Wednesday, April 23, 2014

Jejak Candi dari Studi Bencana Katastropik Purba

2011-04-04 08:16:58 WIB

Jejak Candi dari Studi Bencana Katastropik Purba

Politikindonesia - The past is the key to the future. Ragam sejarah Indonesia ini sangat kaya. Sayangnya dokumentasi tentang itu sangat minim. Sebuah studi bencana katastropik purba yang dilakukan Tim Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) bersama tim ahli gempa dan geologi menemukan hal yang tak terduga.

Menurut seorang sumber kepada politikindonesia.com penelitian tim ini sudah berjalan sejak 8 bulan lalu. Tim ini  meneliti patahan  lempeng gempa di Jawa dan Sumatera. Lokasi yang diteliti berada di Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Jambi, Palembang, dan Garut.

Sasaran utama dari studi ini adalah untuk meneliti sumber-sumber bencana alam dan kejadian bencana alam di masa kuno, khususnya yang berskala besar atau katastropik, yaitu yang mengakibatkan punahnya seluruh atau sebagian peradaban di wilayah Nusantara.

Tujuan dari studi ini adalah agar masyarakat Nusantara menjadi lebih paham akan ancaman bencana alam dan sejarah kuno di wilayah nusantara yang berkaitan dengan pengalaman dan kearifan nenek moyang kita dalam menghadapi bencana alam.

Kemudian diharapkan bangsa Indonesia menjadi lebih siaga untuk mengantisipasi bencana sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara di masa datang.  Dengan kata lain studi ini merupakan bagian dari usaha mitigasi bencana untuk penguatan ketahanan nasional dengan cara menggali kearifan lokal yang sebenar-benarnya.

Nah, dari penelitian tersebut ditemukan secara tak sengaja indikasi adanya candi dan bangunan berbentuk paramida di sejumlah daerah. Para peneliti merasa curiga atas temuan bukit yang strukturnya diluar bukit kebanyakan. Bukit-bukit itu terlihat bukan terbentuk oleh alam, tetapi seperti gundukan tanah yang  mengubur bangunan.

Cerita tentang temuan itu menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Perbincangan itu semakin menarik dikaitkan dengan buku ‘Negara Kelima’ karya penulis muda Es Ito. Cerita buku itu mengingatkan akan hipotesa Profesor Arsyo Santos dan Profesor Stephen Openheimer bahwa daratan Atlantis yang tenggelam tersebut adalah Daratan Sunda.

Kedua profesor ini percaya bahwa letusan Krakatau berkaitan dengan musnahnya Kerajaan Kuno pada sekitar 11,600 tahun lalu.  Namun belum ada data dan analisis ilmiah yang cukup untuk mendukung hipotesanya ini. Terlebih lagi mengingat bahwa sampai saat ini ilmuwan di seluruh dunia masih meyakini bahwa sampai 10.000 tahun lalu dunia masih ada dalam jaman batu, belum ada peradaban maju.  
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Kembali soal candi dan bangunan mirip paramida, ini memang, baru hasil pra penelitian. Para peneliti tersebut belum bisa memastikan 100 persen dugaan mereka. Soalnya, untuk membuktikannya dibutuhkan penelitian yang lebih dalam  lagi. Sekarang, sebuah tim baru melakukan penelitian lanjutan untuk mengungkap itu. Bukit-bukit tersebut sudah diteliti menggunakan citra satelit, data  seismik dan tiga dimensi.  “Saat ini penelitian masih  berlangsung.”

Meski ada temuan tak terduga ini, tim ahli in tak sekedar ingin mencari piramida ataupun benua Atlantis. Tujuan penelitian ini lebih dari itu. Yakni  berupaya mencari bukti-bukti  bencana-bencana katastropik purba. Sejarah dan fakta geologi sudah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana kejadian bencana alam di masa kuno dapat memusnahkan peradaban manusia. 

Boleh jadi, para leluhur nusantara juga meninggalkan berbagai catatan-catatan yang belum tersentuh tentang pengalaman berhara, nasihat-nasihat atau bahkan teknik-teknik jitu dalam menghadapi berbagai bencana alam yang pernah terjadi di zaman mereka. Konsep siklus alam mengajarkan bahwa segala apa yang pernah terjadi di masa lampau pasti akan terjadi lagi di masa datang. 
(kap/rin/nis)


Sumber:
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=20586-Jejak-Candi-dari-Studi-Bencana-Katastropik-Purba

No comments:

Post a Comment