Asal Usul Manusia Modern: “Out of Taiwan” dan “Out of Sundaland”
Ada dua arus utama dalam asal usul manusia modern dan penyebarannya di muka bumi ini. Pendapat pertama mendukung teori out of Africa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari satu kawasan, yaitu Afrika sekitar 130.000 tahun yang lalu. Kemudian dari Afrika, manusia modern tersebut menyebar ke seluruh penjuru bumi.
Sementara pendapat yang kedua meyakini penyebaran manusia bisa terjadi dari sumber multiregional atau yang disebut Multi Regional Evolution. Pendapat ini menyatakan bahwa manusia modern tidak hanya berasal dari satu kawasan Afrika saja. Namun juga Eropa dan Asia sebagai produk evolusi dari populasi yang sudah ada sebelumnya.
Dari tema besar asal-usul manusia modern itu, lahirlah turunannya, yaitu asal usul manusia di nusantara. Sementara itu pendapat yang paling didukung ilmuwan tentang asal usul manusia nusantara adalah Out of Taiwan. Teori ini mengemukakan bahwa awal mula manusia di Asia Tenggara berasal dari Formosa (sekarang Taiwan).
Mereka bermigrasi dari Taiwan menuju Filipina bagian utara. kemudian terus bergerak ke selatan sampai bagian Maluku. Dari Maluku sebagian bergerak ke Barat hingga masuk Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaya. Sebagian lagi bergerak ke timur hingga Hawai, Samoa dan kepulauan-kepulauan kecil di Pasifik. Bahkan ada yang mencapai Amerika Latin (Indian).
Kajian bahasa dan arkeologi banyak mengupas persoalan ini. Maka, tidak heran jika kajian bahasa menemukan banyak sekali kemiripan antara bahasa-bahasa di Indonesia-Malaysia-Filipina Selatan dengan bahasa di Hawai, Samoa, dan Amerika Latin.
Jika pembaca penggemar tinju, maka mungkin pernah membaca kata ‘Ulu Watu’ di celana salah seorang petinju terkenal di Amerika Latin. Di Mindanau Filipina Selatan atau Visayas Filipina Tengah, pembaca akan menemukan bahasa yang mirip dengan bahasa Jawa-Melayu. Demikian pula dengan di Samoa dan Hawai.
Mungkin kita pernah melihat liputan di televisi, atau berita di koran tentang adanya fosil manusia kerdil (hobbit) di Flores, Nusa Tenggara Timur. Ada sebagian ilmuwan yang teguh pada pendapatnya bahwa manusia kerdil Flores adalah bagian dari migrasi Formosa yang berhasil mencapai Flores. Karena sebab-sebab tertentu, maka hanya manusia dengan ukuran tubuh di bawah normal yang berhasil menyeberang. Sementara orang dengan tinggi tubuh normal justru gagal. Kalangan yang lain berpendapat bahwa fosil itu merupakan bukti bahwa sebelum migrasi Out of Taiwan, telah ada penduduk pribumi di nusantara. Maka teori Out of Taiwan otomatis runtuh.
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), dalam sebuah majlis, Maiyah namanya, menceritakan bahwa beliau memiliki sebuah cerita tentang para hobbit ini. Ini bukan soal Frodo si hobbit dalam film Lord of The Ring. Tapi hobbit yang hidup di Sulawesi. Beliau mendapatkan cerita ini dari seorang yang pernah bertemu langsung atau face to face dengan manusia kerdil ini. Dia seorang sastrawan, tepatnya seorang cerpenis kelahiran Majalengka. Sebut saja namanya Johnny.
Suatu ketika di dekade 1990-an, Johnny yang kuliah di Yogya itu merantau ke Sulawesi Selatan. Dia tinggal beberapa lama di sana. Dalam suatu kesempatan, dia dan rekannya pergi ke pedalaman. Dia masuk ke hutan. Setelah berjalan berjam-jam, mungkin hingga berganti hari, dia bertemu dengan sesosok makhluk pendek, kecil, mirip manusia. Namun telapak kakinya menghadap ke belakang, bukan ke depan seperti layaknya manusia. Ya! itu manusia kerdil alias hobbit.
Namun, begitu bertemu dengan Johnny, manusia kerdil itu segera saja lari menjauhi Johnny. Larinya sangat cepat, begitu kata Johnny. Secepat petir yang menyambar. Menurut kabar, manusia kerdil juga bisa ditemui di Sumatra.
Kembali kepada hubungan antara manusia kerdil dengan teori Out of Taiwan , dengan ditemukannya fosil manusia kerdil di Flores, serta penemuan dari Johnny tadi, maka ada kemungkinan bahwa migrasi manusia itu bukan terjadi di Formosa ke Nusantara, dan akhirnya meluas sampai Pasifik dan Amerika Latin. Namun, bermula dari nusantara dan bergerak ke utara dan timur hingga mencapai daratan luas Asia dan pulau-pulau kecil di Pasifik. Bahkan ada yang mencapai Amerika Latin dan menjadi nenek moyang Indian Amerika Latin.
Ini adalah hasil dari penelitian ilmuwan-ilmuwan Inggris, pelopornya Stephen Oppenheimer. Berdasarkan faktor genetik (menurut para ilmuwan itu) usia manusia nusantara jauh lebih tua daripada tahun perkiraan terjadinya migrasi Out of Taiwan. Bahkan, Stephen Oppenheimer berani mangatakan bahwa manusia nusantaralah yang melakukan migrasi ke utara, barat, dan timur hingga Amerika Latin. Teori yang dikemukakan Oppenheimer ini kemudian dikenal dengan teori Out of Sundaland.
Banjir besar dan pemanasan global telah mencairkan es di kutub sehingga menenggelamkan lembah-lembah Nusantara yang sekarang menjadi laut jawa hingga Semenanjung Malaya-Sundaland-yang menyebabkan manusia jawa mengungsi ke tanah-tanah yang lebih tinggi. Saat itulah peradaban di lembah nusantara lenyap dari tanah ini. Itulah yang sering disebut manusia jawa oleh Emha.
Sumber: Prayogi R Saputra. 2012. “Spiritual Journey: Pemikiran dan Perenungan Emha Ainun Nadjib”. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, hal. 11-14.
No comments:
Post a Comment