Diduga Warisi Gen Purba: Peneliti Ambil Darah Warga Padang Bindu
Jumat, 30 Mei 2014 15:48 WIB
Aloysius Budi Kurniawan
Tim
penelitian arkeologi Goa Harimau sedang melakukan penggantian rangka
cetakan tiruan Homo sapiens di Situs Goa Harimau, Desa Padang Bindu,
Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Senin (26/5).
Pemasangan kerangka tiruan dilakukan sama seperti kondisi aslinya,
sedangkan kerangka asli sebagian telah diangkat dan dipindahkan ke
Museum Si Pahit Lidah di Desa Padang Bindu.
TRIBUNSUMSEL.COM, BATURAJA - Setelah mengambil sampel
tulang dan gigi kerangka manusia purba di Gua Harimau Desa Padang Bindu,
Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU, Tim Biologi Molekuler Eijkman
Jakarta melanjutkan penelitian dengan mengambil sampel darah warga desa
setempat.
Hasil penelitian itu akan mencocokan apakah ada kesamaan tes Deoxyribonucleat Acid (DNA) manusia purba yang hidup ribuan tahun lalu dengan masyarakat yang saat ini menetap di Padang Bindu.
"Siapa tahu ada garis keturunan di sini," kata Prof Dr Truman Simanjuntak didampingi Dr Wuryantari dari Tim Lembaga Biomolekul Eijkman, Kamis (29/5).
Wuryantari mengatakan, pengambilan sampel darah penduduk asli setempat sangat diperlukan untuk meneliti apakah ada keterkaitan kekerabatan dengan manusia penghuni gua. Untuk tahap pertama akan diambil sampel DNA satu atau dua warga setempat.
Pihaknya sudah mengambil sampel empat kandidat kerangka manusia prasejarah di Situs Padang Bindu Gua Harimau untuk dilakukan tes DNA. Sampel yang diambil untuk dilakukan tes DNA ini meliputi remolar bawah (gigi), tulang femor kiri, premolar bawah kiri, dan diafisis femor kiri (tulang paha). DNA yang sudah diisolasi ini akan dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan tes.
"Waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil tes DNA tergantung dari tingkat kesulitannya. Apalagi sampel yang diambil sudah berusia ribuan, bahkan belasan ribu tahun. Pengaruh udara dan dan mikrorganisme tentu akan berpengaruh pada saat dilakukan tes DNA. Tidak tertutup kemungkinan dilakukan ulang. Tim menggunakan teknik dianalisis dengan menggunakan methode PCR Sequyencing," katanya.
Kepala Disporabudpar Pemkab OKU, Aufa S Sarkomi mengatakan, sudah ditemukan 78 individu kerangka diperkirakan berusia 3.000 tahun-60.000 tahun di Gua Harimau. Bentuk dan ras berbeda, mulai dari ras mongoloid dan ras astronimelanisia.
DNA kerangka dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah antara kerangka yang penanggalannya berbeda ada hubungan kekerabatan atau tidak.
"Bahkan untuk mengetahui apakah ada kekerabatan dengan penduduk setempat. Kami juga ambil sempel darah penduduk," katanya.
Aktivitas sempel untuk memudahkan membedakan usia. Sempel diambil, mulai dari gigi dan bekal kubur dan zat karbon dalam tanah dan bekal kubur. Ini salah satu objek memudahkan pembagian usia, bagai mana antarindividu ditemukan di Gua Harimau.
Diharapkan adanya test DNA ini bisa diketahui, hidup lengkap manusia purba dengan manusia modern saat ini.
"Mungkin ada penduduk luar negeri, Cina (Tiongkok, Red), vietnam. Apalagi ini ras mongoloid dari ras yang berasal dari Cina dan ada ras astroni melanisia yang merupakan ras Aborizin Aoustrali. Ini bisa mengungkap ras sejarah yang ada di Indonesia dan bisa mengetahui asal penduduk setempat," katanya.
Temuan Tertua
Pertengahan Mei lalu, Tim peneliti Arkeologi Nasional (Arkenas) mendapat temuan baru pada penelitian lanjutan di Gua Harimau. Mereka menemukan artefak yang diperkirakan periode preniolitik, yang hidup sekitar 14.000 sampai 16.000 tahun silam.
