Friday, May 16, 2014

Letusan Tambora menghapuskan musim panas, tapi tidak menghapuskan peradaban

Letusan Tambora menghapuskan musim panas, tapi tidak menghapuskan peradaban

Gunung meletus !

Wah kalau ada berita gunung meletus di dunia ini sudah semestinya Indonesia yang akan dilihat duluan. Ya karena menurut Wikipedia empat dari sepuluh letusan terbesar di dunia yang paling banyak menelan korban ada di Indonesia.
  • Yang paling besar telah menelan korban sebanyak 92,000, yaitu letusan Gunung Tambora, Indonesia (dikenal dengan  Year Without a Summer, setahun tanpa musim panas). Gunung di Sumbawa ini meletus pada tahun 1815
  • Urutan kedua dengan korban sebanyak 36,000, adalah meletusnya Gunung Krakatoa (Indonesia) pada  August 26–27, 1883
  • Yang ketiga melan korban 29,000 Mount PelĂ©e, di Martinique kepulauan Karibia yang terjadi pada  May 8, 1902
  • Keempat korban 25,000 Gunung Vesuvius, Italy yang terjadi ada 24 August 79M
  • Kelima jumlah korban 23,000 Gunung Nevado del Ruiz, di Colombia (November 13, 1985)
  • Keenam korbannya 15,000, Gunung Unzen Japan 1792
  • Ketujuh dengan korban 10,000 Gunung Kelut Indonesia pada tahun 1586
  • Kedelapan menewaskan 9,350, yaitu Gunung Laki, Islandia. Letusan inimenewaskan 25% dari populasi yang terjadi pada bulan June 1783
  • Ke sembilan Gunung  Santa Maria Guatemala yang menewaskan 6,000 penduduknya pada tahun 1902.
  • Yang ke sepuluh 5,115 Gunung Kelut di Indonesia yang menewaskan 5115, meltus pada tanggal 19 Mei 1919.
Jadi empat dari sepuluh letusan yang paling banyak korban tewas ada di Indonesia ! Dan yang terbesar adalah TAMBORA. Nah sekarang kita tengok seperti apa sih Tambora ini.

Gunung Tambora ?

NTB
Gn Rinjani, Gn Tambora dan Gn Sangeangapi di Sumbawa
Siapa yang ngga kenal letusan Tambora ? Gunung inilah yang telah menewaskan hampir 100 000 korban yang ada di dunia. Tidak hanya di sekitar lokasi letusan, tetapi merata diseluruh dunia, terutama di Eropa !
Selama ini kita mungkin lebih mengenal letusan Gunung Krakatau, atau letusan gunung lainnya. Tambora di Sumbawa mulai kegiatan aktif sekitar tahun 1812 dan puncaknya meletus pada tahun 1815, jadi lebih dahulu Tambora dibanding Krakatau yang meletus pada tahun 1883.
Hingga saat ini tidak ada gunung lain yang letusannya setara dengan Krakatau atau Tambora.
Sebenernya pernah terjadi  juga letusan besar di Yellowstone yang juga berkelas mega-colossal memiliki derajat letusan, VEI=8 (Volcanic Explosion Index). Tapi yellowstone ini terjadi 2 Ma (dua juta tahun yang lalu), demikian juga Letusan Toba pada 74.000 tahun yang lalu. Namun, baik Yellowstone maupun Toba tidak punya banyak catatan sejarah yang pasti sebab belum ada (peradaban) manusia kala itu.
Yang menarik dari Gunung Tambora ini adalah kedekatannya dengan peradaban manusia. Letusan gunung ini memberikan pelajaran pada manusia akan bencana karunia serta ujian pada eksistensi peradaban.
Tambora_1
Tambora

The year without Summer (1816)

