Pages

Wednesday, December 10, 2014

NAGARI MAHEK , NAGARI 1000 MENHIR NEGERI TERTUA DI LIMAPULUH KOTO ?

NAGARI MAHEK , NAGARI 1000 MENHIR NEGERI TERTUA DI LIMAPULUH KOTO ? 

oleh SAIFUL.SP


Nagari Mahat Kecamatan Bukik Barisan kabupaten Limapuluh Kota  terletak pada sebuah lembah, dipagari perbukitan dan mempunyai tiga (3) anak sungai , yaitu Batang Kincuang, Batang Sugak dan Batang Penawan yang ketiganya masuk ke Batang Mahat sebagai sungai terbesar, selain keindahan alam yang mempesona Nagari Mahat juga memiliki situs peninggalan kepurbakalaan yang dapat dijadikan sebagai objek wisata budaya dan penelitian.

Di Kenagarian Mahat yang luasnya 115,92 Km2 tersebar peninggalan Kepurbakalaan berupa ; Menhir, Batu Dakon, Lumpang Batu, Punden Berundak-undak, Batu Tapak, Batu Jajak Ayam, Balai-balai Batu pembagian wilayah empat Niniak Luak Limo Puluah, Masjid Kuno dan Pesanggerahan masa Pemerintahan hindia Belanda.

Dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota, Nagari Mahat menjadi istimewa, karena memiliki Menhir terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga dijuluki nagari seribu menhir yang tersebar di setiap jorong di nagari mahat,

Ada tiga cerita rakyat atau legenda di nagari Mahat yang ketiganya punya kaitan dengan bangunan megalitik yang terdapat di sini. Yang pertama berkaitan dengan batu niniak nan barampek. mengemukakan perlu kajian penelitian lebih lanjut apakah nenek moyangniniak nan barampek : Datuak Maharajo Indo,Dt. Siri, Dt.Bandaro dan Dt Rajo Dubalai tersebut memang berasal dari Mahat untuk pergi dalam rangka mengembangkan wilayah pemukiman baru atau sebagai utusan dari suatu kerajaan dalam rangka perluasan penanaman pengaruh, kedua hal tersebut mungkin perlu kita kaji lebih lanjut . Sebab kedatangan yang disertai pembagian tugas untuk memimpin kehidupan   pada daerah yang justru banyak peninggalan sejarahnya, tentu sejak semula sudah dipikirkan (membawa suatu ambisi).

Yang perlu menjadi pikiran kita yang mendalam adalah , apabila niniak nan barampek ini berasal dari Mahat berarti nagari Mahat dahulunya suatu pusat peradaban yang telah maju sejak zaman batu. Dikisahkan semasa muda empat orang bersaudara ini pergi menelusuri muara batang mahat terus ke Kampar Kanan dan melanjutkan ke samudera lepas selat malaka, empat  saudara ini mempunyai kesaktian masing-masing, yang tertua Dt. Maharajo Indo ahli memanah, Dt.Siri yang mempunyai mata dapat melihat jauh, Dt. Bandaro ahli menyelam, dan Dt. Dubalai orang kuat dan tampan.

Dalam perjalanan mereka menyelamatkan seorang putri dari Mahat India yang bernama Indra Dunia yang sedang diserang oleh seekor burung raksasa , yang terlihat dari jauh oleh Dt.Siri, Dt. Maharajo Indo memanah burung tersebut, putri Indra Dunia terjatuh kelaut, dan langsung di selamatkan oleh Dt. Bandaro.  Setelah siuman sang putri dari India ini mengucapkan terima kasih kepada empat saudara yang berempat ini karena telah menyelamatkannya, karena melihat ketampanan Dt. Dubalai, Putri Indira mau saja diajak ke Koto Gadang dan sejak itu putri yang cantik jelita tinggal di Koto Gadang yang masyarakat menyebutnya dengan putri  Mahat dan Akhirnya bersama Dt. Dubalai Pindah Ke Muaro Mahat dan mendirikan Candi Muara Takus disana, untuk mengigat putri ini masyarakat menamai sungai dan nagarinya dengan Mahat.

