Friday, April 25, 2014

Gunung Padang

Gunung Padang (1): 10 kali lebih luas dari Borobudur, Lebih Tua dari Piramida Giza?

Benarkah situs megalitik gunung Padang sepuluh kali lebih besar dari candi Borobudur dan lebih tua dari piramida Giza di Mesir? Ilustrasi di atas mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas. Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter  umurnya sekitar 14.500–23.000 SM/atau lebih tua. Sampel ini konsisten dengan apa yg didapat Batan. Menurut Batan, Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza. Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5.500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11.000 + 150 tahun. Data data ini memang masih diperdebatkan. Sementara spekulasi bentuk piramid belum bisa dipastikan. Bentuk yang pasti sampai saat ini adalah punden berundak berjumlah lima tingkat. Yang benar terbukti adalah batuan yang bila dipukul berdenting layaknya logam. Sehingga berkembang juga spekulasi kalau sebagian reruntuhan dulunya adalah alat musik purba. Rupanya gunung Padang lebih seru diperdebatkan di dunia maya. Apalagi bila kemudian dihubungkan dengan tingginya tingkat peradaban nenek moyang (Urang Sunda).
Tapi bagaimanakah situasi di sana sebenarnya? berjarak 20 KM dari jalan protokol Sukabumi - Cianjur, gunung Padang kini lebih dikenal sebagai tempat tujuan wisata alih alih situs penggalian arkeologi. Terletak di Desa Karyamukti, kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, lingkungannya memang menunjang sebagai tempat wisata. Sebagian jalan yang anda lalui melalui perkebunan teh yang menghijau. Itu tandanya hawa sejuk mulai, sebaiknya anda sediakan jaket. Anda berencana kesana naik motor, ok. Anda naik kendaraan lebih ok, tapi sebaiknya hindari menggunakan jenis sedan. Kondisi jalan 50% bagus, sisanya anda perlu berhati hati. 
Sesampai dilokasi anda masih harus bayar parkir dan karcis tanda masuk. Lebih penting dari itu adalah persiapkan pisik anda. Untuk sampai ke puncak, anda harus mendaki anak tangga sejauh sekitar 500 meter. Dan.. suasana yang anda bayangkan telah didepan mata. Jangan harap melihat bangunan utuh. Yang ada hanya reruntuhan batu batu tak beraturan.
Sebaiknya anda menerima tawaran dari pemandu resmi di lokasi. Mereka mengenakan tanda pengenal dan mengenakan iket. Mereka akan menunjukan hal hal menarik di sekitar situs. Misalnya tahu dimana memukul batu yang mengeluarkan bunyi gamelam, batu yang bertorehkan gambar kujang, cakar harimau, dan jenis jenis batu lengkap dengan 'penguncinya'. Berbaik hatilah memberi tips.

Sunset di Gunung Padang. Photo by Gilang SG.
Selebihnya nikmatilah pemandangannya, udaranya, keheningannya. Gunung Gede Pangrango kelihatan jelas dari sini (sehingga berkembang teori garis simetris imajiner dari situs ini ke gunung tersebut). Kopi dan air mineral dapat anda pesan di pondok istrirahat. Melakukan ritual spiritual diperbolehkan dengan ijin. Terserah anda.

Gunung Padang (2): Piramida Yang Ditunggu Itu...




Gambar imajiner situs Gunung Padang karya arsitek Pon Purajatnika. 

Inilah sketsa piramida Gunung Padang yang dinanti itu. Memang masih hipotetik, demikian gambar ini dilansir oleh Andi Arief melalui akun facebooknya, Andi Arief Dua tanggal 18 Mei 2013. beberapa hal baru patut dicatat:
> Terdapat sungai besar di muka piramida. Bahkan terdapat sungai lebih kecil yang mengelilingi bangunan ini.
Apakah ada hubungannya atau tidak, tetapi nyatanya letak Gunung Padang menjadi titik mata air bagi sungai Cimandiri yang bermuara di Palabuhanratu, dan Sungai Cikondang yang bermuara ke sungai Citarum yang bermuara di Sunda Kalapa.


