Jejak Candi dari Studi Bencana Katastropik Purba
Politikindonesia - The past is the key to the future.
Ragam sejarah Indonesia ini sangat kaya. Sayangnya dokumentasi tentang
itu sangat minim. Sebuah studi bencana katastropik purba yang dilakukan
Tim Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB)
bersama tim ahli gempa dan geologi menemukan hal yang tak terduga.
Menurut seorang sumber kepada politikindonesia.com penelitian tim ini sudah berjalan sejak 8 bulan lalu. Tim ini meneliti patahan lempeng gempa di Jawa dan Sumatera. Lokasi yang diteliti berada di Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Jambi, Palembang, dan Garut.
Sasaran utama dari
studi ini adalah untuk meneliti sumber-sumber bencana alam dan kejadian
bencana alam di masa kuno, khususnya yang berskala besar atau
katastropik, yaitu yang mengakibatkan punahnya seluruh atau sebagian
peradaban di wilayah Nusantara.
Tujuan dari studi
ini adalah agar masyarakat Nusantara menjadi lebih paham akan ancaman
bencana alam dan sejarah kuno di wilayah nusantara yang berkaitan dengan
pengalaman dan kearifan nenek moyang kita dalam menghadapi bencana
alam.
Kemudian diharapkan
bangsa Indonesia menjadi lebih siaga untuk mengantisipasi bencana
sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara di masa
datang. Dengan kata lain studi ini merupakan bagian dari
usaha mitigasi bencana untuk penguatan ketahanan nasional dengan cara
menggali kearifan lokal yang sebenar-benarnya.
Nah, dari penelitian
tersebut ditemukan secara tak sengaja indikasi adanya candi dan
bangunan berbentuk paramida di sejumlah daerah. Para peneliti merasa
curiga atas temuan bukit yang strukturnya diluar bukit kebanyakan.
Bukit-bukit itu terlihat bukan terbentuk oleh alam, tetapi seperti
gundukan tanah yang mengubur bangunan.
Cerita tentang
temuan itu menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Perbincangan itu
semakin menarik dikaitkan dengan buku ‘Negara Kelima’ karya penulis muda
Es Ito. Cerita buku itu mengingatkan akan hipotesa Profesor Arsyo
Santos dan Profesor Stephen Openheimer bahwa daratan Atlantis yang
tenggelam tersebut adalah Daratan Sunda.
Kedua profesor ini percaya bahwa letusan Krakatau berkaitan dengan musnahnya Kerajaan Kuno pada sekitar 11,600 tahun lalu. Namun
belum ada data dan analisis ilmiah yang cukup untuk mendukung
hipotesanya ini. Terlebih lagi mengingat bahwa sampai saat ini ilmuwan
di seluruh dunia masih meyakini bahwa sampai 10.000 tahun lalu dunia
masih ada dalam jaman batu, belum ada peradaban maju.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Kembali soal candi
dan bangunan mirip paramida, ini memang, baru hasil pra penelitian. Para
peneliti tersebut belum bisa memastikan 100 persen dugaan mereka.
Soalnya, untuk membuktikannya dibutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi.
Sekarang, sebuah tim baru melakukan penelitian lanjutan untuk
mengungkap itu. Bukit-bukit tersebut sudah diteliti menggunakan citra
satelit, data seismik dan tiga dimensi. “Saat ini penelitian masih berlangsung.”
Meski ada temuan tak
terduga ini, tim ahli in tak sekedar ingin mencari piramida ataupun
benua Atlantis. Tujuan penelitian ini lebih dari itu. Yakni berupaya mencari bukti-bukti bencana-bencana
katastropik purba. Sejarah dan fakta geologi sudah banyak memberikan
pelajaran tentang bagaimana kejadian bencana alam di masa kuno dapat
memusnahkan peradaban manusia.
Boleh jadi, para
leluhur nusantara juga meninggalkan berbagai catatan-catatan yang belum
tersentuh tentang pengalaman berhara, nasihat-nasihat atau bahkan
teknik-teknik jitu dalam menghadapi berbagai bencana alam yang pernah
terjadi di zaman mereka. Konsep siklus alam mengajarkan bahwa segala apa
yang pernah terjadi di masa lampau pasti akan terjadi lagi di masa
datang.
(kap/rin/nis)Sumber:
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=20586-Jejak-Candi-dari-Studi-Bencana-Katastropik-Purba
No comments:
Post a Comment