Cerita legenda ini apabila kita kaitkan pula dengan kisah keberadaan putri India yang bermukim di Muara Takus dalam ashabul hikayat seperti di nukilkan dalam paparan curaian 44  antara lain di ambil dari bait ke lima :

Bait 5        Putri Andiko Gagah perkasa
               Melaksanakan titah tekad pertama
             Membela Nagari tanah tercinta 
            Pulau Perca Nagari Sumatra
          Guna Kepentingan orang bersama

Bait 6        Perahu dinaiki tiga putra
                Pencalang kuning  Nama bahtera
             Bekal dipersiapkan hanya seketika,
           Comin towi panah dupanya

Bait 7       Berlayar malam menyelusuri sungai
              Militasi laut selat dan pantai
             Mengharungi samudera ombak dan badai
           Demi berdaulat inyiak dibalai

Bait 8      Sampailah dondang di Selat Malaka
              Datanglah angin sangat kencangnya
             Ombak dan badai datang menerpa
           Petir dan kilat sela menyela

Bait 9      Perjalanan jauh tiada terduga
              Kini berada di Sumatera Hindia
             Entah apa gerangan kisahnya
            Alamat pertanda sudah tiada

Bait 10    Teringat titah inyiek dibalai
              Elang berbunyi dekat pantai
             Pergunakan akal hadang badai
            Cermin cuaca menembus tirai

Bait 11     Andiko meneropong kearah jauh
   Garuda menyambar ingin membunuh
 Terlihat dondang hati tersentuh
Panah dilepas Puteri pun jatuh

Bait 12      Andiko menyelam terjun kelaut
                Mencari sang Puteri hati terpaut
              Nafas tersendat tantangan maut
            Tekad bergumal bercampur takut

Bait 13      Puteri ditopang naik perahu
                Andiko menyembur doa seteru
               Hidup dan mati belumlah tentu
              Buruk dan baik takdir yang Satu

Bait 14      Puteri bangkit dengan selamat
                Wajah jelita hati tertambat
               Mau disapa belumlah dapat
              Lembut tuturnya pakai isyarat

Bait 15      Indira Dunia nama Putrinya
               Anak Raja di Nagari India
              Sudah termashur kemana-mana
             Rumpun agama Hindu dan Budha

Bait 16       Puteri sadar dari semburan
                Kapal mengejar penuh kawalan
               Mengambil Puteri mau diselamatkan
             Di bawa balik istana kerajaan

Bait 17       Puteri menolak kehendak nakoda
                Andiko bertiga orang berjasa
              Perlu hadiahkan mahligai Stupa
            Bangunan istana di pulau Perca

Bait 18      Puteri berpesan keayahanda Raja
               Kirim tenaga ahli dan bala tentara
              Kembangkan persahabatan ke seantero dunia
            Demi kejayaan kerajaan India

Bait 19        Kembali Andiko Laksamana Putera
                 Penjelajah lautan Samudera India
                Membawa Puteri Kerajaan ternama
  Indira Dunia cantik jelita
            Mendaulatkan Raja di Pulau Perca
Bait 20       Indira di mukimkan di Batu bertindik
                Atas siasat Dt. Melancar yang cerdik
              Merahasiakan Puteri ingin diselamatkan
            Menghindarkan dirinya dari ancaman

Bait 21      Panjang Jungu Raja yang zalim
               Memerintahkan Nagari sangatlah garang
              Andiko berseteru menentang yang zalim
            Melancar bersiasat mencari menang


Bait 22       Andiko bertiga di jemput pengawal
                 Masuk kebui pengawalan berjejal
               Inyiak Dibalai sangatlah kesal
             Ke zaliman Raja perlu disangkal

Bait 23      Puteri di tangkap masuk istana
               Begitulah takdir telah menimpa
              Apakah petaka atau bencana
             Panjang jungu berbuat semena

