Pages

Monday, May 26, 2014

Cagar Budaya Sangkulirang Jadi Milik Dunia

Cagar Budaya Sangkulirang Jadi Milik Dunia
 
Jumat, 4 Oktober 2013


|
 
Pameran Cagar Budaya dilaksanakan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wilayah Kalimantan bekerja sama dengan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kutim. Pameran tersebut bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) kompleks perkantoran Bukit Pelangi. Berlangsung selama tujuh hari dari Kamis (3/10) sampai 8 Oktober mendatang.
 
TUJUAN pameran ini mengenalkan masyarakat Kutim mengenai penyebaran rumpun manusia purba Austronesia yang berawal di daerah pegunungan karst, terdapat di  Kecamatan Sangkulirang dan sekitarnya. Pameran tersebut merupakan rangkaian peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-14 Kabupaten Kutai Timur. Diharapkan, masyarakat mampu melestarikan cagar budaya yang berasal dari daerah Kutim.
 
Bangsa Indonesia telah lama dikenal dengan berbagai peninggalan kebudayaan, bahkan di sekitar wilayah Kutim terdapat sebuah situs cagar budaya yang mempunyai arti penting bagi sejarah umat manusia. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti asing maupun Indonesia, ternyata di Kutim terdapat situs dan benda cagar dengan berbagai bentuk yang luar biasa. Terutama di wilayah Sangkulirang dan Sandaran yang dulunya merupakan bagian dari Sangkulirang.
 
Pameran Cagar Budaya yang diselenggarakan tersebut sebagai bentuk komitmen Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengangkat salah satu cagar budaya yang berada di Kalimantan sebagai penguat identitas dan jati diri bangsa. Menurut pihak penyelenggara pameran, Sangkulirang memiliki kekayaan keberagaman flora dan fauna. Dari penelitian yang dilakukan, telah ditemukan 92 jenis kelelawar, berbagai jenis serangga, 400 spesies tanaman.
 
Selain itu, di kawasan ini terdapat gua-gua yang sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi pernah dihuni manusia. Dalam aktivitasnya, manusia purba itu telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang serta wadah dari bahan tanah liat. Berikut, terdapat lukisan dinding pada 37 gua. Lukisan itu antara lain berupa cap tangan, beberapa jenis binatang dan perahu.
 
Sebagai langkah awal, kegiatan pameran kali ini diharapkan dapat menggali dengan merangkul semua pihak untuk bersinergi mewujudkan mimpi menjadikan Kawasan Cagar Alam Dan Budaya Sangkulirang sebagai salah satu warisan dunia.
 
Bupati Kutim Isran Noor mengaku bangga dengan adanya penelitian sejarah terbaru yang menyebutkan bahwa manusia gua di pegunungan karst yang tersebar di Sangkulirang adalah manusia purba yang melakukan migrasi global menuju ke wilayah selatan, timur, hingga kawasan Asia Pasifik.
"Terus terang saya merasa bangga, bahagia dan  tertantang untuk ikut serta melestarikan cagar budaya. Pada beberapa waktu lalu saat ditemukan gua tapak tangan di wilayah Sangkulirang dan sekitarnya, saya sempat merasa  khawatir. Mengingat pembangunan yang begitu cepat, dapat mengancam keberadaan warisan budaya masa lalu.
 
Pemkab tidak mau melakukan pengamanan secara khusus pada kawasan tersebut, dikhawatirkan akan menjadi rebutan masyarakat di sekitar cagar budaya. Kepada semua pihak, terutama aparat terkait agar melihat lokasi-lokasi yang diamankan itu, sehingga tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan tambang dan perkebunan. Karena kawasan pegunungan karst merupakan sumber utama bahan pembuatan semen, untuk itu semua pihak harus mengamankan dan mengisolasinya. Kemudian Disporapar diminta segera memetakan lokasi cagar budaya," tegas Isran.
 
Selanjutnya Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) ini menyebutkan pengamanan lokasi cagar budaya harus segera dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka gua-gua karst itu akan hilang dari peradaban dunia. “Itu merupakan sebuah dosa besar, jika tidak ditindaklanjuti dengan mengamankannya dari tangan-tangan yang tak bertanggung jawab,” ujarnya.
 
 Situs dan cagar budaya tersebut menurut Isran Noor bukan hanya milik Kutim, namun juga milik Indonesia, bahkan milik dunia.
"Saya baru mengetahui dari Kepala BPCB I Made Kusumajaya, ternyata asal-usul bangsa Melayu berasal dari Sangkulirang. Umurnya ribuan tahun, namun tidak hilang. Kalau tidak berkat kebesaran dari Allah SWT,  mungkin sudah terhapus dari sejarah.
 
Ternyata ada sejarah umat manusia yang hidup di daerah Kutim, jauh sebelum bangsa ini terbentuk seperti sekarang. Bayangkan bagaimana lukisan telapak tangan bisa tetap terlibat di dinding gua. Bisa jadi penemuan dahsyat terjadi karena kebetulan Bupati Kutim berasal dari Sangkulirang," ujar Isran bercanda dan disambut tepuk tangan para tamu undangan.
 
Sedangkan Ketua Panitia Pameran Cagar Budaya yang juga Dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta DR Widiyanayati, menyebutkan pameran tersebut bertema "Dari Tapak Purba hingga Masa Kini".
 
Pihaknya melihat kawasan Sangkulirang menjadi sebuah kawasan penting bagi warisan budaya dunia. bukan hanya memberikan penjelasan kepada masyarakat lokal, namun juga mengabarkan kepada dunia bahwa di Kutim ada sebuah kawasan yang menjadi persimpangan penting dari migrasi besar manusia purba.
 
"Pegunungan karst di Sangkulirang merupakan titik awal masuknya manusia ke Indonesia, bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan untuk membuat gerabah, tulisan tangan di gua-gua. Ini yang membedakan pegunungan karst di wilayah Indonesia lainnya dengan pegunungan karst di Sangkulirang. Ini merupakan kebudayaan yang tua sekali. Untuk itu kita berusaha mengenalkan bagaimana sejarah pembentukan karst dan sejarah manusia purba di wilayah ini. Sehingga kita mengangkat natural dan heritage dari kawasan ini, fungsi pameran ini untuk menjelaskan pada masyarakat betapa luar biasa Kabupaten Kutai Timur ini," jelas Widiyanayati. (kmf3/san/k8)
 
 
Sumber:
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/33444/cagar-budaya-sangkulirang-jadi-milik-dunia.html

No comments:

Post a Comment