yang amat dahsyat itu, kemungkinan
perang itu menggunakan teknologi laser dan nuklir (sisa radiasi nuklir
di daerah yang diduga sebagai padang Kurusetra sampai saat ini masih
bisa dideteksi cukup kuat).
Selanjutnya,
kebudayaan itu mulai menyebar ke Mesir, Mesopotamia (Timur Tengah),
Cina, hingga ke masa sekarang. Kemungkinan besar setelah perang
Baratayuda yang meluluhlantakkan peradaban dunia waktu itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi (baik spiritual maupun material) tak lagi
disebarkan secara luas, tetapi tersimpan hanya pada sebagian kecil
kelompok esoteris yang ada di Mesir, India Selatan, Tibet, Cina,
Indonesia (khususnya Jawa) dan Timur Tengah. Ilmu Rahasia ini sering
disebut sebagai “Alkimia”, yaitu ilmu yang bisa mengubah tembaga menjadi
emas (ini hanyalah simbol yang hendak mengungkapkan betapa berharganya
ilmu ini, namun juga sangat berbahaya jika manusia tidak mengimbanginya
dengan kebijakan spiritual).
Kelompok-kelompok
esoteris ini mulai menyadari bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja, tanpa mengembangkan kebajikan spiritual, akan sangat
berbahaya bagi peradaban dunia. Itulah sebabnya kelompok-kelompok
esoteris ini memulai kerjanya dengan mengembangkan ilmu spiritual
seperti tantra, yoga, dan meditasi (tentu saja dengan berbagai versi)
untuk meningkatkan Kesadaran dan menumbuhkan Kasih dalam diri manusia.
Ajaran-ajaran spiritual inilah yang kemudian menjadi dasar dari berbagai
agama di dunia. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi disimpan
dahulu dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang dianggap telah mampu
mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam dirinya.
Tetapi,
manusia memang mahluk paling ironik dari berbagai spesies yang ada di
bumi. Berabad kemudian, ilmu spiritual ini justru berkembang menjadi
agama formal yang bahkan menjadi kekuatan politik. Agama justru
berkembang menjadi pusat konflik dan pertikaian di mana-mana. Sungguh
ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru
menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tetapi, itu bukan salah
agama, melainkan para pengikut ajaran agama itulah yang tidak siap
memasuki inti agama: spiritualitas.
Pada
abad pertengahan di Eropa, masa Aufklarung dan Renaissance,
kelompok-kelompok esoteris ini mulai bergerak lagi. Kali ini mereka
mulai menggunakan media yang satunya lagi — ilmu pengetahuan dan
teknologi — untuk mengantisipasi perkembangan agama yang sudah cenderung
menjadi alat politis dan sumber konflik antar bangsa dan peradaban.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini disimpan mulai diajarkan
secara lebih luas. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Leonardo Da Vinci,
Dante Alegheri, Copernicus, Galelio Galilae, Bruno, Leibniz, Honore de
Balzac, Descartes, Charles Darwin bahkan sampai ke Albert Einstein, T.S.
Elliot, dan Carl Gustave Jung adalah tokoh-tokoh ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni modern yang berhubungan — kalau tidak bisa dikatakan
dididik — oleh kelompok-kelompok esoteris ini.
Tetapi,
sejarah ironik kembali berkembang, kebudayaan dunia saat ini menjadi
sangat materialistis. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya
digunakan untuk “menyamankan” kehidupan sehari-hari manusia, sehingga
manusia punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan potensi
spiritualitas di dalam dirinya, justru menjadi sumber pertikaian dan
alat politik. Konflik terjadi di mana-mana. Ribuan senjata nuklir yang
kekuatannya 10 – 100 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di
Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945, kini ada di bumi, dan dalam
hitungan detik siap meluluhlantakkan spesies di bumi.
Belum
lagi eksploitasi secara membabi buta terhadap alam yang menyebabkan
kerusakan lingkungan dan pemanasan global di mana-mana. Menurut para
ahli, hutan di bumi saat ini dalam jangka seratus tahun telah berkurang
secara drastis tinggal 15%. Ini punya dampak pada peningkatan efek rumah
kaca yang menimbulkan pemanasan global, diperkirakan kalau manusia
tidak secara bijak bertindak mengatasi kerusakan lingkungan ini, maka 30
sampai 50 tahun lagi, sebagian besar kota-kota di dunia akan tenggelam,
termasuk New York City, Tokyo, Rio De Jenero, dan Jakarta. Dan sejarah
tenggelamnya negeri Atlantis akan terulang kembali.
Zaman
ini adalah zaman penentuan bagi kebudayaan “Lemuria” atau “Atlantis”
yang ada di bumi. Pada saat ini dua akar konflik, yaitu “agama” dan
“materialisme” telah bersekutu dan saling memanfaatkan satu sama lain
serta menyebarkan konflik di muka bumi. Agama menjadi cenderung
dogmatik, formalistik, fanatik, dan anti-human persis seperti
perkembangan agama di Eropa dan timur tengah sebelum masa Aufklarung.
