Pages

Tuesday, November 4, 2014

Beta UFO: Penggemar UFO yang Serius

Beta UFO: Penggemar UFO yang Serius

Beta UFO: Penggemar UFO yang Serius
Crop Circle di Cikarang. (Beta-UFO)

TEMPO.COJakarta - Membicarakan UFO dan makhluk luar angkasa di Indonesia memang kurang jamak. Kalau ada benda bersinar yang terbang, mungkin itu dikira leak atau santet. "Masyarakat banyak yang mengaitkan fenomena alien dengan makhluk gaib sehingga perkembangan penelitian tentang UFO di Indonesia tidak pesat," kata Ranggi Raggatha, pengurus nasional BETA-UFO, ketika ditemui di Cilandak Town Square, pertengahan April 2013.

Kondisi tersebut disetujui pula oleh Fan Fan Darmawan, anggota BETA-UFO dari Bandung. "Beragam respons yang kami terima, dari yang antusias sampai yang mencibir," ujarnya dalam surat elektroniknya. Menurut Fan Fan, beragamnya respons ini adalah dari latar belakang budaya Indonesia, yang percaya pada hal-hal magis.

BETA-UFO adalah singkatan dari Benda Terbang yang Aneh-Unidentified Flying Object. Ini adalah komunitas pengamat benda asing. Fenomena-fenomena benda asing menjadi hal yang disukai komunitas ini untuk dipelajari. BETA-UFO tidak serta-merta setuju soal keberadaan makhluk dari planet asing, tapi akan menganalisis dan mempelajarinya terlebih dulu. “Kami menganalisis, menguji, meriset, dan mendidik masyarakat,” kata Ranggi. Analisis yang mereka lakukan adalah analisis ilmiah sesuai dengan latar belakang dan pekerjaan anggotanya. Maklum, latar belakang mereka memang beragam: dari pilot, geolog, psikolog, dosen astronomi, hingga ahli forensik digital.


Salah satu hal yang mereka analisis adalah penemuan crop circle di persawahan kawasan Sleman, Yogyakarta, pada awal Januari 2011. BETA-UFO, dengan 14 tim pengurus intinya, ikut menganalisis apa yang sebenarnya terjadi pada batang-batang padi yang rebah dan membentuk lingkaran raksasa yang teratur dan estetis.




"Kami berbeda....



"Kami berbeda paham dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)," Ranggi menambahkan. Menurut BETA-UFO, crop circle tersebut bukan buatan manusia. Karena ada unsur nikel di daerah yang tidak memiliki kandungan nikel sama sekali. Lalu padi di sekitar area pun tidak patah seperti ditimpa benda berat, melainkan rebah. "Itu biasanya disebut efek ion plasma," ujar pria 27 tahun ini. Tapi memang kesimpulan soal siapa pelakunya, itu masih misteri.

Akan tetapi apakah mereka benar-benar percaya pada keberadaan makhluk luar angkasa? “Mungkin orang awam melihat komunitas ini sangat percaya terhadap fenomena UFO, tapi justru sebagian besar anggota kami ini orang yang skeptis,” ujar Ranggi. Skeptisme itulah yang menuntun mereka untuk meneliti.


Menurut Ranggi, anggota BETA-UFO terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, anggota yang percaya penuh akan kehadiran UFO. Lalu, anggota yang skeptis, tidak percaya akan kehadiran UFO. Dan terakhir skepticbeliever, anggota yang skeptis, tapi cenderung percaya
akan keberadaan makhluk di luar manusia. "Tipikal anggota ketiga ini bisanya kritis dan referensi analisis cenderung ke arah mainstream science, seperti fisika atau astronomi," kata pria yang memiliki latar belakang teknik lingkungan ini.