Ketua Tim Arkenas di Gua Harimau, Adhi Agus mengatakan, mereka menemukan obsidian, serpih rijal dan serpih-serpih lainnya. Selain itu juga menemukan tulang hewan mamalia besar seperti beruang dan binatang mamalia kecil seperti tikus, kelelawar dan beberapa benda sejenis bebatuan lainnya.
Adhi menambahkan Artefak dan penemuan lainnya didapat dari titik penggalian vertikal sebelah barat gua dengan kedalaman sekitar 2,5 meter dari titik bantu. "Ini baru ditemukan artefak, belum menemukan kerangka manusia. Untuk itu, kami terus melakukan penggalian. Mudah-mudahan ada penemuan baru," ungkapnya.
Tim ahli Arkenas sendiri terus berupaya melakukan ekskavasi vertikal di sisi Barat Gua. Sebab, diprediksi, Gua Harimau terdapat kerangka manusia yang usianya sekitar 60.000 tahun silam bahkan lebih.
"Penggalian vertikal yang pertama kami tutup. Sebab, kami kesulitan karena terdapat batu. Mudah-mudahan, penggalian ini bisa membuahkan hasil sesuai harapan yang kami inginkan. Namun, kami tidak bisa mengandai-ngandai. Terpenting kami berusaha," jelasnya.
Jika tim Arkenas sukses menemukan kerangka manusia usia 60.000 tahun silam, maka ini pertemuan spektakuler dan pertama di Sumatera. Sebab, di Sumatera periode tersebut masih kosong. "Sementara ini ada peneliti asal Belanda mendapat temuan gigi yang usianya diperkirakan sekitar 60.000 tahun di Lidah Air, Sumatera Barat. Tapi bukan ekskavasi. Jika penggalian di Gua Harimau ini berhasil, maka pertama kali di Sumatera," kata Adhi.
Keberadaan manusia purba di Goa Harimau menarik perhatian dua peneltiai asal Jepang, Hirofumi Matsumura (PhD) dan Dr Yamagata Mariko. Keduanya melihat ada keunikan dan perbedaan dibandingkan penemuan kerangka di tempat lain. Keduanya juga meneliti apakah ada hubungan kehidupan purba dengan kehidupan modern.
Sementara tim Arkenas telah mengangkat delapan individu kerangka manusia purba di Gua Harimau. Kerangka-kerangka asli ini akan dipajang ke Museum si Pahit Lidah, Baturaja. Sementara replika yang sudah dibuat akan diletakan di Gua Harimau dengan posisi yang sama. Sejumlah 76 kerangka diperoleh dari ekskavasi tim arkeologi Pusat Arkeologi Nasional sejak tahun 2009 sampai 2014 ini di Goa Harimau. (rws)
Hasil penelitian itu akan mencocokan apakah ada kesamaan tes Deoxyribonucleat Acid (DNA) manusia purba yang hidup ribuan tahun lalu dengan masyarakat yang saat ini menetap di Padang Bindu.
"Siapa tahu ada garis keturunan di sini," kata Prof Dr Truman Simanjuntak didampingi Dr Wuryantari dari Tim Lembaga Biomolekul Eijkman, Kamis (29/5).
Wuryantari mengatakan, pengambilan sampel darah penduduk asli setempat sangat diperlukan untuk meneliti apakah ada keterkaitan kekerabatan dengan manusia penghuni gua. Untuk tahap pertama akan diambil sampel DNA satu atau dua warga setempat.
Pihaknya sudah mengambil sampel empat kandidat kerangka manusia prasejarah di Situs Padang Bindu Gua Harimau untuk dilakukan tes DNA. Sampel yang diambil untuk dilakukan tes DNA ini meliputi remolar bawah (gigi), tulang femor kiri, premolar bawah kiri, dan diafisis femor kiri (tulang paha). DNA yang sudah diisolasi ini akan dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan tes.
"Waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil tes DNA tergantung dari tingkat kesulitannya. Apalagi sampel yang diambil sudah berusia ribuan, bahkan belasan ribu tahun. Pengaruh udara dan dan mikrorganisme tentu akan berpengaruh pada saat dilakukan tes DNA. Tidak tertutup kemungkinan dilakukan ulang. Tim menggunakan teknik dianalisis dengan menggunakan methode PCR Sequyencing," katanya.
Kepala Disporabudpar Pemkab OKU, Aufa S Sarkomi mengatakan, sudah ditemukan 78 individu kerangka diperkirakan berusia 3.000 tahun-60.000 tahun di Gua Harimau. Bentuk dan ras berbeda, mulai dari ras mongoloid dan ras astronimelanisia.