Esensi agama, yaitu spiritualitas yang bertujuan untuk mengembangkan
Kesadaran dan Kasih dalam diri manusia, malah dihujat sebagai ajaran
sesat, bid’ah, syirik, dll. Agama justru bersekutu kembali dengan
pusat-pusat kekuasaan politik, terbukti pada saat ini begitu banyak
“partai-partai agama” yang berkuasa di berbagai negara, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Di sisi lain perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada paham materialisme juga
sudah terlanjur menguasai dunia. Persekutuan antara kaum agama dan
materialisme, atau “agama-materialistik” ini mulai menggejala di
mana-mana, berwujud dalam bentuk-bentuk teror yang mengancam dunia.
Sudah
saatnya, para spiritualis di “Lemuria” mulai bersatu kembali. Segala
pertikaian remeh-temeh tentang materialisme-spiritualistik atau
spiritualisme-materialistik harus diselesaikan sekarang. Tugas yang
sangat penting tengah menanti, bukan tugas profetik, tetapi tugas yang
benar-benar menyangkut keberlangsungan eksistensi seluruh spesies di
“Lemuria”, di bumi yang amat indah ini. Tugas ini tidak bisa dikerjakan
oleh satu dua orang Buddha atau Nabi atau Wali atau Resi atau Avatar
seperti pada masa lalu. Tetapi, seluruh “manusia-biasa” juga harus
terlibat di dalam tugas ini.
8. Usaha Penemuan Atlantis
Dalam
usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak
Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi
bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang
katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos.
Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak
berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu
tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed
magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya
lebih senang kepada kebenaran.”
Meskipun
manusia sudah mencari sisa-sisa keberadaan kota ini selama ratusan
tahun dan lebih dari 5.000 buku mengenai Atlantis diterbitkan, tidak ada
satu pun yang bisa memastikan di mana sebenarnya Atlantis berada dan
benarkah Atlantis itu memang ada atau hanya dongeng yang dikisahkan
filsuf Yunani, Plato. Ratusan ekspedisi yang menjelajahi Siprus, Afrika,
Laut Mediterania, Amerika Selatan, Kepulauan Karibia hingga Mesir untuk
mencari jejak Atlantis pun belum memperoleh bukti valid di mana surga
Atlantis berada.
Namun, ada
beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat.
Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan
oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua,
jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di
antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung,
Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari
gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ini
ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha
untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan
seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis
di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan
dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan
masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis.
Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa
Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam
kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang
berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita
“Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit
listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang
bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di
tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar
hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya
melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem
operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati,
memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini
adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang
lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung
lainnya wanita.
Rambut saya
panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis
seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok
jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli
penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang
diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”,
oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara
berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan
baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di
pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok
panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak,
semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian
seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini
hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita.
Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening
yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan
untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan
pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya
sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di
sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar
yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau.
Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau
dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba
berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan
luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang
sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami.
Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta
keharmonisan masyarakat kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan
bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka,
mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat
mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka
membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat
berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke
padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan memusatkan
pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan,
saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya
paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti
kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di
atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat
hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami
acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn
akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan
tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat.
Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau
maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.
Saya
sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali
tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa
mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada
keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling
mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di
timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas.
Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka
duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga
segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang
berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda
secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput
ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas
tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak
tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di
lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah.
Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting
di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan
memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam
jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah
ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung
jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.
Sebagian
besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan
tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap
stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan
pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka.
Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini
membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana
hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh
manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan.
Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau
sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini
bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke
kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang
paling mendasar.
Seluruh
kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat
secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur.
Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa
pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem
keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa
dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau
kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di
Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO),
mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran dan
pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan
jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat
ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal
hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan
medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga
atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama
menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis
adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi
menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian
besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin,
mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip
dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan
mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat
lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal
besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam
peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang
digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan
paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara
keseluruhan.
Pusat pengobatan
adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah
warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar
khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang
terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi
frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar
lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit
yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan
yang sesuai untuk pasien.
Setelah
itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan
di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir
akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar
energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera
yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan,
“aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang
merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni”
menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari
tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh
dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik
pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” ,
sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat
bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta
bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang
pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak.
Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah,
menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan
dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat
getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran
positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat
pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk
menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar
membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di
tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat
besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis,
biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun,
tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan
setiap orang.
Di seluruh wilayah,
setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima
pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat
lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran
utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau
duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode
lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai
mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode
visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita
kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan
mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu
metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur
informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si
murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan
melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak
memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran
maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam
masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka.
Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi
getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren,
maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran
terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang
positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada
keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir
orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak
dibenarkan.
Dalam buku sejarah
kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami
yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu.
Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi
dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita
tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang
lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan
sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi
untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat
dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya
tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan
perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan
melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali
tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada
perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk
mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan
kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan
sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan
makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara
keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia
kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.
Ada
juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah
manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala
manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi
kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun
sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks.
Orang yang sadar mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan
ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan
takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat
besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan
untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan
inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main,
biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak
matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada
masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal.
Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah
sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik
terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan.
Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara
disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi
udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.
Empat
unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling
fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling
stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar
hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka
“mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi
bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah
mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang
lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur
pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan
“kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan
yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari
peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan
mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai
berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka
akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis
akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran,
Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu
saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu
lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat
yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami
dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak
orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai
ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan
kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta.
Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh
karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan
meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh
karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah
perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka
kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi
tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.
Saya
memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami
kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke
kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung
transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia
akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat
kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus
menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.
Saya
masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir,
bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran.
Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami
kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap
menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung
berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling
berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal
bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah
mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak.
Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah
terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam.
Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala
penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api.
Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air
raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan,
menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan
daratan.
Sumber Kehancuran
Lewat
ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi
bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan
pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern,
sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang
dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban
sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan
dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan,
bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan
hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat,
dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa
Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk
mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini
membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan
penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai
punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato
menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum
yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia,
keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia,
peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa
sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa
Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja
dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan
hidup berfoya-foya dan serba mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran
sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti
oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati
keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang
yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin
merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi
orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat
membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas
karunia Tuhan.”
9. Beberapa teori Atlantis
Ide Nasionalis
Konsep
Atlantis menarik berhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich
Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa
Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World,
1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch)
Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred
Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara
mengenai kepala ras "Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".
Hipotesa terkini
Dengan
teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an,
kebanyakan teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya.
Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal
dari mitologi awal.
Teori
spekulatif yang lain tentang keberadaan Benua Atlantis, justru saling
berseberangan satu sama lain. Dalam teori yang lain, Atlantis selalu
dihubung-hubungkan dengan keberadaan UFO secara langsung. Dipercayai,
oleh para pendukung keberadaan UFO, mahluk-mahluk ekstrateretial
tersebut adalah manusia atlantis yang meninggalkan Bumi karena
kehancuran massal. Mereka, dengan teknologi majunya, pindah ke Planet
lain. Ada yang beranggapan mereka pindah ke Planet Mars, lalu pindah
lagi ke Planet lain. Hal ini juga menerangkan Evolusi manusia yang
berubah menjadi Alien.
Dalam waktu ribuan tahun atau lebih lama lagi,
Karena perkembangan teknologi yang amat pesat, kepala manusia menjadi
lebih besar karena porsi otak yang mereka gunakan makin maksimal. Tubuh
mereka menjadi lebih kurus karena, semakin maju teknologi, tidak ada
lagi pekerjaan keras yang mereka kerjakan, mulut mereka mengecil karena
konsumsi sudah lebih cepat dengan cara infus atau berbentuk pil. Mereka
sesekali berkunjung ke Bumi untuk meneliti kehidupan yang telah ia
tinggalkan.
10. Berbagai Penemuan Antlantis
Terdapat
beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam
pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut
perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang
lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan,
keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan
rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan
rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika
membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu
adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika
semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000
tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah
kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh
minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun
1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik,
di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah
berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
•
Di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan
Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus
pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali
ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut
ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke
bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari
batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan
menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan
ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya
cemerlang.
• Awal tahun ‘70-an
disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah
mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar
laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan
pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi
ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato.
•
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8
lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya
manusia.
• Tahun 1979, ilmuwan
Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih
menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda. Panjang
piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak
piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar
dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang
raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar
lubang.
• Tahun 1985, dua kelasi
Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”.
Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar
vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang
aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dan lain-lain.
•
Pada tahun 2005 Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos
menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut
Indonesia. Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah
buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve
Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33
perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi,
dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya,
ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan
bangunan kuno Aztec di Meksiko.
11. Syarat untuk Menjadi Benua Antlantis
Di
bawah ini saya kutipkan 24 syarat Atlantis (di mana saja di seluruh
dunia) hasil kesepakatan para peneliti Atlantis dari 15 negara yang
berkumpul di Pulau Milos, Yunani, dari 11 hingga 13 Juli 2005. Mereka
bertukar pikiran mengenai keberadaan Benua Atlantis.
Berdasarkan kepada tulisan
Plato, peserta konferensi akhirnya setuju pada 24 kriteria yang secara
geografis harus memenuhi persyaratan keberadaan lokasi Atlantis, yaitu:
1. Metropolis Atlantis harus terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada.
2.
Metropolis Atlantis harus mempunyai morfologi yang jelas berupa
selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat.
3. Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules.