Bait 24      Minanga Tamwan berbukit batu
                Armada merapat Batu berhidung
               Bala bantuan bangkit bersatu
             Membela Puteri sedang tersandung

Bait 25      Angsa putih menunjuk jalan
                Mencari Puteri dimana berada
               Sampai disini biduk berpangkalan
              Menanti sang Puteri sampai berjumpa

Bait 26       Melancar di utus si panjang jungu
                 Siasat membawa segantang sokui
                Tanduk mas sakti alat pemikat
               Kelakar putus runding bertemu
              Surat diterima perdamaian diakui
             Raja zalim pergi rakyat selamat
Bait 27      Mendengar armada datang seketika
                Ingin menjemput puteri mahkota
               Panjang jungu diliputi bencana
             Meningalkan istana tanggalkan tahta

Bait 28       Nyawa merengut dating petaka
                 Konon cerita dikejar amukkan Gajah
               Raja Zalim Raja sisanggah
             Raja adil Raja di sembah

Bait 29        Indira kerja sama inyiak dibalai
                  Beserta Bandaro pandai menyelam
                 Saatnya tiba membangun mahligai
                Pertanda Nagari aman tentram

Bait 30       Datuk sati panglima tembak
                 Lepas dari bui si Raja Galak
               Kini terjalin kerjasama yang kompak
              Membangun Nagari menjadi semarak

Bait 31       Keseluruhan itu siasat si Malancar
                Orangnya cerdik ahli kelakar
               Sekarang saatnya masa berputar
              Kerajaan Muara Takus menjadi Tenar

Bait 32       Pilihan pucuk Andiko orang berjasa
                 Inyiak Dibalai sanjungan bersama
                HasilMusyawarah Andiko semua
               Mengangkat Maharaja Nagari tercinta

Bait 33        Maharaja Dibalai gelar Putera Mahkota
                 Memerintah Nagari penuh bijaksana
               Memimpin adil dambaan semua
             Cita-cita terwujud sejak lama

Bait 34        Istana Mahligai telah dibangun
                 Anak Nagari dating berhimpun
               Bekerja keras berduyun-duyun
              Pemerintah Andiko telah tersusun

Bait 35       Indira merasa telah bahagia
                 Kerajaan Muara Takus telah Berjaya
                Persahabatan terjalin terlanjur sudah
               Pulang ke India, missi bertambah

Bait 36       Hati terpaut berat melepaskan
                 Kerajaan Indah Dunia pegang peranan
                Maharaja dibalai seorang pangeran
              Gagah perkasa bentuknya tampan

Bait 37         Armada berlabuh di Minanga Tanwan
                  Maharaja puteri penuh kawalan
                Mengembangkan agama dengan persahabatan
              Kerajaan Muara Takus ingin diserahkan

Bait 38        Armada singgah di tempat uara
                  Melintasi Mahat penuh bahaya
                Halilinar menggelegar petir dan gempa
              Runtuh berantakan si bukit Raja

Bait 39       Armada kehilir dengan sekonyong
                 Pertanda tantangan telah tiada
                Andiko hadir kuda menyongsong
              Batu kuali kenangan sejarah

Bait 40      Batu dinding di hilir bumurai
               Batu sandaran di Tanjung Alai
              Ratu berunding akhir selesai
             Kesan dan pesan Maharaja dibalai

Bait 41        Anak awan mandi di awan
                  Mandi diulak Nagari Inderagiri
                Dalam berkawan ada lawan
              Ingat-ingat menjaga diri

Bait 42       Puteri beristirahat di air bumurai
                 Pemandian indah berbentuk ngarai
                Hutannya lebat penuh terbelai
              Doa melankah kearah pantai

Bait 43       Putri melangkah bersama armada
                 Angsa putih penunjuk jalan
                Entah apa gerangan yang diterima
               Hamba sedih  menggangu pikiran

Bait 44       Melepas Puteri dari Minanga Tanwan
                 Melaksanakan missi ingin di emban
               Menuju Jambi- Palembang kedudukan
              Perjalanan suci untuk kemakmuraan