Perhatikan, sebelah kiri adalah sungai Cimandiri, sebelah kanan adalah sungai Cikondang. Titik merah adalah lokasi Gunung Padang.
> Sketsa ini berkembang setelah proses ekskavasi sisi timur piramida. Nampaknya di bawah punden berundak lima tingkat yang telah kita kenal, masih terdapat konstruksi piramida yang lebih besar. Inilah proses ekskavasi itu:

Susunan batuan yang nampak setidaknya membantah sebagian asumsi yang mengatakan batuan tersebut tersusun karena proses alamiah.  
http://gunungtoba2014.blogspot.com

Gunung Padang (3): Ditemukan Karena Pembangunan Jalan Kereta

Siapa yang pertama menemukan Gunung Padang? Kebanyakan merujuk pada tahun 1914 ketika N.J Krom melakukan kunjungan ke situs megelitik di bukit Melati, Cianjur (waktu itu belum digunakan istilah Gunung Padang) dalam Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan"). Namun mungkin situs ini akan tetap terkubur andai pemerintah Hindia Belanda saat itu, tahun 1881 - 1884 tidak berkehendak membangun jalur kereta Sukabumi - Bandung via Cianjur. Tujuan awal pembangunan jalur ini bukan untuk ekonomi rakyat. Bersifat kapitalis, diantaranya mengangkut hasil tambang emas disekitar Cianjur. 




Sehubungan dengan pembangunan rel kereta tadi, pada tahun yang tidak berjauhan, yaitu 1891, terbit buku berjudul Oudheden van Java yang disusun oleh R.D.M. Verbeek dan diterbitkan oleh Landsdrukkerij pada tahun 1891, atau 23 tahun sebelum laporan yang dibuat oleh N.J. Krom. Jangan jangan menir Krom hanya mengutip apa yang ditulis Verbeek:  “Di puncak Gunung Padang, di dekat Gunung Melati, sebuah undakan yang terdiri dari 4 buah teras dihubungkan oleh jalan setapak berbahan batu kasar, batu datar yang diatur, lalu berhenti pada kolom andesit yang disusun berdiri. Pada gundukan teras mungkin terdapat sebuah kuburan yang ditutupi oleh batu-batuan dan di atasnya terdapat dua buah batu tajam".

Setelah tahun 1914 itu tidak ada tindak lanjut penelitian arkeologi terhadap situs Gunung Padang. Tapi apakah penduduk setempat tidak ada yang 'ngeh' dengan keberadaan bangunan aneh di sekitar permukiman mereka? tidak mungkin. Bahkan sebenarnya Gunung Padang punya 'juru kunci' seperti halnya mbah Marijan juru kunci Gunung Merapi.

Seperti dikemukakan Andi Arief, staf khusus Presiden SBY, dalam akun facebooknya, adalah pak Cece (nama sebenarnya tidak diketahui) yang mengetahui banyak sasakala Gunung Padang. Menurut beliau, seperti dituturkan anaknya, nama asli gunung ini adalah 'Nagara Siang Padang'. Disebutkan gunung ini merupakan kunci dari gunung gunung lainnya di tatar sunda. Almarhum meninggal pada tahun 1988 dan dimakamkan di dekat Mesjid di Panggulaan.

Sebenarnya kencang juga versi yang mengatakan tempat ini juga merupakan tempat Prabu Siliwangi melaksanakan ritual ritual pribadinya. Tapi bahkan cerita ini lebih bersifat spekulatif lagi.

Satu kisah kearsipan ala Belanda (yang mungkin diwarnai plagiasi), satu lagi kisah lokal yang cukup menarik namun minus catatan tertulis.