4. Metropolis Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia, dan Timur Tengah dan Sinai (gabungan).
5.
Atlantis harus pernah dihuni oleh masyarakat maju/beradab/cerdas
(literate population) dengan ketrampilan dalam bidang metalurgi dan
navigasi.
6. Metropolis Atlantis harus secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena.
7. Pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena.
8. Metropolis Atlantis harus mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan (unprecedented proportions).
9. Metropolis Atlantis harus tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air.
10. Waktu kehancuran Metropolis Atlantis adalah 9000 tahun Mesir, sebelum abad ke-6 SM.
11. Bagian dari Atlantis berada sejauh 50 stadia (7,5 km) dari kota.
12.
Atlantis padat penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar
(10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan)
13. Ciri agama penduduk Atlantis adalah mengurbankan banteng-banteng.
14. Kehancuran Atlantis dibarengi oleh adanya gempa bumi.
15. Setelah kehancuran Atlantis, jalur pelayaran tertutup.
16. Gajah-gajah hidup di Atlantis.
17. Tidak mungkin terjadi proses-proses selain proses-proses fisik atau geologis yang menyebabkan kehancuran Atlantis.
18. Banyak mata air panas dan dingin, dengan kandungan endapan mineral, terdapat di Atlantis.
19.
Atlantis terletak di dataran pantai berukuran 2000 X 3000 stadia,
dikelilingi oleh pegunungan yang langsung berbatasan dengan laut.
20. Atlantis menguasai negara-negara lain pada zamannya.
21. Angin di Atlantis berhembus dari arah utara (hanya terjadi di belahan bumi utara)
22. Batuan Atlantis terdiri dari bermacam warna: hitam, putih, dan merah.
23. Banyak saluran-saluran irigasi dibuat di Atlantis.
24. Setiap 5 dan 6 tahun sekali, penduduk Atlantis berkurban banteng.
12. Pendapat Tentang Lokasi Antlantis Oleh Para Ahli
o
Kantor berita Reuters melaporkan minggu ini bahwa Jim Allen, seorang
penjelajah bangsa Inggris, yakin dia telah menemukan benua yang hilang
itu. Kalau semula diperkirakan Atlantis hancur dan tenggelam ke dasar
laut termasuk semua bangunan dan kebudayaannya yang sangat maju untuk
waktu itu, seperti ditulis oleh ahli filsafat Yunani terkenal Plato
dalam abad ke-4 sebelum Masehi, Jim Allen mengatakan, Atlantis terletak
di sebuah dataran tinggi di Bolivia, 4,000 meter di atas permukaan laut.
"Sudah tiba saatnya untuk menyatakan bahwa kota atau benua Atlantis itu
letaknya di Bolivia," kata Jim Allen dalam sebuah wawancara pers yang
diadakan di ibukota Bolivia, La Paz.
Kata Allen, kota Quillacas yang
berpenduduk 1,000 orang, kira-kira 300 km sebelah selatan ibukota La
Paz, adalah pusat benua Atlantis. Kota itu terletak di kawasan gunung
api, dan rumah-rumah penduduk dibangun dengan menggunakan batu berwarna
merah dan hitam, seperti yang dilaporkan oleh Plato 2,400 tahun yang
lalu. Kata Allen, dataran tinggi dimana terdapat kota Quillacas itu,
puluhan ribu tahun yang lalu terbenam dalam banjir yang disebabkan hujan
lebat. Tapi yang paling menarik, katanya, di kawasan itu terdapat
sedikitnya 50 karakteristik alam yang cocok dengan apa yang ditulis oleh
Plato. Khususnya ditemukan sisa-sisa sebuah saluran irigasi yang
lebarnya 200 meter, yang sesuai dengan deskripsi Plato. Dataran tinggi
Bolivia itu mencakup 10 persen luas kawasan Bolivia dan merupakan
dataran paling luas di seluruh dunia. Tempat itu diapit oleh pegunungan
Andes, yang dibagian barat-nya hampir mencapai Lautan Pasifik. Sekitar
25,000 sampai 40,000 tahun yang lalu, dataran tinggi itu secara periodik
kebanjiran sehingga tampak seperti danau sangat besar. Setelah banjir
itu susut, tinggallah dua buah genangan air besar yang sekarang disebut
Danau Poopo dan danau Titicaca. Sejak lama dongeng tentang benua
Atlantis yang hilang itu telah menarik perhatian orang, dan ribuan buku
telah ditulis tentangnya; ada yang seratus persen fantasi, dan ada yang
berusaha membuktikannya lewat berbagai teori ilmu pengetahuan.
o
Dr. Ulf Erlingsson, seorang ahli geografi yang mendalami geografi fisik
pada Universitas Uppsala di Swedia, menyatakan Irlandia adalah Pulau
Atlantis yang dimaksud oleh Plato. Spesialisasi Dr. Ulf Erlingsson
adalah geomorfologi, geologi bahari (marine geology) dan glaciologi
(ilmu pengetahuan mengenai kepulauan es). Erlingsson pakar dalam
pemetaan bawah laut dan telah menciptakan peralatan untuk tujuan ini.