Dengan 44 bait paparan curai di atas adalah mengkisahkan awal kehadiran Puteri Indah Dunia di Pulau Perca Sumatera. Puteri India merasa berhutang budi terhindar dari bahaya maut yang menimpa dia waktu disambar burung Garuda besar. Seketika datang pertolongan dari  Dt. Dibalai bersama saudaranya, maka mengigat jasanya di bangun Candi Muara Takus dan Istana Kerajaan. Kemudian puteri mengembangkan kerajaannya kearah Nagari Jambi dan terakhir Palembang dengan bukti sejarah adanya Prasasti Kedudukan Bukit Palembang.
             
 Kedua cerita asal muasal orang Mahat yang Dikisahkan bahwa orang Mahat berasal dari Kamboja. Dulu konon di Kamboja ada seorang pemuda yang bernama Datuak Sri Gala. Pemuda ini cerdas dan tampan. Dia mempunyai kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan pemuda sebayanya. Tapi dia seorang miskin. Pemuda tersebut menarik hati raja Kamboja, yang kemudian memintanya untuk menikah dengan putri raja. Permintaan tersebut dijawab Dt. Sri Gala dengan perjanjian bahwa sebelum dia menikahi sang putri, dia ingin menyelidiki seluruh daratan Indo Cina sekarang. Perjanjian tersebut diterima Raja Kamboja dan mulailah Dt. Sri Gala menyelidiki  daratan Indo China yang waktu itu sudah ramai dengan kerajaan-kerajaan yang saling bermusuhan.

Ketika permintaan raja yang kedua kalinya kepada Dt. Sri Gala untuk dapat menikahi putriya , ia selalu menyelidiki sang putri apakah cocok dan memenuhi syarat untuk jadi seorang ibu bagi anak-anaknya kelak. Setelah Dt. Sri Gala menikahi sang putri dia minta izin pada raja untuk berangkat bersama istrinya mencari daerah yang belum berpenghuni. Daerah yang dimaksud di sebelah Selatan. Raja memberi izin keberangkatan anak dan menantunya itu mempersiapkan 7 buah armada lengkap dengan perbekalan dan prajurit-prajurit kerajaan.

Dalam pelayarannya Dt. Sri Gala menyusuri pantai arah ke Selatan dan sampai di ujung Tanah Malaka berbelok ke Utara dan akhirnya mendarat di ujung Utara pulau Sumatera tepatnya Aceh sekarang. Kebetulan daerah tersebut sudah berpenghuni. Dan rombongan ini kembali ke selatan menyusuri pantai timur pulau Sumatera. Dan sesampai di muara Batang Kampar Dt. Sri Gala menelusuri sungai sampai di Mahat. Di sini barulah mereka mendarat dan menambatkan kapalnya di tepi batang  Mahat dekat Sopan Tanah. Tempat itu sampai sekarang bernama Tambatan. Kemudian rombongan Dt. Sri Gala menetap di Ampang Gadang sekarang. Di waktu menetap inilah menhir dibuat oleh Dt. Sri Gala sebagai tanda pemakaman warganya yang mati. Menhir tersebut terdapat di Ampang Gadang, Koto Tinggi, Ronah dan lain-lain. Pokoknya Menhir di Mahat seluruhnya dibuat oleh Dt. Sri Gala. Dan Dt. Sri Gala sendiri dimakamkan di Ampang Gadang dekat bukit Pao Ruso di bawah batang pohon kayu dengan tanda empat buah batu, Cuma saat ini yang ditemukan hanya 3 buah.

Yang ketiga cerita atau legenda Bukit Posuak dan Bukit Pao Ruso. Tersebutlah seorang sakti bernama Baginda Ali. Tubuhnya besar, makannya banyak dan sifatnya pemurah. Dia digambarkan sebagai seorang raksasa yang menguasai nagari Mahat sampai ke Gunung Malintang (Kecamatan Pangkalan). Segala perbuatan anak nagari harus terlebih dahulu mendapat izin dari Baginda Ali ini.

