130 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau
Banten, MDTV: 130 tahun sudah kiamat kecil itu terjadi. Tak banyak tahu memang, tapi sejarah mencatatnya sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat selama peradaban manusia modern.
Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya tiga pulau kecil ditambah
satu gunung kecil yang selalu mengeluarkan asap tipis di antara luasnya
lautan Selat Sunda.
Siapa sangka, 130 tahun lalu, pulau kecil itu adalah bagian dari sebuah
gunung purba raksasa yang diperkirakan memiliki ketinggi 2.000 meter
dari permukaan laut.
Ya, dialah sang gunung purba, Gunung Krakatau.
Hari ini, 27 Agustus 2013, adalah tanggal yang sama saat Krakatau
menyemburkan material vulkaniknya hingga ratusan kilometer ke angkasa
dan ribuan kilometer ke penjuru Nusantara dan mancanegara pada tahun
1883 lalu..
Krakatau purba adalah sebuah dari sekian banyak cerita bencana alam
dahsyat di dunia. Akibat letusannya, 36.000 jiwa meninggal dunia dan
ribuan orang lainnya terluka.
Konon, letusan Krakatau purba terdengar hingga ke Alice Springs di
Australia dan Pulau Rodrigues di Afrika dengan jarak 4.653 dari Selat
Sunda. Suara letusan Krakatau
purba 30.000 kali kerasnya daripada ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di akhir perang dunia ke dua.
Krakatau purba diperkirakan meletus sekitar pukul 10.20 WIB. Dalam
sebuah teks Jawa kuno, tertulis sebuah kesaksian bagaimana dahsyatnya
letusan Krakatau saat itu.
"Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada
pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat.
Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh
badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung
Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air
menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau
Sumatera"
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap
selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan
Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia
Baru dan Gunung Katmal di Alaska.
Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup
padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan,
dan kabel bawah laut sudah dipasang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di
dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya
belum diimbangi dengan
kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba
hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau
tepi kawahnya dikenal sebagai
Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain
disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung.
Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad
kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena
temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah
penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan
Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium,
berakhirnya peradaban Arabia
Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan
perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik.
Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter,
menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau
bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity
Index (VEI) terbesar dalam
sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau
sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik
dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80
km. Benda-benda keras yang
berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera
bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia
Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta
sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat
cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter.
Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa
saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya
karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari
295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di
Karawang, pantai barat
Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan.
Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan
harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung
pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang
ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat
Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.
Sumber:
http://www.lintas.me/go/menit.tv/130-tahun-meletusnya-gunung-krakatau
No comments:
Post a Comment