Menurutnya,
ukuran, geografi dan bentang alam Atlantis sama persis dengan Irlandia.
Paling utama dalam teorinya ini adalah ukuran panjang dan lebar
pulaunya sama, serta terdapat daratan di tengah pulau yang dikelilingi
gunung-gunung. Menurutnya, cerita Plato memiliki 99,98 persen data
geografis Irlandia. Dan bencana yang dimaksud Plato adalah tenggelamnya
Dogger Bank akibat pasang yang luar biasa pada 6.100 tahun SM. Bukan
hanya mengkaji secara geografi fisik, Ulf Erlingsson juga mencantumkan
situs megalitik di Irlandia yang setara dengan monumen megalitik lainnya
di Eropa dan Afrika Utara yang masuk dalam batas wilayah Atlantis
menurut Plato. Kajian Erlingsson ini diterbitkan bulan September 2003
oleh Lindrom Publishing dengan judul ”Atlantis from a Geographer’s
Perspective: Mapping the Fairy Land.”
14. Apakah Antlantis itu Indonesia?
Setelah
puluhan wilayah sebelumnya tidak juga memberi bukti valid, Indonesia
kini disebut-sebut sebagai tempat Atlantis sesungguhnya, sebuah surga
dunia yang tenggelam dalam waktu sehari semalam. Di antara begitu banyak
pakar yang meyakini Atlantis berada di Indonesia adalah Profesor Arysio
Santos. Geolog dan fisikawan nuklir asal Brasil ini melakukan
penelitian selama 30 tahun untuk meneliti keberadaan Atlantis. Lewat
bukunya, Atlantis: The Lost Continent Finally Found, Santos memberikan
sejumlah paparan serta analisisnya. Santos menelusur lokasi Atlantis
berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi,
linguistik, etnologi, dan comparative mythology.
Santos
menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang
membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai
pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan
dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Di
kalangan para Spiritualis, termasuk Madame Blavitszki — pendiri Teosofi
— yang mengklaim bahwa ajarannya berasal dari seorang “bijak” dari
benua Lemuria di India. Di dalam kebudayaan Lemuria, spiritualitasnya
didasari oleh sifat feminin, atau mereka lebih memuja para dewi sebagai
simbol energi feminin, ketimbang memuja para dewa sebagai simbol energi
maskulin.
Hal ini cocok dengan
spiritualitas di Indonesia yang pada dasarnya memuja dewi atau energi
feminin, seperti Dwi Sri dan Nyi Roro Kidul (di Jawa) atau Bunda
Kanduang (di Sumatera Barat, Bunda Kanduang dianggap sebagai simbol dari
nilai-nilai moral dan Ketuhanan). Bahkan di Aceh pada masa lalu yang
dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah dipimpin 5 kali oleh Sultana (raja
perempuan) sebelum masuk pengaruh kebudayaan dari Arab yang sangat
maskulin. Sebelum itu di kerajaan Kalingga, di daerah Jawa Barat/Jawa
Tengah sekarang, pernah dipimpin oleh Ratu Sima yang terkenal sangat
bijak dan adil. Di dalam kebudayaan lain, kita sangat jarang mendengar
bahwa penguasa tertinggi (baik spiritual atau politik adalah perempuan),
kecuali di daerah yang sekarang disebut sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Ketiga, soal
semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air
laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke
dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam
yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak
bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa
ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote
sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi
di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran
semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Dugaan
terkini tentang keberadaan Atlantis adalah daratan yang berada di
Indonesia. Sebagian arkeolog dan ilmuwan Amerika Serikat bahkan meyakini
benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land
atau Summa Terra Land, Wilayah yang kini ditempati Sumatera, Jawa dan
Kalimantan yang sekitar 11.600 tahun silam daratan-daratan ini masih
merupakan kontinen yang sangat besar. Benua ini perlahan-lahan tenggelam
dan terpisah seiring dengan berakhirnya zaman es. Teori ini diangkat ke
permukaan dalam ‘International Symposium on The Dispersal of
Austronesian and The Ethnogeneses of The People in Indonesian
Archipelago’ yang dihelat 28-30 Juni 2005, di Solo. Hipotesa itu
berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan
tentang arkeologimolekuler. Disebutkan lagi, Pulau Natuna dan
Penduduknya merupakan sisa-sisa terpenting yang berkaitan dengan
Atlantis. Berdasarkan kajian Biomolekuler, Penduduk Asli Natuna memiliki
gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua yang diyakini bangsa
ini memiliki kebudayaan tinggi seperti yang dinisbatkan Plato dalam
mitologi yang ia kemukakan.