Dengan tipikal yang berbeda-beda tersebut, saat ini komunitas yang berdiri pada 1997 itu berhasil menjaring 4.000 anggota di seluruh Indonesia dan dunia, dengan usia 13-68 tahun. Untuk bergabung cukup mudah, tinggal memilih di salah satu media ini, yaitu Facebook BETA-UFO, atau milis betaufo@yahoogroups.com atau Twitter @betaufo. Tercatat ada 17 regional dan tiga perwakilan komunitas di Singapura, Amsterdam, serta Amerika. "Kami ini komunitas pengamat UFO yang tertua, terbesar, dan mengamati fenomena ini dengan paling serius," ujar Ranggi.





Untuk kawasan...



Untuk kawasan Jabodetabek, aktivitas yang rutin mereka lakukan adalah pertemuan dan diskusi bulanan. "Kalau yang nasional sih setahun sekali," ujar Ranggi. Lalu jika ada laporan fenomena UFO, BETA-UFO pun siap menganalisis. "Kami punya alat untuk menilai apakah penculikan oleh makhluk luar angkasa yang dialami seseorang itu benar apa enggak," katanya. Sebab, banyak juga yang mencari sensasi dengan memanfaatkan teknologi kamera teranyar.

Salah satu metode dalam Ufologi (ilmu yang mempelajari tentang UFO) yang masih diperdebatkan saat ini adalah channeling, yaitu berkomunikasi dengan ras alien tertentu yang memang memilih manusia bumi tertentu. Manusia yang bisa bicara dengan alien disebut contactee. “Ada anggota kami yang bisa bertugas sebagai contactee," Ranggi menjelaskan. Tapi channeling ini tidak pernah dilakukan komunitas. Hasilchanneling pun harus dikritisi dengan benar kesahihannya. "Bahasa yang digunakan biasanya bahasa dari ras alien tertentu atau dalam bentuk simbol yang universal," ujarnya.


Di luar aktivitas tersebut, BETA-UFO juga mengkaji penelitian-penelitian tentang alien. "Kalau untuk ini, Amerika adalah yang terdepan," ucapnya. Menyukai hal-hal tentang UFO, Ranggi melanjutkan, adalah hobi. "Dan hobi itu adalah sesuatu yang menyedot biaya," tuturnya. Apalagi kalau komunitas berencana menggelar ekspedisi. Seperti yang terdekat, bulan depan, BETA-UFO akan menyambangi komunitas serupa di Singapura dan Malaysia. Sebagian besar biaya harus ditanggung peserta sendiri.

BETA-UFO selalu menerbitkan laporan tahunan penampakan UFO di Indonesia. "Kan, banyak itu bentuknya ada piring terbang, segitiga, dan cerutu," ujar Ranggi. Laporan pun memuat, daerah mana saja yang paling sering disambangi UFO dalam setahun terakhir. "Salah satu UFO spot di Indonesia itu Dago Bandung," ujar dia. Analisis dari Bapak Ufologi, J. Allen Heynek, adalah UFO selalu mampir ke daerah yang kandungan airnya tinggi. Nah, Bandung itu dahulunya kan danau purba, jadi wajar saja kalau tetangga dari luar planet bumi ini rajin mampir. "Banyak yang percaya kalau Bandung itu stargate, Gerbang Bintang, atau portal gitu lah," kata dia.

Mengkaji tentang UFO, bagi Ranggi, adalah minat yang ditemukan sejak 2000. "Saya itu suka tentang ancient alien, jadi kebudayaan di masa lalu itu sebenarnya tidak lebih buruk dari masa sekarang, peradaban itu naik-turun," tuturnya. Setelah bergabung dengan BETA-UFO, ia menemukan bahwa UFO itu adalah kajian yang bisa dipelajari dengan banyak pendekatan. "Tapi kalau tidak hati-hati bisa menjurus ke ateisme," kata dia.


Beda pula dengan Rizky Afriono. Arkeolog ini menguraikan, ada banyak hal dalam kajian arkeologi yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. "Seperti temuan reaktor nuklir yang usianya jutaan tahun. Itu buatan siapa?" kata pengurus regional Koordinator Investigasi
BETA-UFO Jabodetabek ini.

DIANING SARI


Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/17/108481093/Beta-UFO-Penggemar-UFO-yang-Serius

No comments:

Post a Comment