Pages

Sunday, May 4, 2014

Menjelajahi Jejak Piramida (Infogarfik)

Menjelajahi Jejak Piramida (Infogarfik)

Benarkah gunung berbentuk piramid itu menyimpan peradaban masa silam?
Perburuan Jejak Peradaban masa silam tak pernah berhenti, termasuk, keyakinan Nusantara memendam peradaban tinggi di masa lampau. Komunitas Turangga Seta misalnya, menjelajah sejumlah lokasi yang punya gunung berbentuk piramida.

Mereka mengklaim ada ratusan piramid yang tersembunyi di bawah bukit yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

18 Bukit telah diuji seismik dan geolistrik. Perburuan itu mengingatkan pada spekulasi ilmiah tentang keberadaan Atlantis, benua yang hilang.

Geolistrik (Hasil Uji yang mengagetkan)

Uji geolistrik adalah salah satu pengujian yang telah lama di teknik geofisika. Geolistrik dipakai untuk mengukur resistivitas suatu batuan dan biasanya dipakai untuk mencari air di dalam tanah.

Alat geolistrik yang digunakan pada penelitian di Gunung Lalakon, Bandung terdiri dari 56 sensor yang dipasangi altimeter (alat pengukur ketinggian) dan listriknya dicatu oleh dua aki listrik. Dengan sensor-sensor yang masing-masing dipasang berjarak 5 meter, sensor ini mampu mengetahui struktur batuan hingga 80 meter ke dalam tanah.

Tahun 1627 
Francis Bacon, Ilmuwan dan filsuf asal Inggris pada  tahun 1627 menuliskan esai berjudul The New Arlantis. Ia memaparkan akan adanya komunitas utopia yang disebut sebagai Bensalem, yang berada di pantai barat Amerika.

Pada esainya itu ada karakter yang memaparkan sejarah Atlantis serupa dengan penggambaran Plato namun berada di Amerika. Sayangnya Bacon tidak menjelaskan Amerika yang dimaksud apakah Amerika Utara atau Amerika Selatan

Tahun 1679
Sejak  1679, Olaus Rudbeck,  Ilmuwan Swedia mempublikasikan beberapa seri hasil temuannya yakni Atland. Dalam tulisannya, Rudbeck mencoba membuktikan bahwa Swedia adalah Atlantis, tempat lahirnya peradaban manusia di dunia.

Rudbeck juga berteori bahwa bahasa Latin dan Hebrew berasal dari Swedia dan kemudian berkembang. Atland, yang berarti fatherland, juga disebut sebagai nama asli dari Atlantis

Tahun 1728
 Pada bukunya, berjudul The Chronology of the Ancient Kingdoms yang terbit pada 1728, di beberapa bagian, 
Issac Newton menggambarkan daratan yang disebut sebagai Atlantis.

Dari Tulisannya, 
Newton tampak yakin bahwa atlantis berada di dataran yang sama dengan pulau Ogygia, yang menurut mitologi Yunani merupakan tempat tinggal Calypso, putri dari Atlas.

Pada buku itu, Newton juga menyebutkan bahwa menurut sumber-sumber purbakala yang ia dapat sebelum tenggelam, Atlantis dulunya sebesar Eropa, Afrika dan Asia.

Tahun 1803
Dalam Esainya berjudul 
Sur les iles fortunes et l'antique Atlantide yang dipublikasikan pada tahun 1803, Boy de Saint-Vincent, menyebutkan kepulauan Canary yang terletak di Spanyol merupakan sisa-sisa peninggalan Atlantis.

Menurut Saint-Vincent, dataran Atlantis ketika itu meluas hingga kawasan yang saat ini menjadi 
Cape Verde dan Azores serta kepulauan Madeira yang berada di Portugal.


Tahun 1882
Ignatius Donelly, politisi asal Pennsylvania, sangat yakin bahwa keterangan Plato seputar Atlantis sangat  faktual. Ia kemudian berupaya untuk membuktikan bahwa seluruh peradaban kuno, misalnya yang ada di Mesir dan Peru, yang ada di masa lalu merupakan peninggalan dari benua yang hilang tersebut.

Pada tahun 1882 ia mempublikasikan temuannya dalam buku berjudul Atlantis: The Antediluvian World. Pada bukunya ia mencoba membuktikan 13 hal, termasuk di antaranya adalah pernah ada sebuah 
pulau besar bernam Atlantis di kawasan samudera Atlantik, diseberang lautan Mediterania yang kini telah tenggelam.

Tahun 1924
Lewis Spence, jurnalis asal Skotlandia melakukan penelitian terhadap mitologi dan budaya dari 'Dunia Baru' serta mempelajari kebudayaan Eropa Barat dan Barat Laut Afrika. Hasil penelitiannya ia tuliskan dalam buku "The Problem of Atlantis" di 1924 dan "History of Atlantis" 3 tahun setelahnya. 


