Pages

Wednesday, May 13, 2015

Rumpun bahasa Austronesia

Rumpun bahasa Austronesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Austronesia
Distribusi
geografis:
Asia TenggaraOseaniaMadagaskar,TaiwanSurinameTongaSelandia BaruTahiti, dan Hawai[1]
Klasifikasi
genetik
:
Salah satu rumpun bahasa utama di dunia; meski hubungan dengan rumpun-rumpun lain sudah diajukan, namun belum ada yang diterima secara luas
Pembagian:
Formosa (beberapa cabang utama)
Melayu-Polinesia (mungkin anak cabang Formosa)
Langues-autronesiennes.png
Peta penyebaran bahasa Austronesia di dunia
Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwandan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampaiPulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Kebanyakan bahasa-bahasa Austronesia tidak mempunyai sejarah panjang dalam bentuk tertulis, sehingga upaya untuk merekonstruksi bentuk-bentuk yang lebih awal, yaitu sampai pada Proto-Austronesia, menjadi lebih sulit. Prasasti tertua dalam bahasa Cham, yaitu Prasasti Dong Yen Chau yang diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi, sekaligus merupakan contoh bukti tertulis tertua pula bagi rumpun bahasa Austronesia.

Istilah Austronesia[sunting | sunting sumber]

Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara(termasuk Filipina), MikronesiaMelanesiaPolinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālisyang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].

Asal usul bangsa Austronesia[sunting | sunting sumber]

Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.
Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina,Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7].

Penggolongan[sunting | sunting sumber]

Agak sulit untuk mendefinisikan struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat dengan kesinambungan dialek yang besar sehingga sukar untuk mengenali batasan di antara cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang ada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.
Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina, per Blust (1999).
Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.
Austronesia
  • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
  • Formosa Timur
    • Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
    • Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
    • Barat Daya (Siraya)
  • Puyuma
  • Paiwan
  • Rukai
  • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
  • Bunun
  • Dataran Rendah Barat
    • Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
    • Thao
  • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
  • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)

Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia[sunting | sunting sumber]

Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)
Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa JawaBahasa Melayu (danBahasa Indonesia), Bahasa SundaBahasa MaduraBahasa AcehBahasa Batak dan Bahasa Bali.

Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain[sunting | sunting sumber]

Hubungan-hubungan genealogis antara rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya disebut Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dinyatakan bahwa semua bahasa di Tiongkok bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia,bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao).
Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:
Austrik
  • Austronesia
  • Tai-Kadai
  • Hmong-Mien
  • Austro-Asiatik
Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok bagian selatan sampai kurang lebih pada antara tahun2000 SM – 1000 SM. Kala itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga sebagai alasan mengapa kaum Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.
Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Sebagai contoh:
Austronesia purba*mata ‘mata
Austro-Asiatik purba*măt ‘mata'’
Tai-Kadai purba*taa ‘mata

Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi metode perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:
Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] sebagai orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih baik dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik sebagai hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.
Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak ada dari proposal tersebut yang mendapat sambutan luas dari komunitas ilmu bahasa.
Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah[1]
Jawamatipati
Malayumati
Bugismate
Malagasimattē
Tagalogmataypatay
Tongamate
Selandia Barumate
Tahitimāte
Hawaimake

Klasifikasi bahasa Jepang[sunting | sunting sumber]

Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Ada yang mengelompokkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia berdasarkan beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan besar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum ada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.
Sebagai contoh adalah beberapa kata dari bahasa Jepang yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:
  • hi yang berarti api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
  • ke yang berarti kayu
Beberapa kata dari bahasa Sikka - Maumere (Flores) yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:
  • ai yang berarti kayu
  • api yang berarti api
Hipotesis akan hubungn bahasa Jepang sebagai saudara dari bahasa-bahasa Austronesia ditolak oleh hampir seluruh pakar ilmu bahasa karena hanya ada sedikit bukti akan hubungan antara bahasa Jepang dan rumpun bahasa Austronesia dan kebanyakan ahli bahasa berpikir bahwa kesamaan yang sedikit ini adalah hasil dari pengaruh bahasa-bahasa Austronesia pada bahasa Jepang, mungkin melalui substratum. Mereka yang mengajukan skenario ini menyarankan bahwa rumpun bahasa Austronesia dulunya pernah meliputi pulau-pulau di utara dan selatan dari Taiwan. Lebih lanjut, tidak ada bukti genetis untuk hubungan yang dekat antara penutur bahasa-bahasa Austronesia dan bahasa-bahasa Japonik, sehingga apabila ada interaksi pra-sejarah antara penutur bahasa Austronesia purba dengan bahasa Japonik purba lebih mungkin interaksi itu adalah sebuah pertukaran budaya yang sederhana alih-alih percampuran etnis yang signifikan. Analisis genetis menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang Ryukyu di antara Taiwan dan pulau-pulau utama Jepang lebih mirip dengan orang Jepang daripada orang asli Taiwan. Hal ini menyarankan bahwa apabila ada interaksi antara bangsa Austronesia purba dan bangsa Japonik purba, interaksi ini kemungkinan terjadi di benua Asia timur sebelum pengenalan bahasa-bahasa Austronesia ke Taiwan (atau setidaknya sebelum kepunahan hipotetis bahasa-bahasa Austronesia dari daratan Tiongkok), dan bahasa-bahasa Japonik ke Jepang.

Perbendaharaan kata[sunting | sunting sumber]

Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan menggunakan metode perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna dan dapat ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, sebagai contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa paling utara di Taiwan sampai bahasa paling selatan di Aotearoa.
Di bawah disajikan sebagai contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai pepet (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai taling (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.
Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk sekitar 500 bahasa Austronesia.

