Misteri apa yang ada di Gunung Padang, Cianjur dan Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat
Pada
tanggal 7 Februari 2012 telah diadakan Diskusi “Menguak Tabir Peradaban
dan Bencana Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan
Nasional (Ekspose Publik tentang Bangunan Bersejarah di Gunung
Sadahurip, Garut dan Gunung Padang, Cianjur)”. Acara tersebut
dilaksanakan di Gedung Krida Bhakti Sekretariat Negara, Jakarta.
No. | Judul Makalah | Pembicara | Institusi |
1. | State of Art Pengetahuan Arkeologi Gunung Padang | Dr. Lutfi Yondri (Arkeolog Peneliti Gunung Padang) | Balai Arkeologi Bandung |
2. | Arsitek Imajiner dari Gunung Padang yang serupa Piramida Maya (Peru) | Dr. Pon. Parajatmika | Mantan Ketua Himpunan Arsitek Jawa Barat |
3. | Musik Purba dan Astronomi Gunung Padang | Hokki Sitongkir | Bandung Fe |
4. | Presentasi Temuan Fenomena Gunung Padang, Cianjur | Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba | |
5. | Riset Independen batuan Gunung Sadahurip | Dr. Sujatmiko | IAGI |
6. | Tinjauan Gunung Sadahurip | Ir. Awang Satyana | BP MIGAS |
7. | Analisa morfo-Geologi Gunung sadahurip Menguraikan Hasil Akhir dari Survei Geolistrik Supersting 3D | Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba |
Acara dibuka oleh Andi Arif Staf Ahli
Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana. Perlu diketahui bahwa Tim
Peneliti Bencana Katastropik Purba sebenarnya tidak mengatasnamakan
institusi akan tetapi kumpulan orang yang mempunyai keahlian dalam
bidangnya khususnya geologi yang mempunyai minat dan hobi pada
kebencanaan.
Tujuan diskusi ini adalah- menginventarisasi gempa-gempa purba untuk memitigasi bencana,
- tim bertugas untuk mencari bukti-bukti gempa purba dan kalau bisa dengan perioda waktunya, sehingga apabila perioda waktunya diketahui maka dapat dijadikan acuan untuk mitigasi bencana.
- Tim tidak mencari piramida
Dr. Lutfi mengulas Gunung Padang dilihat
dari persepektif arkeologi, dimana di atas gunung tersebut terdapat
batu-batu megalitik yang masih tersusun dengan baik (walaupun ada yang
sudah berantakan), dimana seolah-olah terdapat 5 (lima) ruangan (trap)
yang berbeda. Dari masing-masing ruangan terdapat susunan batu yang
juga tersusun rapi, khusus di ruangan yang terakhir susunan batu makin
banyak dan kalau diperhatikan maka akan terlihat jelas mengarah ke
puncak gunung Gede. Hal ini berdasarkan pengetahuan orang-orang
pra-sejarah dimana gunung merupakan salah satu benda yang dipuja. Bahkan
ada susunan batu yang tersusun seperti di ruangan tamu, dimana
terdapat tempat-tempat duduk juga terbuat dari batu dengan ukuran
relatif kecil dan ada satu batu yang berukuran besar. Ada hal yang
sangat menarik dari situs tersebut diamana dinding turap yang tersusun
dengan baik dan apabila diperhatikan batu-batu tersebut saling mengunci
sehingga bangunan ini dianggap menyimpan kekayaan arsitektur yang sangat
mengagumkan, demikian dikatakan oleh Lutfi.
Tim katastropik purba merupakan tim yang
mempunyai interest dalam kepurbakalaan terutama dilihat dari kacamata
disiplin ilmu geologi, perlu diketahui juga bahwa tim tersebut bersifat
non profit, demikian dikatakan Danny Hilman N., peneliti dari Puslit
geoteknologi LIPI dimana beliau merupakan salah satu anggota tim
tersebut disamping ada peneliti lainnya seperti Andang Bahtiar dari ITB.
Metoda yang dipakai tim dalam penelitian
di Gunung Padang adalah analisis bentang alam, proses geomorfologi,
geologi permukaan, paleoseismologi, survey georadar, survey geolistrik,
survey geomagnet, Trenching dan pemboran. Semua survey tersebut
dilakukan untuk lebih meyakinkan obyek yang diteliti disamping itu juga
sekaligus untuk kalibrasi alat-alat yang dipakai.
Lokasi Gunung Padang, apabila
diperhatikan sangat dekat dengan patahan Cimandiri dimana apabila
terjadi gempa yang diakibatkan oleh aktivitas patahan tersebut
diperkirakan semua bangunan yang ada di gunung tersebut akan hancur atau
paling tidak akan rusak.
