Pages

Monday, April 21, 2014

Reinventing Sunda: Plato Menyusuri Mesir Mengonfirmasi The Lost “Sundaland” Atlantis

Reinventing Sunda: Plato Menyusuri Mesir Mengonfirmasi The Lost “Sundaland” Atlantis

BOGOR-KITA.com – Jika saja Plato, Socrates, Solon, Critias, Joepe dan orang-orang Yunani itu hidup kembali, nicaya mereka akan melantik Aryso Santos menjadi guru paling besar di dunia atas jasanya mengkonstruksi dan menunjukkan lokasi di mana The Lost “Sundaland” Atlantis .

Aryso Santos adalah penyambung lidah Plato, dan penemu bahwa lokasi The Lost yang disebut Plato itu adalah Indonesia. Sementara Profesor Oppenheimer dari Oxford University adalah peyambung lidah Santos yang mengerucutkan kesimpulan bahwa Indonesia yang disebut Santos itu adalah Sundaland.

Belum ada penelitian sama sekali apakah prilaku warga di The Lost Atlantis yang disebut Plato ada kemiripan dengan warga Sundaland sekaran. Satu-satu yang langsung dapat diketahui adalah bahwa orang hidup di Sundaland memang berkebudayaan ladang (bukan sawah). Sementara wilayah yang disebut Plato sebagai The Lost Atlantis itu adalah sebuah pulau sangat besar yang seluruhnya berupa daratan tetapi dikelilingi samudra.

Bentuk prilaku lain, sama sekali belum pernah diteliti. Tapi bagi Plato (427 – 347 SM) Kerajaan Atlantis itu sangat maju. Dalam buku Timaeus, Plato menceritakan bahwa Kerajaan Atlantis itu berada di hadapan selat Mainstay Haigelisi. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena. Namun, di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, kerajaan itu tenggelam ke dasar laut. Negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Di bagian lain pada buku Critias, adik sepupu Critias juga mengisahkan tentang Atlantis. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias. Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).

Critias menceritakan,  Solon mengetahui legenda Atlantis ketika berkeliling Mesir. Garis besar kisah pada buku tersebut adalah, ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat laut tengah yang sangat jauh, peradabannya sangat menakjubkan. Kerajaan itu menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah.

Tingkat perkembangan peradabannya memukau. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah kerajaan itu ke dasar laut, peradabannya juga hilang dalam ingatan orang-orang.

Menurut perhitungan Plato, tenggelamnya Kerajaan Atlantis terjadi kira-kira 11.150 tahun silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan Kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir untuk minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat untuk mencari tau lebi jauh mengenai Kejarajaan Atlantis. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang Kerajaan Atlantis juga menekankan hal sama, karena kerajaan itu menurutnya adalah nyata,


Penelitian
Awalnya orang mengira, negara cerita Plato terletak di Bermuda. Hal ini berawal di tahun 1968. Ketika itu di kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba menjerit kaget. Di dasar laut dia melihat sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?

Awal tahun ‘70-an di sekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut. Setelah diteliti secara ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, daerah itu begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis? Foto itu berbentuk piramida. Panjangnya kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.

Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlantis pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Di benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka, di kota itu ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?

Yang menghebohkan adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Plato memang pernah mengatakan, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Mitos The Lost Atlantis adalah mitos yang menyenangkan. Sebab yang namanya mitos bisa jadi memang cerita rekaan. Tetapi di sisi lain, sudah barang tentu ada benda atau sesutu  yang kemudian dianggap mitos karena keterbatasan manusia untuk mencernanya, keterbatasan manusia untuk meneliti dan melakukan verifikasi. o petrus barus


Sumber:
http://www.bogor-kita.com/wisata/tips-perjalanan/913-reinventing-sunda-plato-menyusuri-mesir-mengonfirmasi-the-lost-sundaland-atlantis.html

No comments:

Post a Comment