Survei Gua Arkeologis di Kabupaten Bener Meriah
Catatan Taufiqurrahman*
Beberapa hari lalu, Balai Arkeologi
Medan Sumatera Utara melakukan survei arkeologis di kawasan Samar Kilang
Kabupaten Bener Meriah. Survei ini berangkat dari hasil penelitian di
Situs Loyang Mendale di pinggiran Danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah
dimana dari hasil penelitian di situs tersebut didapatkan data tentang
keberadaan temuan yang merupakan budaya hoabinh yang berkembang di
situs-situs bukit kerang yang ditemukan Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan
Langkat di Sumatera Utara.
Temuan yang menunjukkan budaya hoabinh
ini terlihat pada kesamaan temuan kapak batu sumatralit dan juga
menunjukkan periodisasi waktu yang hampir sama yaitu 7500 tahun yang
lalu. Untuk menggali data ada tidaknya hubungan kedua wilayah tersebut
dan kemungkinan adanya situs transisi atau “perantara”.
Pada survei di Samarkilang kali ini
didapatkan dua buah data ceruk/loyang yaitu Gua Jamuratu Wih Pakang dan
Loyang Keri yang keduanya berada di wilayah Desa Gutelah Lane. Untuk
mencapai lokasi Gua Jamuratu diperlukan perjalanan dari Samarkilang
dengan berjalan kaki selama 7 – 9 jam melewati turbin dan kemudian
memasuki wilayah hutan ke arah baratdaya mengikuti aliran Sungai
Jambuaye. Loyang Keri berada lebih dekat dengan Samarkilang, lokasinya
berada dekat dengan turbin listrik di Samarkilang.
Di Gua Jamuratu Wih Pakang tersebut
teridentifikasi bahwa lokasi ini potensial sebagai hunian, karena
lokasinya berada di lereng bawah dan di pinggir sungai. Lantai gua yang
relatif kering dan datar memungkinkan untuk dijadikan sebagai lokasi
berlindung, sirkulasi udara yang baik dan mempunyai ruang yang relatif
luas menambah daya tarik sebagai lokasi hunian. Namun demikian, gua ini
kemungkinan gua ini tidak dimanfaatkan sebagai lokasi hunian menetap
melainkan hunian sementara.
Loyang Keri juga teridentifikasi juga
sebagai lokasi yang potensial sebagai hunian, namun data yang didapatkan
belum dapat menjadi bukti kuat penghunian pada lokasi tersebut. Lokasi
loyang ini berada pada lereng tengah dengan bagian depannya memiliki
kemiringan relatif landai. Dari kotak testpit yang dilakukan di salah
satu bagian loyang ini ditemukan fragmen gerabah polos dan juga kulit
kemiri yang berada pada lapisan tanah bekas pembakaran. Pada bagian lain
gua ini juga ditemukan satu buah alat serpih dari bahan batu rijang
berwarna kuning.
Pada survei selanjutnya dilakukan di
wilayah Pepedang yang masuk dalam Kecamatan Bandar. Di lokasi ini
ditemukan dua buah ceruk yang letaknya pada satu bukit. Namun hanya satu
ceruk/loyang yang dapat teramati karena lokasi relatif sulit dijangkau.
Pada satu loyang yang dapat teramati, memiliki dimensi ruang yang tidak
terlalu luas, dengan lebar mulut gua sepanjang 4 meter dan tingginya
2,5 meter. Bagian lantai gua relatif datar dan kering dan mempunyai
sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Lokasi ini nampaknya masih
sering digunakan karena masih ditemukan bekas bakaran baru di bagian
depan gua ini. Gua ini memiliki ruangan sedalam 4 meter dan mengecil
pada bagian dalamnya. Temuan arkeologi di permukaan yang didapatkan
adalah satu fragmen serpih batu.
Mengingat kendala di lapangan yang
dihadapi oleh tim, maka survei kemudian dialihkan terlebih dahulu ke
wilayah di sekitar Danau Lut Tawar, yaitu didaerah Bintang. Pada survei
tersebut didapatkan informasi adanya loyang yang berada di daerah Linung
Bulan Dua, yaitu Loyang Masjid. Penamaan ini diperoleh dari masyarakat
mengingat lokasi loyang yang berada di sekitar masjid. Pada lokasi ini
ditemukan fragmen gerabah hias garis yang dibuat dengan teknik tatap
landas dan dihias dengan teknik gores. Dari teknologi pembuatannya,
sepertinya gerabah ini berasal dari masa yang lebih muda dari temuan
sejenis di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang.
* Ketua Tim Survei Gua Arkeologis di Kabupaten Bener Meriah
Sumber:
http://lintasgayo.co/2013/12/26/survei-gua-arkeologis-di-kabupaten-bener-meriah
No comments:
Post a Comment