Wednesday, April 23, 2014

Perjalanan Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba

2011-11-22 16:07:49 WIB

Bagian I: Perjalanan Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba

Politikindonesia - Temuan tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba tentang keberadaan piramida di Gunung Putri, Desa Sadahurip, dekat Wanaraja Garut, Jawa Barat adalah hasil ekspedisi panjang yang dilakukan tim bentukan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba ini telah melakukan serangkaian penelitian sejak tahun 2010 lalu.

Dikemukakan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, sebenarnya, tim ini dibentuk untuk melakukan studi tentang bencana purba yang menyebabkan kerusakan masif serta potensi bencana dari sejumlah patahan sesar yang ada di pulau Jawa dan Bali.

Dalam perjalanannya, tim ini secara kebetulan menemukan hal-hal yang tidak terduga sebelumnya, terkait budaya nusantara pada masa lampau. Penelitian ini memang menggunakan pendekatan sejarah untuk mengetahui sejumlah bencana purba yang pernah terjadi, disamping uji karbon.

Dijelaskan Andi, pada 13 November 2010, tim katastropik telah melakukan uji carbon C14  di Gunung  Putri Garut. Uji carbon tersebut juga dilengkapi 13 Peta SRTM 90 meter, Google Map dan Plot 3 dimensi gunung tersebut.

Pada 5-6 Februari 2011, Tim Katastropik melakukan survei pengukuran geolistrik terhadap gunung Lalakon di Cimahi dan Gunung Putri di Garut. Hasil survei tersebut kemudian dipaparkan dalam diskusi ilmiah pada 18 Februari 2011 di Cikeas, Jawa Barat.

Pada 25 Februari 2011, SKP BSB menggelar Forum Grup Diskusi Proposal “Studi Bencana Alam Katastropik Purba untuk Penguatan Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Bencana di Masa Datang”, hotel Lumire, Senen, Jakarta Pusat

Pada 11 Maret 2011, tim melakukan Survei GPR Georadar 38 MHz di Gunung Lalakon. Urutan stratigrafi umum dari 0 sampai dengan 30-50 meter berupa Top Soil, Breksi, Tufa, Aglomerat, Tufa. Di bawahnya, basement yang tidak memperlihatkan perlapisan.

Kata Andi, tim menyatakan,  hasil stratigrafi 0-50 meter tidak begitu bagus karena basement tidak merupakan reflektor yang baik. Kemudian frekuensi yang dipakai terlalu rendah jadi resolusinya juga rendah. Gelombang radar tidak berhasil menembus basement dengan baik sehingga hasilnya terlihat structureless.

Pada 12 hingga 18 Maret 2011, Survei Geolistrik Superstring Gunung Putri, Sadahurip, Garut. Hasil geolistrik dengan spacing ~20 meter di Garut ada horizontal unconformity (atau pemancungan) pada tubuh batuan intrusi (merah) di kedalaman sekitar 120 meter dari puncak.

Cabang intrusi yang ke arah kanan, nampaknya membentuk dasar morfologi terrain yang kita curigai waktu itu sebagai area pintu gerbang, menuju ke lembah menhir. Batas 130-an meter itu nampaknya bertepatan dengan dimulainya pendakian lereng yang lebih curam, saat pelapukan batuan alias tanahnya menjadi merah. Hasil pengukuran geolistrik superstring di tebing lembah batu rahong kepatikan Garut. (bersambung)

Bagian II: Jejak Bencana Katastropik Purba di Batujaya

Politikindonesia - Situs Batujaya, yang terletak di sebuah desa pinggiran Sungai Citarum, 20 km dari Ujung Karawang, tempat bermuaranya Sungai Citarum di Laut Jawa adalah salah satu yang menjadi objek penelitian Tim Mitigasi Bencana Katasropik Purba. Situs prasejarah era Neolitikum ini begitu penting terkait jejak awal sejarah Indonesia.

Diterangkan Staf Khusus Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, pada awal Mei 2011, tim melakukan survei pendahuluan di Batujaya. Dalam survei tersebut tim meneliti 6 buah “unur besar” yang juga dikenal masyarakat setempat yaitu Candi Jiwa dan Blandongan, Lubuk duhur Serut, termasuk unur Serut, Sumur purba dan Unur Lingga,  Lubuk Duhur Asam, Lubuk duhur Selinder, dan Lubuk duhur Gundul.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Dari pengamatan lokasi dan arah struktur di Candi Jiwa-Bandongan dan Serut jelas nampak bahwa bangunan kuno ini berorientasi memanang ke arah barat laut atau tenggara dengan sudut sekitar 30 derajat berlawanan arah jarum jam dari arah Utara.

Arah iuga jelas ditunjukan oleh pola kelurusan yan terlihat pada peta Aster GDEM-30m. Terdapat juga pola kelurusan umum berarah NNE-SSW (sekitar 45 derajat searah jarum am dari pola kelurusan NW-SE di atas).

Masih perlu diteliti lebih lanjut apakah 2 arah kelurusan di atas ini mencerminkan lokasi-orientasi bangunan purba atau lebih dipengaruhi oleh pola-arah persawahan modern. Diperlukan sebuah high resolution image (misalnya, DEM-5m spacing dari Intera map/Exsa map)

Sedangkan, Unur Serut sedang dalam tahap penggalian. Bangunan candi ini menarik karena internal struktur bangunan berupa ruang-ruang dengan memperlihatkan lubang-lubang tempat memasang semacam balai/lantai kayu.