Dalam
teori yang lain yang mendukung Atlantis berada di Indonesia
mengemukakan, Penduduk Atlantis terbagi dua, keturunan minoritas bangsa
lemuria yang berkulit putih, tinggi, bermata biru dan berambut pirang
yang merupakan nenek moyang suku bangsa Arya dan dipercaya memiliki
garis keturunan Bangsa Pleides, sedangkan penduduk yang lain berkulit
coklat/gelap, relatif pendek, bermata coklat dan berambut hitam memiliki
garis keturunan Bangsa Mu/Lemuria/Pasifika. Pada waktu itu, Bangsa luar
angkasa (Bangsa Pleides) sudah berhubungan baik dengan penduduk Bumi.
Mereka umumnya dianggap sebagai Dewa karena kemampuannya jauh di atas
penduduk Atlantis.
Hal ini
dihubung-hubungkan dengan Hastinapura (Bahasa Sansekerta untuk Atlantis)
tepatnya disekitar wilayah Suma Terra (Sumatra) atau disebut juga
Swarnabhumi atau Land of Taprobane, ditengah-tengah 2 pillar penyangga :
Gunung Krakatoa dan Gunung Toba, dua gunung yang super besar. Atlantis
hancur karena konflik internal para penguasa yang luluh lantak karena
peperangan super modern dengan menggunakan teknologi tinggi (nuklir)
berikut senjata-senjata pemberian bangsa Pleides. Senjata tersebut
memiliki daya hancur masal yang dimiliki oleh para pemimpin-pemimpin
Atlantis, yang pada akhirnya memicu ketidakstabilan pada alam.
Peperangan
itu terbagi menjadi 2 kubu besar, seperti yang diceritakan dalam
mitologi, Pandawa dan Kurawa. Kendaraan tempur dan pesawat-pesawat
tempur di asumsikan sebagai Kereta Kencana, sedangkan Panah-panah sakti
adalah asumsi dari Rudal balistik atau laser beam. Dan baju zirah yang
dikenakan gatot kaca adalah Baju tempur yang bisa terbang. Diceritakan
pula, seorang tokoh (baladewa) tidak boleh ikut berperang karena
memiliki senjata pemusnah masal yang mampu membelah bumi.
Peristiwa
besar itu, yang dimenangi oleh Pandawa, tetap saja mengakibatkan alam
menjadi tidak seimbang yang pada akhirnya terjadi letusan besar dari 2
gunung super volcano (2 pillar) yang mengapit mereka, yang memusnahkan
Penduduk Atlantis secara global, yaitu Gunung Krakatoa dan Gunung Toba.
Danau Toba, danau terluas di atas ketinggian seribu meter dari permukaan
air, adalah kaldera raksasa yang di asumsikan sebagai sisa-sisa dari
Gunung raksasa tersebut. Ledakan itu menyebabkan gelombang Tsunami yang
dahsyat sehingga menghapus semua kebudayaan yang pernah berdiri di Summa
Terra. Tersapu dan di hempaskan ke seluruh bagian dunia hingga terhisap
ke dasar Lautan Atlantik.
Sebagian
kecil penduduk yang selamat sebagian besar lari ke arah barat (melalui
India, Alengka (Srilangka)) dan menjadi Ras Arya. Sebagian kecil ke arah
timur dan menjadi Bangsa Oceania dan Indian. Sayangnya bagian kecil
penduduk yang selamat adalah penduduk-penduduk yang ada di lingkar luar
yang jauh dari pusat Atlantis. Sehingga kesinambungan teknologi
tiba-tiba berhenti dan kembali ke masa Pra-Sejarah. Mereka hanya
mewariskan kisah-kisah ini ke keturunan mereka yang kemudian di
adaptasikan dengan perkembangan kebudayaan setempat. Kisah-kisah ini
yang kemudian mengilhami pemahaman kepercayaan yang dianut oleh penduduk
bumi sebagai tuntunan dan pedoman hidup agar tidak terjadi lagi
kehancuran yang berakibat musnahnya peradaban manusia untuk kesekian
kali.
Sejak saat itu, Bangsa
Pleides (Mahluk Luar Angkasa) memutuskan untuk tidak ikut campur dalam
perkembangan manusia saat ini, karena kemunculannya disetiap kebudayaan
sebagai campur tangan mereka terhadap proses pendewasaan manusia bumi
yang diikuti dengan alih teknologi malah mengakibatkan kehancuran. Di
anggap manusia bumi belum siap menerima teknologi yang mereka sampaikan
dengan menyalahgunakannya. Campur tangan tersebut juga tenyata berdampak
pada pemujaan berlebihan dan menganggap mereka sebagai Dewa yang pada
akhirnya menyingkirkan hakikat Tuhan. Saat ini mereka hanya mengamati
dan sesekali datang mengunjungi kita yang penampakannya sering
disebut-sebut dengan UFO (Unidentified Flaying Object) atau Alien.
Kemunculan UFO yang seringkali dilaporkan di Dunia Barat (Amerika dan
Eropa) juga dianggap mereka sedang mengobservasi bagian sisi kebudayaan
yang paling maju seperti yang mereka lakukan di kebudayaan-kebudayaan
terdahulu.