Pada suatu hari orang di Gunung Malintang berburu rusa tanpa sipengetahuan dan tanpa seizin Baginda Ali. Setelah rusa ditangkap dan pahanya disediakan untuk Baginda Ali sebagai upeti. Tapi Baginda Ali tak terima akan upeti yang sudah jadi kebiasaan masyarakat tersebut. Dia merasa tersinggung dan kehormatan serta wibawanya sebagai penguasa terasa diinjak-injak masyarakat gunung Malintang. Baginda Ali marah. Dengan bertumpu pada sebuah batu layah diambilnya paha rusa yang disediakan pemburu tadi. Paha rusa tersebut dilemparkan sekuat tenaganya. Lemparan mengenai sebuah batu besar di puncak bukit, hingga batu tersebut tembus dan paha rusa itu mendarat di sebuah padang ilalang. Dan bukit itulah yang disebut sekarang Bukit Pao Ruso (Pao – Paha). Batu yang tembus di puncak bukit tadi sekarang bernama Bukik Posuak (Posuak = tembus). Dari exavasi yang pernah dilakukan di nagari Mahat oleh suatu team yang terdiri dari beberapa orang arkeolog, seorang Geolog dan seorang Biolog 1997 di Situs Bawah Parit Mahat didapati sebuah rangka manusia yang sangat rapuh. Pengamatan yang dilakukannya terhadap bentuk gigi dan bentuk tengkorak menunjukkan bahwa rangka manusia di sini mengacu pada ras mongoloid walaupun unsur ras Metra-lomeknesoid masih tampak dengan jelas.

Kalau kita kaitkan dengan legenda Dt. Sri Gala di atas, hal tersebut diduga ada hubunganya, karena si Dt. Sri Gala dengan rombongannya berasal dari Kamboja. Kamboja juga salah satu wilayah yang tak jauh dari Yunan Utara. Dengan ditemukan beberapa peninggalan megalitik yang sangat banyak di kawasan ini, kemungkinan juga bahwa penduduk yang mendiami Luak Lima Puluh Kota berasal dari Mahat, dan bahkan mungkin juga untuk kawasan Minangkabau secara umum.

Berdasarkan penelitian di Nagari Mahat orang telah hidup 300 tahun  Sebelum Masehi.Mereka hidup dengan pertanian sederhana dan berburu sebagai mata pencahariannya. Mengingat di nagari ini alamnya yang subur dengan air yang cukup dari beberapa anak sungai yang mengalir ke Batang Mahat. Lama kelamaan secara berangsur dengan kehidupan yang makmur tata masyarakatnya mulai diatur dengan rapi.

Masyarakat di sini hidup bersuku-suku di bawah pimpinan seorang kepala suku. Masing-masing suku berdiri sendiri-sendiri. Tidak ada di kawal lineage yang dimaksud William A. Haviland atau paroh dalam istilah Prof.M.Kuntjoroningrat. Istilah suduik tidak diterapkan di Nagari Mahat ini. Suku-suku mereka pada mulanya ada 4. Begitu juga dengan adanya Batu Pembagian di Balai-Balai Batu memperkuat dugaan itu. Sampai saat  Dt. Maharajo Indo yang jadi pucuk adat di Limbanang Koto Loweh mengakui berasal dari Mahat meliputi kenagarian Limbanang, Sungai Rimbang, Banjar Loweh dan Koto Tangah. Begitu juga dengan Dt. Siri di Mungka juga mengakui berasal dari Mahat. Mungka meliputi kenagarian Mungka, Jopang dan Manganti, Talang Maur, Padang Loweh dan Simpang Kapuak serta Sungai Antuan.Sementara Dt. Rajo Dibalai di Muaro Takus (XIII Koto Kampar ,Riau) yang menjadi pucuk pimpinan andiko 44 juga mengaku berasal dari Mahat ini .