Dari pengamatan desain arsitektur dan letak pemasangan lantai kayu ini, Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba menduga dibawahnya ada air untuk pendingin, semacam AC alamiah.

Tim menyimpulkan, anggapan bahwa komplek percandian Batujaya  adalah untuk tempat peribadatan semata, adalah interpretasi yang terlalu dini. Bisa saja, Batujaya merupakan komplek tempat tinggal atau untuk keperluan lainnya. (bersambung)

Juga anggapan bahwa peribadatannya bertema agama Hindu-Budha itupun belum tentu valid, karena sejauh ini belum ditemukan adanya Patung Budha atau simbol agama Hindu.

Kata Andi, penelitian di Batujaya ini dapat membuka pintu ke pemahaman tentang tradisi, kondisi sosial, Iptek, dan agama dari Kerajaan Tertua (yang dikenal Sejarah) yaitu Tarumanagara dan besar kemungkinan juga dapat menguak jaman Pra-Sejarah, disamping membangun situs besar ini sebagai Pusat Museum Kebudayaan dan Tempat Pariwisata 2

Besar kemungkinan, sewaktu dibuat, komplek Batujaya berada di pinggir pantai. Ini terindikasi dari banyaknya ditemukan biota laut dalam penggalian.  Penelitian geologi yang sudah dilakukan, khususnya dari pengamatan perlapisan tanah sewaktu penggalian masih jauh dari cukup. Demikian juga penentuan umur (radiometric dating) dari perlapisannya.

Hipotesa bahwa di wilayah Batujaya ini ada alur sungai purba dan muara purba yang tertimbun, perlu dibuktikan. Termasuk dugaan bahwa wilayah ini mungkin menjadi pelabuhan internasional besar bernama Kruing dahulunya.

Penelitian geologi di Batujaya yang perlu dilakukan adalah pemboran dangkal (sampai 100-an meter) dan studi stratigrafi dari trenching (paritan/galian). Target utama adalah mencari permukaan tanah purba (paleosoil) ketika candi ini dibangun, kemudian meneliti jenis endapan dibawah dan di atasnya untuk mengetahui bagaimana lingkungan purba tempat percandian itu dibangun. Juga untuk mendapatkan penjelasan, bagaimana bangunan itu bisa tertimbun. “Apakah terjadi bencana yang bersifat katastropik atau terjadi secara perlahan-lehan karena proses sedimentasi alamiah. Atau kombinasi dari keduanya,” ujar Andi.

Tim telah mengajukan sejumlah rencana penelitian lanjutan di Batujaya. Penelitian lanjutan ini berupa pemetaan Arkeo-Geologi permukaan, Studi paritan/pengalian, survei Geofisika Bawah Permukaan,  Pengeboran dangkal (Drilling). Tim ini juga akan meminta bantuan dari sejumlah ahli arkeologi yang telah lama berkecimpung meneliti Batujaya.

Bagian III (Habis): Jejak Tsunami Purba dari Kota Kuno Banda Aceh

Politikindonesia - Banda Aceh merupakan salah satu tujuan penelitan Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba. Wilayah Aceh  pernah dilanda bencana tsunami dahsyat tahun 2004, dan menjadi bencana paling dahsyat yang banyak menyita perhatian, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sejak awal telah diindentifikasi, bencana serupa pernah menimpa wilayah itu pada masa lalu. Penelitian tim ini untuk mengidentifikasi tsunami purba yang pernah terjadi di Aceh.

Pada 17 hingga 22 Mei 2011, tim melakukan survei  lapisan tsunami purba di wilayah Banda Aceh. Penelitian itu melanjutkan survei identifikasi oleh Tim EOS-ARKENAS-LIPI tahun lalu, yang meneliti kota kuno Lamri atau Lamuri di Pantai Utara Banda Aceh.

Kota kuno Lamri diduga hilang terbenam di pantai utara wilayah Banda Aceh, khususnya di Lambaro. Edwards McKinnon seorang arkeologis kondang pernah melakukan penelitian khusus untuk mencari Kota Lamuri yang hilang ini. Lamuri adalah kerajaan yang lebih tua dari Kerajaan Samudera Pasai, yang dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Tanah Air.

Dari penelitian Edwards, ada laporan dari penduduk setempat bahwa sudah ditemukan fondasi mesjid kuno di tepi pantai di kedalaman air beberapa meter.

Dari catatan kuno jelas disebutkan bahwa di wilayah ini pernah banyak terjadi gempa dan kota ini washed by two seas atau tersapu tsunami yang datang dari 2 arah laut. Persis seperti tsunami yang terjadi pada tahun 2004.

Di Aceh juga ditemukan bangunan kota Indra Parwa dan Indra patra di bawah laut. Seperti diketahui Indra parwa, Indra patra dan Indra Puri adalah daerah yang disebut segitiga sago. Masih diteliti penyebab tenngelamnya kota tua itu, walaupun hipotesa sementara adalah karena Tsunami.

Dengan pendekatan Paleostunami, Tim Mitigasi Bencana Katastropik Purba menemukan fakta bahwa sekitar tahun 1450 M dan 1390 M, telah terjadi tsunami besar di Aceh. Melihat bukti scientific itu, maka Tim mengingatkan bahwa Aceh masih simpan potensi tsunami.
(kap/rin/nis)
Sumber:
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=29187-Bagian-III-%28Habis%29:-Jejak-Tsunami-Purba-dari-Kota-Kuno-Banda-Aceh

No comments:

Post a Comment