Dalam teori tersebut,
orang Indonesia sekarang bukan orang keturunan Atlantis atau Mu/Lemuria
melainkan suku mongolid yang berasal dari cina selatan melalui malaka
dan suku negroid austro yang berasal dari Austalia. Merekalah yang
akhirnya tinggal di wilayah bekas reruntuhan Atlantis.
Menurut
Santos, tidak kunjung ditemukannya jejak Atlantis karena orang-orang
mencari di tempat yang salah. Mereka seharusnya mencari lokasi tersebut
di Indonesia karena berbagai bukti yang kuat mendukung hal tersebut.
Pendapat Santos ini memang masih diperdebatkan mengingat hingga kini
belum ada ekspedisi khusus untuk mencari lokasi Atlantis di kepuluan
Indonesia. Dalam keyakinan Santos, Atlantis merupakan benua yang
membentang dari bagian selatan dari India bagian selatan, Sri Lanka,
Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Paparan Sunda.
Santos
meyakini benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang
terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekira 11.600 tahun lalu. Di
antara gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba
(induk Gunung Krakatau yang meletus pada 1883) yang konon letusannya
sanggup menggelapkan seluruh dunia. Letusan gunung berapi yang terjadi
bersamaan ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang
tsunami sangat besar. Saat gunung berapi itu meletus, ledakannya membuka
Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian
permukaan bumi yang kemudian disebut Atlantis.
Bencana
mahadahsyat ini juga mengakibatkan punahnya hampir 70 persen spesies
mamalia yang hidup pada masa itu, termasuk manusia. Mereka yang selamat
kemudian berpencar ke berbagai penjuru dunia dengan membawa peradaban
mereka di wilayah baru. “Kemungkinan besar dua atau tiga spesies manusia
seperti ‘hobbit’ yang baru-baru ini ditemukan di Pulau Flores musnah
dalam waktu yang hampir sama,” tulis Santos. Sebelum terjadinya bencana
banjir itu, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Nusa Tenggara diyakini masih menyatu dengan semenanjung
Malaysia serta Benua Asia.
Berdasarkan
cerita Plato, Atlantis merupakan negara makmur yang bermandi matahari
sepanjang waktu. Dasar inilah yang menjadi salah satu teori Santos
mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia. Perlu dicatat bahwa Atlantis
berjaya saat sebagian besar dunia masih diselimuti es di mana temperatur
bumi kala itu diperkirakan lebih dingin 15 derajat Celsius daripada
sekarang. Wilayah yang bermandi sinar matahari sepanjang waktu pastilah
berada di garis khatulistiwa dan Indonesia memiliki prasyarat untuk itu.
Dalam cerita yang dituturkan Plato, Atlantis juga digambarkan menjadi
pusat peradaban dunia dari budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi,
bahasa, dan lain-lain.
Plato juga
menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta
memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Merujuk cerita Plato,
wilayah Atlantis haruslah berada di daerah yang diyakini beriklim tropis
yang memungkinkan adanya banyak bahan mineral dan pertanian yang maju
karena sistem bercocok tanam yang maju hanya akan tumbuh di daerah yang
didukung iklim yang tepat seperti iklim tropis. Kekayaan Indonesia
termasuk rempah-rempah menjadi kemungkinan lain akan keberadaan Atlantis
di wilayah Nusantara ini. Kemasyhuran Indonesia sebagai surga rempah
dan mineral bahkan kemudian dicari-cari Dunia Barat.
Menurut
Santos, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan
puncak-puncak gunung dan dataran-dataran tinggi benua Atlantis yang dulu
tenggelam. Satu hal yang ditekankan Santos adalah banyak peneliti
selama ini terkecoh dengan nama Atlantis. Mereka melihat kedekatan nama
Atlantis dengan Samudera Atlantik yang terletak di antara Eropa, Amerika
dan Afrika. Padahal pada masa kuno hingga era Christoper Columbus atau
sebelum ditemukannya Benua Amerika, Samudra Atlantik yang dimaksud
adalah terusan Samudra Pasifik dan Hindia.
Sekali
lagi Indonesia memiliki syarat untuk itu karena Indonesia berada di
antara dua samudera tersebut. Jika terdapat begitu banyak kemungkinan
Indonesia menjadi lokasi sesungguhnya Atlantis lalu, mengapa selama ini
nama Indonesia jarang disebut-sebut dalam referensi Atlantis? Santos
menilai keengganan Dunia Barat melakukan ekspedisi ataupun mengakui
Indonesia sebagai wilayah Atlantis adalah karena hal itu akan mengubah
catatan sejarah tentang siapa penemu perdaban. Dengan adanya sejumlah
bukti mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia maka teori yang
mengatakan Barat sebagai penemu dan pusat peradaban dunia akan hancur.
