Pages

Monday, April 27, 2015

Situs Gunung Padang Peninggalan Zaman Es?

Situs Gunung Padang Peninggalan Zaman Es?

Tuesday, 24 March 2015, 19:40 WIB
ROL/Santi Sopia
Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat
Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hasil survei Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) pada 2011 yang menunjukkan bahwa situs Gunung Padang berujung pada penemuan bahwa umur lapisan bangunan batu di sana diperkirakan dibangun sejak Zaman Es. 

Temuan ini cukup membuat kegemparan. Pasalnya manusia di Zaman Es dipercaya masih sangat primitif sehingga tidak dapat membuat bangunan dengan struktur baik.

"Oleh karena itu, dapat dipahami apabila temuan ini dianggap sebagai "ajaran sesat" oleh kalangan umum ahli arkeologi," terang Danny Hilman Natawidjaja di Gedung 10 Kampus LIPI Bandung, Selasa (24/3)

Penemuan tersebut tentunya bertentangan dengan pengetahuan selama ini bahwa masyarakat pada Zaman Es merupakan masyarakat yang sangat primitif. Oleh karena itu, temuan baru di Gunung Padang dapat menjadi sebuah terobosan dalam mengetahui sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.

Hingga saat ini, penemuan bahwa kedua situs di Gunung Padang dan Gobekli Tepe berasal dari Zaman Es masih sukar dijelaskan oleh ilmu pengetahuan saat ini tentang sejarah peradaban manusia. 

Pada 2011, ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja beserta tim yang tergabung dalam TTRM memiliki dugaan bahwa bukit Gunung Padang merupakan bukit buatan manusia. Karena itu, ia dan timnya melakukan eksplorasi dengan teknologi pemindai yang mutakhir dala, bidang geologi dan geofisika. 

Salah satunya menggunakan metoda Ground Penetrating Radar (GPR) yang dikenal dengan georadar. Selain itu TTRM juga menggunakan tomografi seismik, survey strukturn resistivitas. TTRM juga melakukan banyak penggalian langsung di lokasi serta mengambil sampel mata bor yang dalam.

"Survei yang intensif dan komprehensif memperlihatkan bahwa Gunung Padang adalah bangunan sangat besar," lanjutnya.

Bangunan besar ini, lanjut Danny, disertai dengan multi-lapisan artifisial dari blok-blok batu andesit. Blok-blok batu ini tidak hanya menempati bagian puncaknya, tetapi juga di seluruh badan bukit. Dari survei tersebut, ditemukan juga buikti-bukti kuat bahwa terdapat lorong-lorong di ruang bawah tanah, di dalam Gunung Padang. 

Situs Gunung Padang yang merupakan bangunan megalit ini juga ditemukan memiliki usia yang lebih tua dari yang diperkirakan. Struktur megalit termuda di bagian permukaannuandiperkirakan berumur sekitar 2.500-3.500 tahun. 

Kemudian, analisa karbon terhadap artifisial di lapisan kedua yang hanya tertimbun beberapa meter di dalam tanah menunjukkan bahwa usianya sekitar 6.700-7.000 tahun atau berasal dari tahun 4.700-5.000 SM.

Sedangkan sampel di lapisan ketiga pada kedalaman 5 m hingga 15 m memiliki hasil yang beragam. Ada yang menunjukkan berasal dari 9.500 tahun yang lalu, ada pula yang menunjukkan sudah berusia sekitar 10 ribu hingga 28 ribu tahun.

"Sudah dapat dikatakan bahwa Gunung Padang mulai dibangun sejak Zaman Es, di mana leluhur kita diyakini masih primitif," jelas Danny.

Zaman es

Puncak Zaman Es, atau Zaman Es terakhir dimulai sekitar 20 ribu tahun lalu. Bencana katastrofi global ini diindikasikan kuat terjadi pada masaYounger Dryas (YD) sekitar 12.900 hingga 11.600 tahun lalu.  YD ditandai dengan turunnya suhu bumi secara drastis yang membuat bumi kembali membeku selama 1.300 tahun. 

YD atau zaman es ini kemudian diakhiri dengan naiknya suhu bumi secara mendadak dan menandai dimulainya masa Holosen. Danny menjelaskan, "secara kebetulan" berdasarkan sejarah, peradaban manusia saat ini dimulai sejak awal Holosen atau sejak YD berakhir. 

Hal ini tentu menimbulkan misteri karena, jika peradaban manusia saat ini baru ada sejak awal Holosen, adanya temuan situs Gunung Padang akan menimbulkan teka-teki mengenai peradaban apa yang membangun situs tersebut.

"Jadi, misteri besarnya, apakah peradaban dunia yang kita kenal sekarang adalah satu-satunya peradaban sejak munculnya manusia modern?" ungkap Danny.
Reporter : C01
Redaktur : Yudha Manggala P Putra


Sumber:
http://www.republika.co.id/

No comments:

Post a Comment