Sudah banyak penelitian mengenai letusan gunung Tambora yang diawali bulan bulan April ditahun 1815 ini. Letusan ini diperkirakan memiliki kekuatan sebesar VEI = 7 (Volcanic Eruption Index).
Tambora_KrakatoaMenurut penelitian volkanologi dan geologi sebelum meletus tahun 1815 ini puncak Gunung Tambora mencapai ketinggian sekitar 4.300 meter di atas permukaan laut. Seberapa besar 4300 meter itu ? Nah coba saja di bandingkan dengan daratan tertinggi Jayawijaya, Papua, yang memiliki ketinggian 4885  m diatas muka air laut.
Disebelah kanan ini perbandingan jumlah material yang dilemparkan oleh tambora dibandingkan dengan letusan-letusan lainnya. Lebih dari 100 Km kubik batuan dilontarkan keatas hingga ketinggiannya diperkirakan mencapai 40 Km.
Jumlah material yang dilepaskan oleh letusan Tambora 1815 ini, lima kali lipat dari jumlah yang dilemparkan oleh Krakatau, dan lebih dari 10 kali letusan Pinatubo (Pilipina, 1991) .
:( “Whadduh Pakdhe. 100 kubik kilometer itu seberapa ya Pakdhe ?
:D “Ya kalau mau dibawa Pakai truk memerlukan  truk caterpilar yang besar itu sejumlah 4 milyar !”
Letusan gunung Tambora yang puncaknya dimulai bulan April 1815 ini bahkan mengakibatkan hilangnya musim panas di tahun 1816. Akibat letusan gunung ini juga telah menyebabkan robohnya kerajaan Bima. Dalam berita serta penelitian banyak yang menyebutkan bahwa jumlah kematian akibat letusan ini secara langsung yang ada di sekitar Gunung hingga 100 000 jiwa.
Akibat dari letusan gunung ini jugalah mengakibatkan pasukan Napoleon mengalami kekalahan. Pada waktu itu tidak diketahui oleh pasukan ini bahwa telah terjadi letusan gunung api dibelahan bumi yang lain, di Indonesia. Mereka hanya merasakan musim dingin yang berkepanjangan di Eropa.
Penelitaian serta artikel banyak yang menyebutkan runtuhnya kerajaan Bima di kaki Gunung Tambora. Namun kalau kita telusuri lagi ternyata kerajaan ini telah bangkit kembali.
Ya kerajaan ini ternyata tidak runtuh begitu saja. Letusan gunung ini memang menelan korban tewas terbanyak di dunia sepanjang sejarah. Bahkan korbannya berada jauuh dari Gunung Tambora ini.
Ini satulagi bukti kekohohan bangsa Indonesia sudah teruji sejak awal
:( “Wah Pakdhe, kalau gitu pengeboman dan teroris di Indonesia juga ngga ngefek ya ?
:D “Walaupun ngga ngefek, tapi pengeboman tetap harus dicegah, Thole. Dan terutama korupsi itu yang jauh lebih berbahaya dari sekedar gempa maupun banjir”

Bagaimana saat-saat perkembangan letusan Tambora:

Sebaran material letusan Tambora
  • April 5, 1815: Ledakan terdengar di daerah sekitar Tambora – Bahkan sampai Batavia (Jakarta), lebih dari 1200 km. !
  • April 6, 1815 :  abu sudah mulai jatuh, lebih banyak ledakan terjadi
  • April 10, 1815, 7: Tiga (?) Ventilasi aktif sebagai letusan memuncak.
    • 8-9 PM:  Cerobong mulai menyatu (?) Ke dalam satu lubang dari “api cair” (menurut pengamat di Tambora, 20 km jauhnya. 20 cm batu apung dan abu turun di Sanggar (30 km). Kolom abu ini diyakini telah menembus stratosfer (> 17 km / 55.000 kaki). Material ini seperti  disuntikkan oleh aktivitas vulkanik beserta material lain berupa sulfur dan aerosol ke stratosfer.
    • 10-11 PM: “Violent wing” /angin badai mengangkat pohon di Sanggar. Mungkin ini adalah keruntuhan kolom letusan. Tercatat 1-4m tsunami melanda banyak pantai dari Kepulauan Indonesia.
    • Setelah 10: batuan piroklastik mengalir dan pembentukan kaldera. Menghancurkan  Tambora (desa). Gegar swara dan rasa ketakutan dari letusan terasa lebih dari 1000 km jauhnya.
  • April 11: ledakan keras terdengar lebih dari 2500 km jauhnya, abu berterbangan hingga sejauh Jawa Barat dan Pulau Sulawesi. Bau nitrogen tercium hingga Batavia (Jakarta). Keduakalinya terasa tsunami kecil di Madura, dan utara Jawa.
  • April 12: 80% dari total volume abu telah jatuh. Dan terus jatuh di banyak tempat sampai tanggal 17 April (5 hari). Ledakan terhenti pada tanggal 15 April, tetapi awan abu gunung berapi mengelilingi hingga tanggal 23 April.
  • Setelah tanggal 12-17 April:  Berkilometer lebarnya sebuah “perahu” dari batu apung dengan pepohonan yang tumbang ditemukan di laut. Ledakan masih ada yang dilaporkan, tetapi tidak lagi terdengar pada pada bulan Agustus 1815. Dan juga pijaran “api” juga dilaporkan (namun  tidak terdengarlagi setelah akhir 1819.
Betapa besar letusannya !

