Pages

Wednesday, September 17, 2014

Ekskavasi Gunung Padang , Timnas Peneliti Menemukan Macam – Macam Artefak

Ekskavasi Gunung Padang , Timnas Peneliti Menemukan Macam – Macam Artefak

Cianjur, 17 September 2014
 Artefak-artefak-yang-ditemukan-di-Situs-Megalitikum-Gunung-Padang.jpg

Artefak-artefak-yang-ditemukan-di-Situs-Megalitikum-Gunung-Padang.jpg

sku-aspirasirakyat.com–Tim Nasional (Timnas) Peneliti Situs Gunung Padang, telah menemukan beberapa artefak yang sangat unik pada penelitian dan ekskavasi permulaan yang dimulai pada 7 September 2014 lalu itu. Salah satunya, penemuan andesit berbentuk tongkat yang diperkirakan sebagai simbol atau alat untuk upacara.

Salah satu Timnas Peneliti, Dani Hilman, mengaku, telah menemukan satu artefak yang sangat menarik yang ditemukan di kotak delta yang berada di Selatan. Di antara beberapa bangunan pada kedalam 2,3 meter dengan tanah timbun, ditemukan artefak yang sangat unik yang panjangnya mencapai 22 sentimeter dan lebat 7,5 sentimeter.

“Di tanah timbun itu kami menemukan artefak yang sangat unik. Geometrinya sangat unik juga dan sekarang sudah disimpan oleh di Juru Pelihara Gunung Padang, dan nanti kami teliti lebih lanjut,” paparnya kepada wartawan, dilokasi penelitian Gunung Padang, Selasa (16/9/14)

Artefak yang ditemukan itu, jelas dia, berbentuk batu dan komposisinya hampir sama dengan andesit, berpori, kemudian ada magnetiknya. Sebab, saat berdekatan dengan magnet benda iru langsung nempel.

“Benda itu masih kami tempatkan bermalam-malam di jupel, dan nanti masing-masing ahli mempunyai opini sendiri untuk menelitinya,” jelasnya.

Dengan demikian, lanjut dia, benda itu belum dapat dipastikan fungsinya untuk apa. Namun, Timnas Peneliti memiliki berbagai ahli arsitektur, geologi, arkeologi. Bahkan ada ahli geofisikan akan segera melakukan kajian lebih lanjut.

“Tapi, saya kalau menurut ahli arkeologi. Menurut mereka, artefak itu luar biasa sekali dan setuju dengan hal itu. Kalau dalam definisi arkeolog, benda itu termasuk kepada priode mesolitik,” ujar dia.
Jadi manusia, ungkap Dani bahwa  dari definisi arkeolognya, sudah bisa membentuk, menghaluskan permukaan benda-benda atau batu, tapi belum biaa sempurna sehingga banda itu terlihat kurang mengkilap.

“Itu merupakan satu bukti penting bahwa yang membangun Situs Gunung Padang ini, sudah mengenal teknologi merombak bebatuan. Semua batu memang alamiah, tapi ada beberapa yang dibentuk dengan sengaja,” bebernya.

Masih menurut ahli arkeolog, kata dia, batu itu fungsinya bukan senjata tapi itu semacam simbol untuk upacara, karena memang jika batu itu digemgam tangan ukurannya pas. Jadi batu seperti untuk memimpin upacara adat, karena jika memegang batu  itu seperti tongkat.

“Kira-kira mirip tongkat Harry Potter gitu lah. Atau kalau di simpang dikedua telapak tangan itu pas sekali. Jadi benda itu unik, simetri tapi teratur sekali, sudutnya juga teratur,” kata dia.

Benda itu memiliki sudut 55 dan 35 milimeter, kemudian ujar dia, panjangnya 22 sentimenter atau 22/7, yang merupakan suatu bilangan misteri pada matematika. Setelah itu, diukur satu per satu pada bidang artefak itu dan sangat teratur, serta ada satu bagian yang berbentuk runcing teratur.

“Bagian-bagian benda ini ada 7, 8, 7. Terus iseng-iseng saya tambahkan 7+8+7 jumlahnya 22 juga. Jadi jumlah hutungan keseluruhan sama dengan ukuran panjang artefak itu. Intinya, ahli fisika temen kami ahli matematik, dia setuju bahwa benda itu dibuat dengan satu geometri atau rumus matematika yang tidak sembarangan. Artinya tidak asal asah saja,” ungkap Dani.

Di samping itu, ada beberapa artefak yang ditemukan oleh Timnas Peneliti Situ Gunung Padang lainnya, Ali Akbar. Pihaknya mengaku, menemukan artefak yang banyak disebutkan mirip Kujang Gunung Padang. Benda itu telah ia amati dan diperkirakan asli buatan manusia zaman dulu.
“Jadi batunya itu dipangkas di semua permukaan. Terus digerinding atau digosok, sehingga menjadi halus, dan semua permukaannya juga digosok,” tuturnya.

Sebelum prasejarah memang teknik seperti, menurutnya, sudah dikenal dan dipergunakan masyarakat dulu. Selain itu, bentuk benda seperti itu mungkin hanya satu-satunya bukan saja di Indonesia bahkan di dunia. Untuk itu, pihaknya, sedang meneliti secara intensif dalam waktu dekat ini dan meminta izin supaya artefak itu dibawa ke laboraturium di Jakarta.

