Pages

Friday, May 2, 2014

Kota Ajaib dari Lumpur di Gurun Sahara, Umurnya 12 Abad!

Kota Ajaib dari Lumpur di Gurun Sahara, Umurnya 12 Abad!

Ellys Purwandari - d'Traveler - Selasa, 25/03/2014 18:25:00 WIB 
 
  detikTravel Community -  Kota Siwa di tengah Gurun Sahara adalah sebuah destinasi yang ajaib untuk wisatawan. Kota di perbatasan Mesir-Libya ini dibikin dari lumpur dan berumur 12 abad! Di Kota Siwa juga ada danau garam yang tak kalah anehnya.

Terletak jauh di tengah gurun, antara Mesir dan Libya, terbentang kota oasis bernama Siwa. Kota yang dahulunya merupakan bagian dari kerajaan kuno ini, memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dari masa lalu. Sangat mempesona.

Siwa adalah sebuah kota kecil di perbatasan Mesir-Libya. Berada di wilayah provinsi Matrouh, sebelah barat Kairo. Jarak dari kota terdekat (Marsa Matrouh) kurang lebih 305 km. Sedangkan jarak dari Kairo kurang lebih sekitar 800 km. Dengan waktu tempuh sekitar 9-10 jam.

Nuansa Kota Siwa tak berbeda dengan nuansa desa-desa di pinggiran Kairo. Rumah-rumahnya sederhana, hanya ada beberapa bangunan bertingkat, termasuk hotel yang kami tempati. Jalanannya lengang dan kereta keledai berlalu lalang. Berbanding terbalik dengan kehidupan Kota Kairo yang ruwet.

Walaupun Siwa berada di tengah padang pasir, tetapi Siwa adalah daerah yang subur, sekali pun tak dilewati aliran Sungai Nil. Tak heran Siwa sudah dihuni manusia sejak zaman Mesir kuno.

Tidak bisa dipungkiri, dimana ada sumber air, di situ pula ada peradaban manusia. Begitu pula dengan Siwa. Di Siwa terdapat ratusan oase kecil, dan yang paling besar dinamakan Wahat Siwah (Siwa Oasis). Memiliki panjang 80 km dan lebarnya 20 km.

Mata pencaharian penduduk Siwa adalah berkebun kurma dan zaitun. Kurma Siwa memang cukup terkenal di Mesir. Apalagi yang ada isinya coklat, Hmmmm! Produksi minyak zaitunnya bahkan di ekspor ke beberapa negara di Eropa. Di Siwa juga terdapat pabrik air kemasan, yang airnya diambil dari oasis.

Selain terdapat banyak oase, Siwa juga memiliki danau garam yang luas. Uniknya jika musim panas, danau ini akan mengeras dan berubah warnanya menjadi putih. Namun saat musim dingin, danau garam akan mencair dan airnya jernih berwarna biru. Tapi rasanya tetap asin, namanya saja danau garam.

Kebetulan saat kami berkunjung ke sana, danau garamnya tidak seluruhnya cair, karena musim dingin sudah mulai beralih ke musim semi. Jadi ada sebagian danau yang beku, sebagian lagi masih cair.

Penduduk asli Siwa adalah Suku Berber, yaitu suku yang mendiami Afrika bagian utara seperti Maroko, Aljazair, Libya, termasuk Mesir.

Setiap mendengar kata Berber, yang terlintas dibenak kita adalah sekumpulan orang yang hidupnya primitif dan tidak mengenal peradaban. Mereka digambarkan sebagai suku yang kejam, dan sadis. Namun tidak demikian realitasnya, itu hanya stereotipe sebagian orang saja.

Orang Siwa sangat ramah seperti orang-orang desa umumnya. Karena letaknya yang lebih dekat dengan Libya, bahasa yang dipakai penduduk Siwa adalah bahasa Arab amiyah dengan aksen Libya.

