Pages

Friday, May 16, 2014

Dampak letusan gunung Toba zaman purbakala musnahkan hutan di anak benua India

Dampak letusan gunung Toba zaman purbakala musnahkan hutan di anak benua India

Kajian palaeogeografi ahli asal AS mengetengahkan temuan terkini tentang letusan dahsyat gunung Toba di Sumatera yang menyajikan bukti tak terbantahkan betapa letusan “mega-colossal” gunung berapi zaman purbakala yang terjadi 73.000 tahun silam menimbulkan dampak dahsyat luar biasa hingga memusnahkan keberadaan kawasan hutan di anak benua India yang letaknya terpisah sejauh 3.000 mil dari pusat letusan yang kini menjadi danau Toba.

Bukti-bukti riset mencakup debu sampel penelitian yang ditemukan di lokasi daratan India, Samudera Hindia, Teluk Benggali, dan laut China Selatan dari kejadian letusan yang diperkirakan melontarkan material dan debu vulkanis hingga sejumlah 800 km³ ke atmosfir bumi dan membuat gunung berapi zaman purbakala tersebut lenyap tinggal meninggalkan kawah di muka bumi yang kini menjadi danau Toba —dengan dimensi panjang 100km dan lebar 35km menjadi bukti peninggalan danau vulkanis terbesar sejagat—


Digambarkan kedahsyatan dampak letusan ini menjadikan partikel debu pada lapis atmosfir menghalangi sinar matahari ke bumi serta memantulkan kembali panas radiasi hingga selama selang 6 (enam) tahun hingga serta merta memunculkan zaman “Instant Ice Age” di muka bumi —yang berdasarkan analisa penelitian lapisan es di Greenland zaman es ini berlangsung selama 1.800 tahun—


Penelitian ini dilaksanakan oleh Prof. Stanley Ambrose ahli ilmu antropologi dari Universitas Illinois – AS selaku pimpinan peneliti utama yang bekerja sama dengan Profesor Martin A.J. Williams dari Universitas Adelaide – Australia yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology” terbitan terkini. Prof. Williams adalah yang pertama kali melacak membuktikan terdapatnya debu sisa-sisa letusan gunung Toba purbakala di daratan anak benua India pada tahun 1982.


Dalam riset terkini ini peneliti mengambil sampel penelitian berupa lapisan bongkah marine core dari kedalaman dasar laut Teluk Benggali serta lapisan fosil pada 3 (tiga) lokasi terpisah di daratan anak benua India untuk kemudian melaksanakan analisis uji carbon isotopes : isotop karbon. Analisa isotop karbon hasilnya mencerminkan jenis vegetasi yang ada pada suatu tempat dan periode waktu tertentu. Kawasan berhutan lebat meninggalkan beda pada cirian “sidik jari” isotop karbon yang berbeda dari padang rumput atau hutan savana.

Temuan riset mengetengahkan pada lapis 5 – 7 cm di atas lapisan debu letusan Toba mengindikasikan terjadi perubahan dengan terdapatnya fosil vegetasi tanaman khas perdu dan pakis yang berbeda halnya dengan sedimentasi vegetasi tanaman keras layaknya pepohonan hutan belantara kawasan tropis.


Diterangkan oleh Prof. Ambrose bahwa penurunan suhu bumi hingga sebesar 16 derajat Celcius dengan munculnya zaman “Instant Ice Age” ini terjadi berhubung keadaan penurunan suhu bumi akan menyebabkan dampak penurunan curah hujan hingga menyebabkan musnahnya kawasan hutan belantara. Sedangkan jika ditilik berdasar ketebalan lapisan fosil berlangsung keadaan demikian berjalan sekurangnya hingga 1.000 tahun sejak terjadinya letusan.


Jika ditelaah dari data skala VEI : Volcanic Explosivity Index —yang dipergunakan USGS – Geological Survey Amerika Serikat— letusan luar biasa gunung Toba zaman purbakala ini diklasifikasikan kategori VEI : 8 hingga disebut “mega-colossal” yang antara lain dicirikan dari besaran volume lontaran material vulkanis letusan -/+ 1.000 km³.

Sebagai perbandingan letusan g. Tambora (th. 1815) di kepulauan Nusa Tenggara termasuk dalam skala VEI : 7 , sedangkan peristiwa dahsyat letusan g. Krakatau (th.1883) hingga tinggal menyisakan pulau Anak Krakatau sekarang ini termasuk dalam VEI : 6.


Pada gilirannya letusan “mega-colossal” gunung berapi Toba berdampak pula terhadap proses evolusi manusia di muka bumi, walau ini masih menjadi kontroversi diantara kalangan ilmuwan. Prof. Ambrose sendiri berpegang kajian risetnya yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Journal of Human Evolution” pada tahun 1998 termasuk ahli yang meyakini bahwa letusan mega volcano Toba dan kemunculan Zaman Es sesudahnya menjadikan keadaan relatif kurangnya keragaman genetika yang ada pada manusia modern sekarang ini. Bahkan dinyatakannya peristiwa luar biasa ini nyaris mengakibatkan manusia punah dari muka bumi.



Sumber:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/dampak-letusan-gunung-toba-zaman-purbakala-musnahkan-hutan-di-anak-benua-india/

No comments:

Post a Comment