“Kami punya alat yang namanya mikrotemografi seperti cytiscan yang nantinya benda itu dimasukan di lab, untuk mencari tahu sebelah mana benda yang dimodifikasi oleh manusia zaman dulu. Lalu apakah ada kemungkinan mengandung zat-zat atau material yang menempel di situ. Katakanlah ada bekas tumbuhan atau dipakai untuk menebang pohon atau apa, dan itu yang akan kami pelajari secara seksama,” terang Ali.

Rencannya, ali melanjutkan, artefak itu minggu depan akan dibawa ke Jakarta untuk simasukan ke lab dan lebih diteliti. Disisi lain, benda itu ditemukan di bagian Selatan situs atau di Teras 5 dan tertimbun sudah cukup dalam.

“Saat menemukan artefak itu sangat aneh sekali. Rencananya minggu depan kami akan bawa ke Jakarta untuk diteliti lebih intensif,” lanjut Ali.

Selain artefak berbentuk Kujang, ali juga menemukan beberapa tembikar atau gerabah yang menunjukan manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat wadah. Lalu benda itu diperiksa oleh ahlinya tembikar atau gerabah, dan ternyata pembuatannya kala itu menggunakan teknik yang dipencet bukan menggunakan roda putar.

“Kalau roda putar teknik belakangan yang dipakai manusia. Tapi dipencet ini, teknik awal sehingga priodenya memang cukup tua. Nah, dari berbagai bentuknya itu kami sudah pelajari dan tembikar-tembikar itu ada yang seperti kendi dan piring,” imbuhnya.

Ali mengaku, penemuan grabah itu hampir semuanya ditemukan di Teras 2, dan temuan kendi cukup banyak dalam kondisi pecah-pecah. Dalam hal itu, ia juga mengaku, sudah membuat secara simulasi yang kemungkinan benda itu untuk prosedur prosesi dari penziarah yang datang dari utara mengambil air untuk bersuci dengan kendi itu, naik ke tangga utara dan terus hingga ke Teras 1, lalu dia membasuh diri.

“Setelah membasuh diri, benda itu ditinggalkan, lalu mereka melakukan ritual berikutnya. Itu jenis-jenis artefak pertama dari tanah liat,” Ali mengakui.

Penemuan artefak lainnya, Ali menambahkan, ada artefak yang mirip alat logam yang bentuknya seperti pisau. Jika dilihat secara seksama maka benda ini seperti ada pegangannya, lalu ada bentuk tajaman ukuran kecil. Dan mungkin pegangan ini dulu ada gagangnya dan tajaman pisau ini kemungkinan masih panjang karena terlihat sudah patah.

“Dengan adanya artefak ini, warga dulu yang tinggal di situs ini sudah mengenal budaya logam, bukan mengenal masyarakat yang berburu dan peramu makanan. Tapi terus terang saja, kami belum memasukannya kedalam laboraturium, karena benda ini terlihat rapuh sekali, sedangkan di lab itu perlakukannya cukup banyak jadi kami simpan dulu,” tambahnya.

Melihat berbagai penemuan artefak ini, kata Ali, warga yang sudah menetap di situs juga sudah terorganisir, mampu bekerjasama dengan baik, bergotong royong membuat bangunan yang besar. Dan yang paling menarik adalah penemuan trak logam (limbah). Trak logam itu, ditemukan saat ekskavasi di kedalaman sekitar 2,2 meter dan disekitarnya ada tanah terbakar, lalu di bawah tanah terbakar itu ada susunan batu yang disusun rebahan.

“Batu yang susunan rebah itu susunannya buatan manusia, lalu diatasnya ada bekas-bekas pembakaran. Bekas pembakaran ini sudah kami ujikan ke lab, dan usianya itu 5.200 sebelum masehi (SM). Jadi dapat dikatakan, usia artefak ini setara dengan 5.200 SM. Itu tua sekali,” ujar Ali.
Proses pembuatannya benda logam itu, dia mencontohkan, jadi manusia atau warga pada masa itu mengambil batu-batu yang mengandung mineral logam, kemudian dihancur-hancurkan dan dikumpulkan. Setelah itu dibakar dengan suhu tertentu supaya meleleh hingga terpisah dengan batuan aslinya.

“Setelah meleleh lau mereka mencetaknya. Nah sisa atau limbahnya ya seperti ini yang disebut trak logam. Jadi dapat dibayangkan, limbahnya saja besar. Kami juga sudah masukan benda itu ke lab dan memang betul kompisisinya ada logam dan karbon, serta karbonnya itu bekas pembakaran. Jadi sekali lagi, warga yang membuat situs ini sudah mengenal metalurgi, selain asitektur yang luar biasa juga mengenal teknologi logam yang sudah cukup tinggi,” pungkasnya. (die)


Sumber:
http://sku-aspirasirakyat.com/ekskavasi-gunung-padang-timnas-peneliti-menenukan-macam-macam-artefak.html

No comments:

Post a Comment