Sumber: 
http://mooibandoeng.wordpress.com/2013/05/25/sekitar-catatan-penemuan-gunung-padang-cianjur/
https://www.facebook.com/andi.ariefdua?fref=ts
http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang

Gunung Padang (4-selesai): Peninggalan Lemurian-Atlantis dan Bintang Origom

Tidak lengkap kalau membahas Gunung Padang tanpa kontroversi yang mengiringinya. Sebenarnya kontroversi ini lahir dari pertanyaan siapa yang membangun piramida ini? Piramida Giza Mesir jelas dibangun bangsa Mesir pimpinan Fir'aun. Lantas bangsa apa yang membangun Gunung Padang?
Lumurian! tegas Dicky Zainal Arifin atau akrab disapa Kang Dicky (KD) yakin. Lemurian adalah bangsa yang menurunkan suku suku di Nusantara sekarang ini. Keyakinan KD didukung temuan manuskrip kuno bertuliskan aksara Lemurian dalam bentuk prasasti di sekitar Gunung Padang. Isinya sebagai berikut:
GALLURPHATAN TURAY BANIURHA
NURATAK TURAY HYDRINNTANA
AMUNGKAMUKTHI JAGADA PRAGLLA
TUR UZIKHA HYDRINNTANA

Kurang lebih isinya adalah catatan mengenai teknologi berbahan bakar air. Jadi dengan teknologi ini kendaraan bermotor tidak lagi lagi perlu menggunakan BBM! Masalahnya bukan isi manuskrip saja, tapi bagaimana prasasti ini ditemukan dan lokasi tepatnya ketika ditemukan sampai saat ini belum jelas. 


Dalam kesempatan lain KD juga mengungkapkan fungsi situs sebenarnya. Berlawanan dengan asumsi kebanyakan yang menengarai sebagai tempat pemujaan, KD cenderung berpendapat bahwa Situs Gunung Padang yang merupakan menara pusat informasi perhitungan Origom dan prediksi bencana alam. Usianya lebih tua dari Kalender Suku Maya. Di sekitar daerah  itu dulunya terdapat sekitar 5 buah piramid berbentuk segi empat, dimana piramid Situs Gunung Padang Gunung Padang berada di tengahnya. Keempat buah piramid tersebut sebenarnya merupakan sebuah pemancar yang mengirimkan sinyal ke piramida yang terletak di tengahnya itu. Kemudian sinyal itu ditembakkan  ke atas menuju ke Bintang Origom.

Selain itu dibawah Gunung Padang terdapat pasir yang dapat menyerap air, dan dapat mendeteksi getaran-getaran yang terjadi di dalam bumi, termasuk mendeteksi datangnya bencana. Air tersebut ditarik ke atas oleh pasir lalu diolah datanya. Sifat air yang mengalir tidak terputus dan terkoneksi dengan seluruh aliran air di bumi. Jadi air ini adalah media bagi merambatnya informasi dari seluruh bagian dunia, melalui jaringan aliran sungai bawah tanah. Informasi yang terdapat di air ini kemudian ditransfer ke piramida Padang dengan mekanisme pasir tadi. 

Pasir dalam piramida dikelilingi oleh batuan khusus. Batuan berfungsi sebagai generatornya. Batu yang tersusun seperti bola berfungsi sebagai pemancarnya. Sehingga, bebatuan di kompleks Gunung Padang "menyambungkan" badan bumi dengan 'sinyal angkasa" Origom. Gelombangnya seperti tulisan Lemurian, yaitu perpaduan antara transversal dan longitudinal yang merupakan pola umum semesta jagat raya. 

Bagaimana cara kerjanya? sinyal dari Gunung Padang ditembakkan menuju bintang Origom, kemudian kembali dipantulkan ke bumi. Seseeorang di bumi yang menjadi 'operator' atau Khulnaka kemudian menerjemahkan sinyal balik (Origom Ray) tersebut secara holographic gambaran perbintangan. Dari holographik tersebut dapat terbaca data mengenai alam untuk berbagai keperluan dari masa masa tanam hingga deteksi kebencanaan. Fasilitas Gunung Padang bisa lebih canggih dari Teleskop Hubble dalam meneropong berbagai macam fenomena seputar Galaksi Bima Sakti.

Bagaimana KD tahu banyak hal tentang situs itu? ini kontroversi selanjutnya. Bukan rahasia lagi kalau metoda time travel atau ngimpleng merupakan metoda pendiri Hikmatul Iman ini. Jelas mengundang perdebatan yang panjang. Sekarang terserah anda, untuk believe it or not.

Sumber: 

No comments:

Post a Comment