Pages

Thursday, December 11, 2014

Atlantis Terletak di Indonesia

Atlantis Terletak di Indonesia

Atlantis, itulah yang ingin aku bahas kali ini. Percaya atau tidak, Benua Atlantis yang telah lama hilang selama berabad-abad itu ternyata terletak di Asia Tenggara, lebih tepatnya Indonesia. Beberapa Bukti meyakinkannya, walaupun aku juga tidak tahu apakah Dialog Critias dan Timaeus menuliskan hal ini.
Dahulu Kala, di zaman peradaban yang Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Negara Singapura juga Malaysia bagian Barat dan Selat Sunda masih menyatu daratannya (Satu daratan). Dulu Wilayah tersebut diberi nama Sunda Island.
Profesor Arysio adalah yang menyimpulkan bahwa setelah melakukan penelitian selama 30 tahun terakhir, dirinya meyakin bahwa benua Atlantis adalah Indonesia.
"Profesor Santos memperoleh keyakinan setelah melakukan penelitian kalau Indonesia adalah Atlantis yang hilang," jelas Jimly Asshiddiqie.
Menurut Jimly, karya Santos yang kemudian dibukukan dengan judul 'Atlantis, The Lost Continent Finally Found' di dukung oleh sejumlah fakta yang memang mendekatkan Indonesia dengan Atlantis. Bahkan, kata Jimly, pernyataan Arkeolog, bahwa Manusia Tertua adalah Phitecanthropus Erectus semakin mengindikasikan hal tersebut.
"Ada info dari arkeolog, manusia tertua yakni Phitecanthropus Erectus, ya, Manusia Jawa. Jadi sangat mungkin peradaban hebat itu sebenarnya dari Indonesia," terang anggota Wantimpres ini.
Jimly menambahkan, kalau memang memungkinkan, sebuah peradaban yang besar kemudian menghilang, Meski sempat hilang dari sejarah bangsa Indonesia dan umat dunia, Jimly menyarankan agar penelitian Santos ini dapat memotivasi bangsa Indonesia agar dapat bangkit dari situasi sekarang.
"Paling penting adalah bahwa kita pernah hebat, ini (buku karya Santos) sebagai sumber motivasi ke depan agar bisa maju," tandas Jimly.
Sementara itu, Direktur LIPI Profesor Dr. Umar Anggara mengatakan agar temuan Santos ini dijadikan motivasi para ilmuwan Indonesia untuk membuktikan kebenarannya secara Akademis.
"Saya harap buku ini bisa menginspirasi bagi para ilmuwan untuk mencari kebenaran secara akademik. Karena menyinggung Indonesia, dan Sudah sepatutnya kita yang mencari tahu," Imbuh Umar.
Kehancuran Atlantis
Benua Atlantis hilang dikarenakan tenggelam oleh lautan dan bencana gempa bumi, hingga mengakibatkan daratan Atlantis tenggelam hingga mencapai dasar laut. Terlihat jelas bahwa ada bangunan-bangunan tua yang sudah ada sejak berabad-abad di dasar laut Selat Sunda.
Keberadaan kota Atlantis yang diperkirankan tenggelam 11.600 tahun yang lalu masih menjadi misteri. Namun, ada satu dokumen yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan wilayah Atlantis yang sebenarnya. Benarkah?
Santos meyakini banua tersebut menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekitar 11.600 tahun lalu. Di antara gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba (induk Gunung Krakatau yang meletus pada 1883) yang konon letusannya sanggup menggelapkan seluruh dunia. Ldtusan gunung berapi yang terjadi bersamaan ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami yang sangat besar.
Saat Gunung berapi itu meletus, ledakannya membuka Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukan bumi yang kemudian disebut Atlantis.
Bencana mahadahsyat ini juga mengakibatkan punahnya hampir tujuh puluh persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu, termasuk manusia. Mereka yang selamat kemudian berpencar ke berbagai penjuru dunia dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru.
"Kemungkinan besar dua atau tiga spesies manusia seperti 'hobbit' yang baru-baru ini ditemukan di Pulau Flores musnah dalam waktu yang hampir sama," tulis Santos. Sebelum terjadinya bencana banjir itu, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara diyakini masih menyatu dengan semenanjung Malaysia serta Benua Asia.
Menurut Santos, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan puncak-puncak gunung dan daratan-daratan tinggi benua Atlantis yang dulu tenggelam. Satu hal yang ditekankan Santos adalah banyk peneliti selama ini terkecoh dengan nama Atlantis.
Mereka melihat kedekatan nama Atlantis dengan Samudera Atlantik yang terletak di antara Eropa, Amerika, dan Afrika. Padahal pada masa kuno hingga era Christopher Columbus atau sebelum ditemukannya Benua Amerika, Samudera Atlantik yang dimaksud adalah terusan Samudra Pasifik dan Hindia.
Sekali lagi Indonesia memiliki syarat untuk itu karena Indonesia berada di antara kedua Samudera tersebut. Jika terdapat begitu banyak kemungkinan Indonesia menjadi lokasi sesungguhnya Atlantis lalu, mengapa selama ini nama Indonesia jarang disebut-sebut dalam referensi Atlantis?
Santos menilai keengganan Dunia Barat melakukan ekspedisi ataupun mengakui Indonesia sebagai wilayah Atlantis adalah karena hal itu akan mengubah catatan sejarah tentang siapa penemu peradaban. Dengan adanya sejumlah buktit mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia, maka teori yang mengatakan Barat sebagai penemu dan pusat peradaban dunia akan hancur.
"Kenyataan Atlantis (berada di Indonesia) kemungkinan besar akan diperlukannya revisi besar-besaran dalam ilmu humaniora, seperti antropologi sejarah, linguistik, arkeologi, evolusi, paleantropologi, dan bahkan mungkin agama," tulis Santos dalam bukunya.
Selain Santos, banyak arkeolog Amerika Serikat yang juga meyakini Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land yang luasnya dua kali negara India. Daratan itu kini tinggal Sumatera, Jawa, Kaliamantan, dan Beberapa pulau lainnya. Salah satu pulau di Indonesia yang kemungkinan bisa menjadi contoh terbaik dari keberadaan sisa-sisa Atlantis adalah Pulau Natuna, Riau.
Berdasarkan penelitian, gen yang dimiliki penduduk asli Natuna ini mirip dengan bangsa Austronesia tertua. Rumpun bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa Asia merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah keberadaan manusia.
Rumpun ini kini tersebut dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Rumpun bangsa ini juga melahirkan 1.200 bahasa yang kini tersebar di berbagai belahan bumi dan dipakai lebih dari 300 Juta orang.
Yang menarik adalah delapan puluh persen dari rumpun penutur bahasa Austronesia tinggal di Kepulauan Nusantara Indonesia. Namun, pendapat Santos dkk yang meyakini bahwa Atlantis berada di Indonesia ini masih harus dikaji karena kurang dilengkapi bukti.
Pakar Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Wahyu Hantoro mengatakan analisa Santos masih berupa hipotesa.
"Perlu dijelaskan lebih lanjut kategorisasikan jenis kebudayaan tinggi yang ada pada zaman Atlantis serta gelombang setinggi apa yang bisa membuat Paparan Sunda terbelah," Jelas Wahyu.

Sumber: Sindonews.com

No comments:

Post a Comment