Perpindahan mereka dari daerah Mahat ke daerah lain sehubungan dengan dua hal, yang pertama karena kepadatan penduduk, yang kedua yang lebih penting untuk mencari tempat yang tinggi yaitu puncak gunung agar dekat dan tetap berhubungan dengan arwah nenek moyang mereka yang menurut kepercayaan mereka tinggal di puncak gunung yang tinggi. Itu pula sebabnya setiap menhir yang dijumpai selalu lengkungan ujungnya menghadap ke salah satu puncak gunung. Dan dari Mahat menghadap ke timur yaitu puncak gunung Sago dan gunung Bongsu. Tatacara penguburan  dengan menelungkupkan si mayat dari arah barat ke selatan dan kepalanya di miringkan menghadap puncak gunung Sago bagi mayat laki-laki, dan bagi mayat perempuan ditelentangkan dengan kedua tangannya menutup kemaluannya.

Di kuburan tersebut di bangun sebuah menhir sebagai peringatan atas jasa-jasanya semasa hidup dan sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai pertolongannya, terutama untuk kemaslahatan pada undak. Seperti pada acara menarah baniah yang beberapa tahun silam masih dilakukan orang. Begitu juga dengan pertolongan untuk perkuburan seperti tersirat pada menhir yang berbentuk pedang dan tanduk kerbau hiasan binatang.

Hiasan-hiasan segitiga pada menhir di Mahat ini tidaklah menggambarkan suduik dalam arti adat Minangkabau. Tetapi adalah menggambarkan banyak suku. Sebab di sini mempunyai ke 4 suku seperti dalam suduik nagari lain. Dalam perkembangannya Mahat mulai didatangi bangsa asing. Kemungkinan besar bangsa asing yang mula datang ke sini adalah bangsa China. Ini terlihat dari hiasan bunga teratai di beberapa menhir yang didapati di ampang gadang yaitu pada Situs Pao Ruso (dekat lapangan bola kaki). Sesudah itu baru datang bangsa India. Kata Mahat konon berasal dari nama sebuah nagari (Mahat) di India. Nagari ini maka bernama Mahat karena tetap disinggahi oleh orang Mahat India . Orang India datang untuk membeli gambir, lada dan emas. Disamping berdagang juga mereka menyebarkan agama Hindu dan Budha. Hal ini terlihat dengan adanya usaha pembangunan 2 buah candi di Ampang Gadang dan di Sopan Tanah. (Keterisoliran Nagari Mahat dirasa-kan sejak adanya perubahan transportasi sungai dengan dibangunnya jalan darat dari pedalam Minangkabau menuju Pangkalan dan Pekan Baru  melalui jalan kelok Sembilan yang dibangun Belanda sejak tahun 1895)  Berita-berita tersebut diperkirakan dari abad Ke I sampai abad VII, berarti nahkoda pedagang dan pendeta Cina maupun nahkoda pedagang Arab dan India pada abad tersebut telah memasuki pedalaman minangkabau yaitu Nagari Mahat yang merupakan pusat perdagangan di Sumatera (Pulau Perca). Bukan tidak mungkin agama Islampun telah dikenal di kawasan ini dalam masa itu yang merupakan abad pertama Hijriah.

Menarik perhatian tentang laporan dari pendeta Budha (I-tsing) dari cina bahwa “ tepat pada tengah hari orang di ibu kota “ Mo-lo-yoe” menginjak bayangan kepala sendiri “ Itu berarti bahwa ibu kota tersebut terletak di tepat khatulistiwa.

Nagari Mahat memberikan petunjuk mengenai hal ini.Berita dari I-tsing lainnya (685 M) menyebutkan bahwa “Mo-lo-yoe” telah menjadi “Che-li-fo-che” (Melayu telah menjadi Sriwijaya). Berita tersebut diperjelas “ Batu bertulis kedudukan Bukit” berangka tahun 605 Saka (683 M) dan Batu Batulis Talang Tuo.(Pulutan 30 September 2012, Saiful.SP)


Sumber:
https://www.facebook.com/notes/saiful-guci/nagari-mahek-nagari-1000-menhir-negeri-tertua-di-limapuluh-koto-oleh-saifulsp/493019844049674

No comments:

Post a Comment