Museum Sultan Tambora, bukti kekokohan peradaban di Indonesia.

Salah satu peneltian yang dilakukan oleh Direktorat Volkanologi dengan peneliti-peneliti arkeologi di Lereng Tambora telah dilaksanakan pada tahun 2004. Penelitian mirip penelitian yang dilakukan di Pompei. Mereka melakukan penggalian didaerah yang diperkirakan dulunya padat pemukiman.
Daerah penelitian atau ekscavasi ini dilakukan pada radius hingga 10 Hektar.
Tambora_2

Penelitian dengan metode ilmiah dan teknologi.

Penggalian atau ekscavasi ini dilakukan dengan sebuah metode mutakhir menggunakan GPR (Ground Penetrating Radar). Ya sebuah alat yang dapat dipakai untuk mendeteksi bawah permukaan dengan menggunakan gelombang radar. Metode ini hampir sama dengan metode seismic pada pencarian minyakbumi, tetapi alat ini menggunakan gelombang radar sebagai media penginderanya.
Penelitian ini telah menemukan kemiripan dengan kejadian tahun 1815 ini lebih dahsyat dari letusan gunung di Pompei.
Tambora_5
Pemanfaatan Tenologi dalam penggalaian (excavasi)
Dalam penelitian ini telah diketemukan banyak sekali tembikar atau cawan-cawan yang diketahui berasal dari dataran Cina. Ini membuktikan bahwa budaya kerajaan ini sudah sangat maju sehingga mampu melakukan interaksi dan komunikasi dengan negeri luar.
nak kalau ini bukan bukti sekedar mimpi dengan benua Atlantis. Tetapi ini bukti otentik bahwa peradaban Indonesia juga sangat maju dan kuat terhadap gempuran badai bencana alam.
Tambora_3
Indonesian Pompei site

Bukti otentik kekohohan Bangsa Indonesia

Tidak perlu kita mengaduk-aduk benua atlantis, tidak perlu kita ketakutan dengan 2012. Kawan-kawan di Volkanologi Indonesia ini telah memebrikan bukti kepada bangsa ini. Bukti kekokohan sebuah peradaban yang sesuai dengan peribahasa Tak Lekang oleh panas, Tak lapuk oleh hujan. Dan Tetap kokoh walau ada letusan !
BIMA
Kerajaan Bima ini berhasil dibangun kembali setelah letusan besar !
Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari penelitian arkeologis dan volkanologis ini. Ini harus selalu diingat. Bahwa Bangsa Indonesia harus selalu siap sedia dengan situasi negeri dalam sabuk api atau Ring of Fire.
:( “Jadi …Bukti kekohohan Indonesia bukan karena Indonesia itu Atlantis ya Pakdhe ?”
:D “Paling tidak ini membuktikan bahwa penelitian dengan metode ilmiah yang benar dan canggih dapat dipakai untuk mencari kebesaran kerajaan Bima !”
Catatan kaki :
Terimaksih kepada Bapak Heriyadi Rahmat, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),  yang telah berbagi foto-foto serta gambar-gambar diatas.


Sumber:
http://rovicky.wordpress.com/2009/12/08/letusan-tambora-menghapuskan-musim-panas-tapi-tidak-menghapuskan-peradaban/

No comments:

Post a Comment