DNA kerangka dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah antara kerangka yang penanggalannya berbeda ada hubungan kekerabatan atau tidak.
"Bahkan untuk mengetahui apakah ada kekerabatan dengan penduduk setempat. Kami juga ambil sempel darah penduduk," katanya.
Aktivitas sempel untuk memudahkan membedakan usia. Sempel diambil, mulai dari gigi dan bekal kubur dan zat karbon dalam tanah dan bekal kubur. Ini salah satu objek memudahkan pembagian usia, bagai mana antarindividu ditemukan di Gua Harimau.
Diharapkan adanya test DNA ini bisa diketahui, hidup lengkap manusia purba dengan manusia modern saat ini.
"Mungkin ada penduduk luar negeri, Cina (Tiongkok, Red), vietnam. Apalagi ini ras mongoloid dari ras yang berasal dari Cina dan ada ras astroni melanisia yang merupakan ras Aborizin Aoustrali. Ini bisa mengungkap ras sejarah yang ada di Indonesia dan bisa mengetahui asal penduduk setempat," katanya.
Temuan Tertua
Pertengahan Mei lalu, Tim peneliti Arkeologi Nasional (Arkenas) mendapat temuan baru pada penelitian lanjutan di Gua Harimau. Mereka menemukan artefak yang diperkirakan periode preniolitik, yang hidup sekitar 14.000 sampai 16.000 tahun silam.
Ketua Tim Arkenas di Gua Harimau, Adhi Agus mengatakan, mereka menemukan obsidian, serpih rijal dan serpih-serpih lainnya. Selain itu juga menemukan tulang hewan mamalia besar seperti beruang dan binatang mamalia kecil seperti tikus, kelelawar dan beberapa benda sejenis bebatuan lainnya.
Adhi menambahkan Artefak dan penemuan lainnya didapat dari titik penggalian vertikal sebelah barat gua dengan kedalaman sekitar 2,5 meter dari titik bantu. "Ini baru ditemukan artefak, belum menemukan kerangka manusia. Untuk itu, kami terus melakukan penggalian. Mudah-mudahan ada penemuan baru," ungkapnya.
Tim ahli Arkenas sendiri terus berupaya melakukan ekskavasi vertikal di sisi Barat Gua. Sebab, diprediksi, Gua Harimau terdapat kerangka manusia yang usianya sekitar 60.000 tahun silam bahkan lebih.
"Penggalian vertikal yang pertama kami tutup. Sebab, kami kesulitan karena terdapat batu. Mudah-mudahan, penggalian ini bisa membuahkan hasil sesuai harapan yang kami inginkan. Namun, kami tidak bisa mengandai-ngandai. Terpenting kami berusaha," jelasnya.
Jika tim Arkenas sukses menemukan kerangka manusia usia 60.000 tahun silam, maka ini pertemuan spektakuler dan pertama di Sumatera. Sebab, di Sumatera periode tersebut masih kosong. "Sementara ini ada peneliti asal Belanda mendapat temuan gigi yang usianya diperkirakan sekitar 60.000 tahun di Lidah Air, Sumatera Barat. Tapi bukan ekskavasi. Jika penggalian di Gua Harimau ini berhasil, maka pertama kali di Sumatera," kata Adhi.
Keberadaan manusia purba di Goa Harimau menarik perhatian dua peneltiai asal Jepang, Hirofumi Matsumura (PhD) dan Dr Yamagata Mariko. Keduanya melihat ada keunikan dan perbedaan dibandingkan penemuan kerangka di tempat lain. Keduanya juga meneliti apakah ada hubungan kehidupan purba dengan kehidupan modern.
Sementara tim Arkenas telah mengangkat delapan individu kerangka manusia purba di Gua Harimau. Kerangka-kerangka asli ini akan dipajang ke Museum si Pahit Lidah, Baturaja. Sementara replika yang sudah dibuat akan diletakan di Gua Harimau dengan posisi yang sama. Sejumlah 76 kerangka diperoleh dari ekskavasi tim arkeologi Pusat Arkeologi Nasional sejak tahun 2009 sampai 2014 ini di Goa Harimau. (rws)
Sumber:
http://sumsel.tribunnews.com/2014/05/30/diduga-warisi-gen-purba-peneliti-ambil-darah-warga-padang-bindu
No comments:
Post a Comment