Cagar Budaya Sangkulirang Jadi Milik Dunia
Jumat, 4 Oktober 2013
|
| |
Pameran Cagar Budaya dilaksanakan Balai Pelestarian Cagar
Budaya (BPCB) Wilayah Kalimantan bekerja sama dengan Dinas Pemuda,
Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kutim. Pameran tersebut bertempat
di Gedung Serba Guna (GSG) kompleks perkantoran Bukit Pelangi.
Berlangsung selama tujuh hari dari Kamis (3/10) sampai 8 Oktober
mendatang.
TUJUAN pameran ini mengenalkan masyarakat Kutim
mengenai penyebaran rumpun manusia purba Austronesia yang berawal di
daerah pegunungan karst, terdapat di Kecamatan Sangkulirang dan
sekitarnya. Pameran tersebut merupakan rangkaian peringatan hari ulang
tahun (HUT) ke-14 Kabupaten Kutai Timur. Diharapkan, masyarakat mampu
melestarikan cagar budaya yang berasal dari daerah Kutim.
Bangsa Indonesia telah lama dikenal dengan berbagai peninggalan
kebudayaan, bahkan di sekitar wilayah Kutim terdapat sebuah situs cagar
budaya yang mempunyai arti penting bagi sejarah umat manusia. Dari hasil
penelitian yang dilakukan peneliti asing maupun Indonesia, ternyata di
Kutim terdapat situs dan benda cagar dengan berbagai bentuk yang luar
biasa. Terutama di wilayah Sangkulirang dan Sandaran yang dulunya
merupakan bagian dari Sangkulirang.
Pameran Cagar Budaya yang diselenggarakan tersebut sebagai bentuk
komitmen Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengangkat salah satu cagar budaya
yang berada di Kalimantan sebagai penguat identitas dan jati diri
bangsa. Menurut pihak penyelenggara pameran, Sangkulirang memiliki
kekayaan keberagaman flora dan fauna. Dari penelitian yang dilakukan,
telah ditemukan 92 jenis kelelawar, berbagai jenis serangga, 400 spesies
tanaman.
Selain itu, di kawasan ini terdapat gua-gua yang sekitar 10.000 tahun
sebelum Masehi pernah dihuni manusia. Dalam aktivitasnya, manusia purba
itu telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang serta wadah dari
bahan tanah liat. Berikut, terdapat lukisan dinding pada 37 gua. Lukisan
itu antara lain berupa cap tangan, beberapa jenis binatang dan perahu.
Sebagai langkah awal, kegiatan pameran kali ini diharapkan dapat
menggali dengan merangkul semua pihak untuk bersinergi mewujudkan mimpi
menjadikan Kawasan Cagar Alam Dan Budaya Sangkulirang sebagai salah satu
warisan dunia.
Bupati Kutim Isran Noor mengaku bangga dengan adanya penelitian
sejarah terbaru yang menyebutkan bahwa manusia gua di pegunungan karst
yang tersebar di Sangkulirang adalah manusia purba yang melakukan
migrasi global menuju ke wilayah selatan, timur, hingga kawasan Asia
Pasifik.
"Terus terang saya merasa bangga, bahagia dan tertantang untuk ikut
serta melestarikan cagar budaya. Pada beberapa waktu lalu saat ditemukan
gua tapak tangan di wilayah Sangkulirang dan sekitarnya, saya sempat
merasa khawatir. Mengingat pembangunan yang begitu cepat, dapat
mengancam keberadaan warisan budaya masa lalu.
Pemkab tidak mau melakukan pengamanan secara khusus pada kawasan
tersebut, dikhawatirkan akan menjadi rebutan masyarakat di sekitar cagar
budaya. Kepada semua pihak, terutama aparat terkait agar melihat
lokasi-lokasi yang diamankan itu, sehingga tidak terganggu oleh
kegiatan-kegiatan tambang dan perkebunan. Karena kawasan pegunungan
karst merupakan sumber utama bahan pembuatan semen, untuk itu semua
pihak harus mengamankan dan mengisolasinya. Kemudian Disporapar diminta
segera memetakan lokasi cagar budaya," tegas Isran.
Selanjutnya Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
(Apkasi) ini menyebutkan pengamanan lokasi cagar budaya harus segera
dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka gua-gua karst itu akan hilang
dari peradaban dunia. “Itu merupakan sebuah dosa besar, jika tidak
ditindaklanjuti dengan mengamankannya dari tangan-tangan yang tak
bertanggung jawab,” ujarnya.
Situs dan cagar budaya tersebut menurut Isran Noor bukan hanya milik Kutim, namun juga milik Indonesia, bahkan milik dunia.
"Saya baru mengetahui dari Kepala BPCB I Made Kusumajaya, ternyata
asal-usul bangsa Melayu berasal dari Sangkulirang. Umurnya ribuan tahun,
namun tidak hilang. Kalau tidak berkat kebesaran dari Allah SWT,
mungkin sudah terhapus dari sejarah.
Ternyata ada sejarah umat manusia yang hidup di daerah Kutim, jauh
sebelum bangsa ini terbentuk seperti sekarang. Bayangkan bagaimana
lukisan telapak tangan bisa tetap terlibat di dinding gua. Bisa jadi
penemuan dahsyat terjadi karena kebetulan Bupati Kutim berasal dari
Sangkulirang," ujar Isran bercanda dan disambut tepuk tangan para tamu
undangan.
Sedangkan Ketua Panitia Pameran Cagar Budaya yang juga Dosen Arkeologi
Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta DR Widiyanayati, menyebutkan
pameran tersebut bertema "Dari Tapak Purba hingga Masa Kini".
Pihaknya melihat kawasan Sangkulirang menjadi sebuah kawasan penting
bagi warisan budaya dunia. bukan hanya memberikan penjelasan kepada
masyarakat lokal, namun juga mengabarkan kepada dunia bahwa di Kutim ada
sebuah kawasan yang menjadi persimpangan penting dari migrasi besar
manusia purba.
"Pegunungan karst di Sangkulirang merupakan titik awal masuknya
manusia ke Indonesia, bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan untuk
membuat gerabah, tulisan tangan di gua-gua. Ini yang membedakan
pegunungan karst di wilayah Indonesia lainnya dengan pegunungan karst di
Sangkulirang. Ini merupakan kebudayaan yang tua sekali. Untuk itu kita
berusaha mengenalkan bagaimana sejarah pembentukan karst dan sejarah
manusia purba di wilayah ini. Sehingga kita mengangkat natural dan heritage
dari kawasan ini, fungsi pameran ini untuk menjelaskan pada masyarakat
betapa luar biasa Kabupaten Kutai Timur ini," jelas Widiyanayati. (kmf3/san/k8)
Sumber:
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/33444/cagar-budaya-sangkulirang-jadi-milik-dunia.html
No comments:
Post a Comment