Tipologi dan struktur[sunting | sunting sumber]

Sukar untuk menarik sebuah generalisasi yang berarti tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis besarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk sebagai pemfokusan. Literatur yang berhubungan mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak ahli bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih baik disebut sebagai suara gramatik.
Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.
Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan jumlah fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arabbahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.
Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diserap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.

Jumlah penutur[sunting | sunting sumber]

Secara total jumlah penutur bahasa Austronesia sekitar 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.
Jumlah penutur bahasa-bahasa Austronesia
Bahasa12345678910
Proto-Austronesia*esa/isa*duSa*telu*Sepat* lima*enem*pitu*walu*Siwa*sa-puluq
Paiwanitadusacelusepaclimaunempicualusivata-puluq
Tagalogisádalawátatlóápatlimáánimpitówalósiyámsampû
Ma'anyanIsa'ruehteloepatdimeenempituBalu'sueisapuluh
Bugisseddiduatéllueppalimaennengpituaruwaaseraseppulo
Malagasyiráyróatéloéfatradímyéninafítoválosívyfólo
Acehsaduwalheepeuetlimöngnamtujôhlapansikureuengsiplôh
Toba Bataksadaduatoluopatlimaonompituwalusiasampulu(baca: /m/ hilang, menjadi /sappulu/
Balisaduatelupapatlimaenempitukutussiadasa
Sasakesadueteluempatlimeenempitu’balu’siwa’sepulu
Jawa Kunasarwatelupatlimanempituwwalusongosapuluh
Jawa Barusijilorotelupapatlimanempituwolusongosepuluh
Sundahijiduatiluopatlimageneptujuhdalapansalapansapuluh
Madurasettongdhuatello'empa'léma'ennempétto'ballu'sanga'sapolo
Melayusatuduatigaempatlimaenamtujuhdelapansembilansepuluh
Minangkabauciékduotigoampéklimoanamtujuahsalapansambilansapuluah
Rapanuitahiruatoruharimaonohituva'uiva'ahuru
Hawaii`ekahi`elua`ekolu`eha:`elima`eono`ehiku`ewalu`eiwa`umi
Sinamaissahduahtalluhmpatlimahnnompitu'walu'siamsangpu
Gayosararoatuluopatlimeonompituwalohsiwahsepuluh
Sikka-Maumereharuateluhutulimaenapituwaluhiwapuluh
Torajamisada'duatallua'pa'limaannanpitukaruakaserasangpulo
Enrekangmesaduwatalluappa'limaannanpitukaruakaserasappulo
Dawan-Timormese'nuateounhanimne'hiutfa'unseabo'es
Rote-Oenaleesaruateluhalimanehitufalusiosanhulu
Kaili(Rai)- Sultengsaonguranduatatoluampaalimaaonopapituuvalusasiosampulu
Sabu- NTTahhidhuetellueppalemmiennapiduaruheohenguru
Kei- Malukusarutelvaklimnenfitwawsiwvut
BahasaJumlah Penutur
Sebagai Bahasa IbuSebagai Bahasa Resmi
Bahasa Jawa76.000.000
Bahasa Sunda20.000.000
Bahasa Melayu19.000.000*
Bahasa Indonesia25.000.000*220.000.000
Bahasa Tagalog24.000.00070.000.000
Bahasa Cebu15.000.00030.000.000
Bahasa Malagasy17.000.000
Bahasa Batak14.000.000
Bahasa Madura14.000.000
Bahasa Ilokano8.000.00010.000.000
Bahasa Minangkabau7.000.000
Bahasa Hiligaynon7.000.00011.000.000
Bahasa Bikol4.600.000
Bahasa Banjar4.500.000
Bahasa Bali4.000.000
Bahasa Bugis4.000.000
Bahasa Tetum800.000
Bahasa Samoa370.000
Bahasa Fiji350.000550.000
Bahasa Tahiti120.000
Bahasa Tonga108.000
Bahasa Māori100.000
Bahasa Kiribati100.000
Bahasa Chamorro60.000
Bahasa M̧ajeļ44.000
Bahasa Nauru6.000
Bahasa Hawai'i1.0008.000
* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.

Status resmi[sunting | sunting sumber]

Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status resminya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa resmi di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan bentuk baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa resmi Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa Austronesia, menjadi bahasa resmi di samping bahasa Portugis. Di Madagaskarbahasa Malagasi adalah bahasa resmi. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa resmi di samping bahasa Inggris.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b von Humboldt, Wilhelm; Johann Karl Eduard Buschmann (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. hlm. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8.
  2. ^ Vajracharya S. [http://www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
  3. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  4. ^ Peter BellwoodPrehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
  5. ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
  6. ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
  7. ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
  8. ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Bellwood, Peter1979Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and OceaniaNew York: Oxford University Press.
  • Bellwood, Peter, 1985Prehistory of the Indo-Malaysian ArchipelagoOrlando, Florida: Academic Press.
  • Bellwood, Peter, 1987The Polynesians: Prehistory of an Island PeopleNew York: Oxford University Press.
  • P. Benedict1975Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
  • O.C. Dahl1951Malgache et Maanjan.Oslo: Egede Instituttet.
  • Dempwolff, Otto1956Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
  • Diamond, Jared1997Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
  • Isidore Dyen1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
  • Fox, James J.1995Austronesian societies and their transformationsCanberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
  • Kern, Hendrik1956Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
  • Hendrik Kern, 1957Berbagai-bagai Keterangan berdasarkan Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
  • Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp. 145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507

Pranala luar[sunting | sunting sumber]



Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Austronesia


No comments:

Post a Comment