Dari
hasil survey tersebut, ditemukan ada beberapa lapisan yang berbeda di
bawah permukaan Gunung Padang bahkan Danny memperlihatkan hasil
intepretasi geolistrik sampai dengan 3 dimensi. Dari hasil survey ini
ditemukan ada bagian-bagian yang berbeda terutama dari material yang ada
di bawah permukaan, ada yang bersifat pejal dan ada juga yang bersifat
lunak. Hal ini dicirikan dengan adanya medan listrik yang berbeda-beda.
Bahkan setelah diinterpretasi ada material yang susunannya saling
silang, ada yang berbentuk cawan, ada semacam rongga yang relatif besar,
ada yang tegak dan sebagainya. Untuk meyakinkannya tim mencoba membuat
bor sampai kedalaman 27 M, ternyata hasil pemboran sangat mengejutkan
tim karena dari hasil pemboran pada kedalam sekitar 8-15 meter (?)
ditemukan lapisan pasir halus. Pasir ini menurut tim tidak mungkin
berasal dari alam tanpa adanya campur tangan manusia, mengingat
disamping kehalusannya juga keseragamannya. Pemboran ini hanya dilakukan
pada dua titik yang berbeda akan tetapi lapisan-lapisannya relatif sama
baik jenis material, ukuran maupun kedalamannya.
Berdasarkan hasil-hasil temuan di atas,
tim mengambil kesimpulan bahwa di bawah gunung padang terdapat sebuah
bangunan purba yang telah dibuat oleh manusia, dimana diperkirakan
berumur sekitar 7000-4500 SM. Untuk meyakinkan tim juga membuat
rekonstruksi bangunan tersebut dengan menggunakan animasi di komputer.
Tim menyarankan untuk diteliti lebih
lanjut terutama oleh arkeolog agar lebih jelas bagaimana bentuk bangunan
yang ada dan lebih jauh lagi bagaiman peradaban manusia jaman itu
sampai dapat membuat bangunan yang menurut kacamata geologi relatif
rawan bencana akan tetapi bangunan tersebut malah tahan bencana.
Sementara
itu untuk Gunung Sadahurip yang ada di Garut, berdasarkan penampakan
secara kasatmata memang berbentuk seperti piramid yang ada di Mesir.
Perlu diketahui bahwa gunung ini dikelilingi oleh beberapa gunung aktif
seperti Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan gunung lainnya yang apabila
dihitung sebanyak 5 buah. Bahkan menurut Ir. Awang Satyana, di sekitar
gunung Sadahurip ada beberapa punggungan hanya saja ada bagian
punggungan yang sekarang sudah menjadi lembah yang luas. Awang
mempertanyakan kemanakah material-material yang sekarang menjadi lembah
itu? Karena menurut Awang apabila alam yang mengangkut material tersebut
sangat tidak mungkin karena banyaknya volume yang hilang. Awang
berpendapat ada campur tangan manusia yang memindahkan material-material
tersebut hanya saja kemanakah material-material tersebut dipindahkan
mungkinkah ke Gunung Sadahurip ? tanya Awang.
Sujatmiko salah seorang peneliti
cekungan Bandung, yang menurutnya telah naik ke atas puncak Gunung
Sadahurip dimana di atas puncak tersebut telah digali orang berbentuk
sumuran. Bahkan Sujatmiko menemukan batu artefak yang ada garis-garis
seperti tulisan/lukisan seperti yang ada di piramid di Mesir. Oleh
karena itu Sujatmiko meyakini bahwa Gunung Sadahurip merupakan piramid
yang tertimbun material lain (tanah).
Tim peneliti bencana katastropik juga
meneliti di gunung tersebut, hanya saja belum seluruh survey
dilaksanakan seperti di Gunung Padang, sehingga untuk Gunung Sadahurip
tim belum dapat menyimpulkan karena harus diteliti lebih lanjut. Hanya
saja berdarakan penelitian awal (geolistrik) di gunung Sadahurip ada
kemiripan dengan dengan Gunung Padang dimana bagian atas ada bagian yang
terpancung. Oleh karena itu tim akan mencoba membuat lubang bor untuk
meneliti lebih lanjut dan diperkirakan akan dilakukan pemboran sekitar
bulan Maret 2012.
Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya
tabir yang terkuak akan lebih membuka mata kita khususnya bangsa
Indonesia, dimana bangsa ini merupakan bangsa yang sudah maju dari segi
peradaban tinggal bagaimana kita menjaga/melestarikan warisan budaya
yang telah dibuat oleh nenek-moyang kita terdahulu.(cml)
Sumber:
http://www.geotek.lipi.go.id/?p=160909
No comments:
Post a Comment