Menurut Spence, benua yang hilang itu merupakan peradaban di Zaman perunggu. Ia sangat mendukung teori pan-Egyptian setelah menemukan bukti-bukti pengaruh bangsa Mesir dimana-mana, termasuk di benua Amerika. Spence berpendapat, kepulauan Canary di Spanyol merupakan sisa-sisa peninggalan Atlantis yang kini tenggelam


Tahun 1960
Tahun 1960, A.G. Galanopoulos, arkeolog asal Yunani menyebutkan bahwa ia menemukan bukti-bukti adanya kota masa lalu yakni Thera. Temuan itu juga ia publikasikan dalam bukunya berjudul Atlantis: Truth Behind the Legend, yang terbit September 1969.

Pulau Thera, yang juga dikenal dengan Santorini, merupakan sebuah pulau yang berlokasi di utara pulau Kreta, di laut Egean, di sekitar Yunani dan Turki. Di sekitar tahun 1500 sebelum masehi, pulau itu hancur akibat letusan vulkanik yang menyebabkan keruntuhan mendadak peradaban Minoan. Galanopoulos yakin bahwa peradaban Minoan yang maju tersebut merupakan peradaban yang disebut-sebut Plato sebagai peradaban di Atlantis.


Tahun 1968
 J. Manson Valentine, seorang penyelam pada tahun 1968 menemukan apa yang tampak seperti sebuah jalan yang tersusun dari batu kapur berbentuk bujur sangkar, yang berada sekitar 5,5 meter di bawah laut di dekat Pulau Bimini, Bahama.

Pada tahun 1996, sejumlah bebatuan lain berhasil ditemukan. Dan dari penelitian disimpulkan bahwa batu-batu itu adalah buatan manusia.


Tujuh tahun setelah itu. ditemukan bebatuan lain di lokasi yang sama. Pilar tersebut dari marmer yang ditemukan belum pernah didapati di kawasan Bahama sebelumnya. Dari pengujian terhadap sampel-sampel dari bawah laut tersebut, ditemukan pula lapisan emas. sejumlah pengamat menyimpulkan bahwa kawasan tersebut merupakan salah satu bagian dari benua Atlantis yang tenggelam.

Tahun 1996
Viatcheslav Y. Koudriavtsev, peneliti Russia menyebutkan bahwa Atlantis berada di posisi yang jauh lebih ke utara di banding yang digambarkan Plato. Menurut data yang ia kumpulkan, Atlantis berada 50 sampai 160 meter di bawah permukaan laut, sekitar 210 kilometer barat daya Cornwall, Inggris, tepatnya di lempeng Celtic.

Kawasan yang disebut sebagai Little Sole Bank disebut bekas ibukota dari Atlantis. Ia tenggelam ke dasar laut di akhir zaman es lalu.

Tahun 1998
Stephen Oppenheimer, ahli genetik dan paediatrician asal Inggris melakukan penelitian dari berbagai Ilmu yakni  geologi, arkeologi, genetika, bahasa dan juga mempelajari cerita-cerita rakyat. Hasil penelitiannya ia tuangkan pada bukunya yang berjudul Eden in the East: The Drowned Continent of 
Southeast Asia.

Ia berkesimpulan, Ras Eurasia memilik nenek moyang dari Asia. Menggunakan bukti-bukti geologi, ia menyimpulkan bahwa pada periode 14 hingga 7 ribu tahun lalu, Sundaland sudut benua di tenggara Asia yang telah dihuni manusia sejak 50 ribu tahun lalu tenggelam hingga 200 meter. Peradaban manusia yang telah maju di kawasan ini kemudian menyebar ke berbagai kawasan.


Tahun 2005       
Pada bukunya yang berjudul Atlantis: The Lost Continent Finally Found, Arysio Nunes do Santos, seorang Profesor Pakar Fisika Nuklir menyebutkan, benua Atlantis yang hilang adalah Sundaland, daratan yang bergabung dengan benua Asia yang kiini menjadi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaysia dan lautan-lautan sekitarnya.

Lewat penelitian mendetail. Santos menyebutkan bahwa 15 ribu tahun lau. Sundaland mulai tenggelam. Selama 300 tahun, antara 14.300 hingga 14.600 tahun lalu, permukaan laut naik 16 meter. Antara 12 sampai 13 ribu tahun lalu, kenaikan permukaan laut melambat. namun antara 11 sampai 12 ribu tahun lalu, Sundaland tenggelam dengan cepat. Diperkirakan, penyebabnya adalah berakhirnya zaman es

Info ini didapat dari :  http://sorot.vivanews.com/news/infografik--menjelajahi-jejak-piramida

No comments:

Post a Comment