Setiap tahun pada bulan Oktober, para lelaki Siwa berkumpul di Jabal Dakrour merayakan hari perayaan perdamaian, atau dinamakan Festival Syaha. Jabal Dakrour pernah menjadi tempat berlangsungnya perjanjian perdamaian antar kabilah yang bertikai.

Berbeda dengan di Kairo, di Siwa kita nyaris tak akan menemukan wanita di jalan. Selama 2 hari di sana, hanya 2 kali saja saya berpapasan dengan wanita, itupun menggunakan burqa.

Wanita Siwa memang dibatasi aktivitasnya. Sekolah dibatasi hanya sampai setingkat SMA, setelah itu dinikahkan. Setelah menikah dan menjadi istri, mereka harus tinggal di rumah.

Urusan kegiatan di luar rumah akan dilakukan suami. Jika terpaksa keluar harus memakai burqa. Jangan khawatir, aturan ini tidak berlaku untuk orang luar Siwa kok.

Jika kita melihat peta, kota Siwa letaknya sangat terisolir. Hanya sekitar 10 km dari pusat kota, kita akan disuguhi pemandangan gurun pasir yang luas. Karena Siwa memang berada di salah satu bagian gurun Sahara, yaitu gurun pasir terluas di dunia.

Gurun Sahara yang berada di benua Afrika ini luasnya sekitar 9,4 juta kilometer persegi. Masuk dalam wilayah beberapa negara seperti Mesir, Libya, Tunisia, Maroko, Nigeria, Sudan, Chad, Eritrea, Mauritania, dan Mali.

Jangan lupa, kalau di Siwa Anda harus mencoba kegiatan paling seru di sini, offroad di atas Gurun Sahara. Bayangkan saja, berkendara di atas gunung pasir, lalu meluncur kemudian mendaki lagi, berbelok dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Sensasinya mirip naik roller coaster, mungkin juga seperti sedang mengikuti rally Paris-Dakkar ya?

Dibutuhkan keahlian khusus kalau tidak mau kendaraan terpelanting atau tersesat di tengah gurun yang luas itu. Topografi gurun Sahara ini memang bervariasi. Bahkan ada beberapa gunung pasir yang tingginya mencapai lebih dari 150 meter. Landscape ini terbentuk dari hembusan angin dari waktu ke waktu.

Ada banyak agen wisata yang menawarkan desert safari ini di Siwa. Ada baiknya pergi ke Siwa rombongan dalam jumlah cukup banyak. Karena kalau tidak lebih dari 5 orang, offroad terasa kurang seru. Tarif per orang dipatok 100 EGP (Rp 160.000). Tidak mahal sih untuk sensasi yang luar biasa itu.

Satu lagi yang menarik di Siwa, yaitu bangunan di dekat alun-alun kota. Bangunan ini terlihat seperti gunung batu. Namun sesungguhnya adalah sebuah shali. Shali dalam bahasa siwi, bahasa asli penduduk Siwa, berarti kota.

Kota tersebut dibangun sekitar 12 abad silam. Komplit dengan masjid di dalamnya. Berfungsi juga sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Bangunan shali ini terbuat dari lumpur yang konon dicampur dengan garam. Bentuk bangunan memang sudah tidak utuh lagi. Dari atas kita bisa melihat kota Siwa secara utuh dan hamparan kebun-kebun kurma.

Sebelum meninggalkan Siwa, jangan pernah lupa membeli kurma dan minyak zaitun. Itu merupakan oleh-oleh wajib dari Siwa. Kalau kerajinan tangan, ada karpet handmade yang terbuat dari anyaman benang, kisaran harganya antara 200-1.000 EGP tergantung kehalusan benangnya. Toko-toko kerajinan banyak berada di bawah shali dan dekat alun-alun kota.

Siwa, kota di Gurun Sahara ini telah membuat saya terpesona.


Sumber:
http://travel.detik.com/read/2014/03/25/182500/2531418/1025/kota-ajaib-dari-lumpur-di-gurun-sahara-umurnya-12-abad

No comments:

Post a Comment