“Kenyataan
Atlantis (berada di Indonesia) kemungkinan besar akan mengakibatkan
perlunya revisi besar-besaran dalam ilmu humaniora, seperti antropologi,
sejarah, linguistik, arkelogi, evolusi, paleantropologi dan bahkan
mungkin agama,” tulis Santos dalam bukunya. Selain Santos, banyak
arkeolog Amerika Serikat yang juga meyakini Atlantis adalah sebuah pulau
besar bernama Sunda Land yang luasnya dua kali negara India. Daratan
itu kini tinggal Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Salah satu pulau di
Indonesia yang kemungkinan bisa menjadi contoh terbaik dari keberadaan
sisa-sisa Atlantis adalah Pulau Natuna, Riau.
Berdasarkan
penelitian, gen yang dimiliki penduduk asli Natuna mirip dengan bangsa
Austronesia tertua. Rumpun bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal
bangsa-bangsa Asia merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah
keberadaan manusia. Rumpun ini kini tersebar dari Madagaskar di barat
hingga Pulau Paskah di Timur. Rumpun bangsa ini juga melahirkan 1.200
bahasa yang kini tersebar di berbagai belahan bumi dan dipakai lebih
dari 300 juta orang. Yang menarik, 80 persen dari rumpun penutur bahasa
Austronesia tinggal di Kepulauan Nusantara Indonesia. Namun, pendapat
Santos dkk yang meyakini bahwa Atlantis berada di Indonesia ini masih
harus dikaji karena kurang dilengkapi bukti-bukti.
Harry Truman Simanjuntak, arkeolog dari LIPI, yang menjadi salah satu pembahas, mengatakan klaim Santos bahwa penduduk Paparan Sunda pada akhir zaman es (Pleistosen) memiliki peradaban yang tinggi tidak memiliki bukti. Pada periode 11.600 tahun yang lalu, kata Harry, ras yang menghuni wilayah ini adalah Australomelanesoid. Ia merupakan manusia modern awal yang menghuni gua-gua dan menggunakan perkakas dari batu serta hidup dari mengumpulkan dan meramu bahan makanan.
Sementara itu, menurut Santos, yang meyakini betul kebenaran Plato, orang Atlantis itu adalah induk dari semua peradaban di dunia. Ketika Paparan Sunda tenggelam, mereka yang selamat bermigrasi ke berbagai penjuru dunia, seperti ke Asia Tenggara, Cina, Polinesia, Amerika, dan Timur Dekat. Mereka sudah mampu bercocok tanam, mengolah bahan tambang menjadi logam mulia, dapat membangun istana, tembok, dan benteng, serta memiliki seni budaya yang tinggi.
Keraguan juga datang dari Awang H. Satyana, geolog senior di BP Migas. Menurut dia, klaim Santos bahwa Paparan Sunda (daratan yang menyatukan Sumatera, Jawa, Kalimantan) itu tenggelam karena letusan Gunung Krakatau yang mendatangkan tsunami setinggi 130 meter dan dan mencairkan es di kutub selatan juga tidak memiliki data ilmiah pendukung.
Letusan gunung, tidak mungkin melelehkan es di kutub. Malahan, yang paling mungkin adalah perubahan iklim seperti yang terjadi setelah Gunung Tambora meletus pada 1815. Abu yang dimuntahkan gunung itu sangat tebal sehingga menutupi atmosfer dan menghalangi sinar matahari. Akibatnya, suhu menjadi turun dan membuat iklim menjadi dingin, bahkan di Eropa kala itu ada julukan the year without summer.
Sementara itu, tidak ada publikasi penelitian yang mengkonfirmasi adanya letusan Krakatau pada 11.600 tahun yang lalu. letusan paling purba dari Krakatau yang terlacak oleh geologi saat ini adalah pada 416 Masehi.
Namun, dalam pandangan budayawan Radhar Panca Dahana, tesis Santos yang menyebutkan bangsa yang mendiami Paparan Sunda memiliki peradaban yang tinggi cukup masuk akal. Radhar mengutip pernyataan Nobelis Rabindranath Tagore, yang marah ketika ditawari melihat “Indonesos” atau India Jauh saat berkunjung ke Jawa pada 1920-an. Menurut Tagore, apa yang dilihatnya bukanlah India, melainkan Jawa yang jauh berbeda dari India.
Bukti bahwa nenek moyang kita adalah pelaut besar dan pembuat perahu yang hebat, kata Radhar, bisa dilihat pada relief di Candi Borobudur. Perahu bercadik yang tergambar di situ kemudian ditiru oleh bangsa Eropa. Pada seribu tahun yang lalu, kata Radhar, ras Austronesia mampu berlayar sampai ke Haiti di Pasifik.
Narasumber :
http://WWW.SSQ-DLA.COM
http://www.vivanews.com
http://wikimedia.or.id
http://www.bergaul.com
http://www.oneearthmedia.net
http://oranggila.dagdigdug.com
http://ugm-club.blogspot.com
http://www.dudung.net
http://blog.fitb.itb.ac.id
http://okezone.com
http://www.tempointeraktif.com
rendyramadhan@blogspot.com
http://roni-pascal.blogspot.com
Sumber:
http://meiharls.blogspot.com/2010/04/benua-antlantis-yang-hilang.html
No comments:
Post a Comment