Pages

Friday, May 16, 2014

130 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau

130 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau

Banten, MDTV: 130 tahun sudah kiamat kecil itu terjadi. Tak banyak tahu memang, tapi sejarah mencatatnya sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat selama peradaban manusia modern.
Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya tiga pulau kecil ditambah satu gunung kecil yang selalu mengeluarkan asap tipis di antara luasnya lautan Selat Sunda.
 
Siapa sangka, 130 tahun lalu, pulau kecil itu adalah bagian dari sebuah gunung purba raksasa yang diperkirakan memiliki ketinggi 2.000 meter dari permukaan laut.
 
Ya, dialah sang gunung purba, Gunung Krakatau.
 
Hari ini, 27 Agustus 2013, adalah tanggal yang sama saat Krakatau menyemburkan material vulkaniknya hingga ratusan kilometer ke angkasa dan ribuan kilometer ke penjuru Nusantara dan mancanegara pada tahun 1883 lalu..
 
Krakatau purba adalah sebuah dari sekian banyak cerita bencana alam dahsyat di dunia. Akibat letusannya, 36.000 jiwa meninggal dunia dan ribuan orang lainnya terluka.
 
Konon, letusan Krakatau purba terdengar hingga ke Alice Springs di Australia dan Pulau Rodrigues di Afrika dengan jarak 4.653 dari Selat Sunda. Suara letusan Krakatau 
 
purba 30.000 kali kerasnya daripada ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di akhir perang dunia ke dua.
 
Krakatau purba diperkirakan meletus sekitar pukul 10.20 WIB. Dalam sebuah teks Jawa kuno, tertulis sebuah kesaksian bagaimana dahsyatnya letusan Krakatau saat itu.
 
"Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera"
 
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
 
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
 
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. 
 
Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit.
 
Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.
 
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
 
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan 
 
kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
 
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai 
 
Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. 
 
Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
 
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia 
 
Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. 
 
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
 
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam 
 
sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
 
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang 
 
berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
 
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. 
 
Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
 
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat 
 
Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. 
 
Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.
 
 
Sumber:
http://www.lintas.me/go/menit.tv/130-tahun-meletusnya-gunung-krakatau
 

No comments:

Post a Comment