Tim Katastropik Purba Temukan Jejak Tambang Purba di Sumbawa
Oleh : Desk Informasi
Tim Katastropik Purba
yang difasilitasi oleh Staf Khusus Presiden (SKP) bidang Bantuan Sosial
dan Bencana Alam, Andi Arief, baru saja menyelesaikan studi awal tentang
jejak-jejak sendimentasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Timur, beberapa
waktu lalu. Studi ini menemukan sejumlah keanehan sejarah dan ekstraksi
bumi di wilayah tersebut. Kuat dugaan adanya tambang purba di wilayah
Sumbawa.
Tim Katastropik Purba
meneliti tentang kejadian tsunami pada masa lalu dengan mencari
jejak-jejak sedimentasi di wilayah selatan Sumbawa, yaitu diantara
Benete, Maluk, Sekongkang, Nenga Memenga, Swis, Sejurong, Tongo,
Senutuk, Labuhan, Brang Tatar, dan Yangse. Pemilihan lokasi ini
dilakukan karena sejauh ini belum ada satupun sumber tulisan yang
lengkap mengulas tentang keanehan-keanehan sejarah dan ekstraksi bumi di
daerah selatan tersebut.
“Melirik
pada nama yang berbau oriental, Ma-Luk, Tse Kong Kang, Ta(r)tar, Yang
Tse, muncul hipotesa awal, nama-nama itu mengindikasikan daerah pantai
selatan Sumbawa itu pernah dijelajah oleh bangsa Mongol – China.
Entahlah, mungkin tentara-tentara Jenghis Khan atau
panglima-panglimanya. Tapi belum pernah ada yang meneliti mendalam
tentang tersebut sejauh ini,” ungkap salah seorang anggota Tim
Katastropik Purba.
Ia juga
mengungkapkan, bahwa sampai sekarang masih ada cerita terpendam tentang
bagaimana para eksplorasionis awal geologis-geologis Newmont menemukan
bekas-bekas penambangan kuno di puncak Batuhijau.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
“Sekarang
puncak batu hijau itu sudah hilang karena ditambang dan menjadi lembah
kerucut terbalik dengan kedalaman sampai 700 meter dari permukaan awal.
Tak ubahnya, seperti di Grassberg Freeport di Timika,” ungkap salah
seorang staf dari SKP bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam.
Disebutkan,
pada awal 90-an saat melakukan pemetaan, para geologis ini mendapati
sebuah lapisan tipis berupa ‘arang’ yang ditutupi oleh endapan volkanik (tuff?) dan soil. Di zona lapisan memanjang tersebut, didapati banyak sekali keramik (pottery) dan juga Slag - sisa-sisa pembakaran bijih untuk pemurnian tembaga.
Para
geologis itu, lanjut seorang peneliti Tim Katastropik Purba curiga,
fenomena itu adalah bekas penambangan kuno. Karena kecurigaan itu,
mereka pun memanggil tim arkeologi dari Jakarta (Tim pemerintah).
Kemudian, Tim tersebut melakukan ekskavasi dengan memakai bentangan
benang-benang saling menyilang seperti umumnya standar penggalian
arkeologi.
“Kabar yang beredar saat
ini, laporan tertulis Tim Arkeologi itu ada di Newmont, tapi mereka
tidak tahu disimpan dimana sekarang, karena sejak dulu proyek tersebut
memang dirahasiakan,” ungkapnya.
Berdasarkan
informasi, aporan tersebut menyimpulkan, benda-benda yang ditemukan di
puncak gunung Batuhijau tersebut tidak mempunyai nilai sejarah. Dan atas
rekomendasi itu, Newmont-pun meneruskan usaha awal eksplorasinya dengan
feasibility study -- standar resmi penambangan umumnya -- sampai mereka menambang bukit Batuhijau itu menjadi kaldera seperti saat ini.
“Dengan kondisi saat ini, hampir dipastikan lapisan pembawa bukti-bukti man made
yang diteliti Tim Arkeologi tersebut sudah hilang tertambang. Sebagian
dari "artefak-artefak" yang dikumpulkan banyak dijadikan souvenir oleh
tim eksplorasi Newmont, termasuk dibawa ke Denver, Amerika Serikat, ke
kantor pusatnya,” papar staf dari SKP bidang Bantuan Sosial dan Bencana
Alam itu.
Untuk menjawab teka-teki
ini, Tim Katastropik Purba berharap geologis Indonesia yang sudah
keluar dari Newmont masih menyimpan hasil riset tersebut, karena menurut
analisis Tim Katastropik purba, sangat aneh kalau ada lapisan "arang"
dengan banyak artefak yang ditutupi endapan gunung api lalu dianggap
tidak punya nilai sejarah.
“Jika
benar lapisan penguburnya adalah endapan tuffa gunung api, kemungkinan
itu adalah endapan piroklastik letusan Tambora pada tahun 1815. Dengan
demikian, kegiatan penambangan tembaga di daerah tersebut sudah terjadi
sebelum 1815,” jelas salah seorang peneliti Tim Katastropik Purba.
Saat
ditanya apakah penambahan purba itu dilakukan oleh tentara Jenghis Khan
ataukah ada peradaban lain, Sang Peneliti tidak bisa menyebutkan secara
pasti. Namun ia menyayangkan adanya kesimpulan bahwa lapisan tersebut
tidak punya nilai sejarah, sehingga dengan dasar ini, maka diaanggap
sah-sah saja lapisan-lapisan itu dibongkar dalam rangka mengakses
cadangan raksasa tembaga, emas, dan perak di bawahnya.
Staf
dari SKP bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam menambahkan, bahwa Tim
Katastropik Purba juga menemukan suatu bentukan morfologi yang menarik
di daerah pantai. Morfologi itu berbentuk sebuah gunung yang radial
tapi bagian sirkular tengahnya menunjukkan pola menurun ke tengah,
seperti kaldera dangkal, seolah-olah seperti bentuk galian tambang
porfiri yang sudah ditutup.
“Peta
geologi itu menunjukkan data yang tidak konsisten. Kemungkinan memang
belum pernah didaki untuk diteliti. Seperti gunung api purba. Bahkan
eksplorasionis Newmont-pun tertarik dengan fenomena tersebut, karena
kalau memang ada mineralisasinya, berarti di dalam "gunung" tersebut
kemungkinan juga akan didapatkan cadangan serupa seperti Batuhijau,”
jelasnya.
Kabarnya, dalam tahun ini pihak Newmont akan mulai meneliti morfologi tersebut karena masih masuk dalam daerah konsesi.
Dengan
adanya fakta-fakta di atas, Tim Katastropik Purba menyimpulkan adanya
bekas-bekas penambangan kuno tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dan
teknologi mineral dan metalurgi pada peradaban purba ternyata sudah
sangat maju. Entah itu jaman Raden Wijaya, Jenghis Khan, atau
mungkin jaman jauh sebelum itu. (ES)
Sumber:
http://setkab.go.id/berita-4150-tim-katastropik-purba-temukan-jejak-tambang-purba-di-sumbawa.html
No comments:
Post a Comment