Penelitian Menhir di Situs Pangguyangan dan Tugugede;
Penelitian Menhir di Situs Pangguyangan dan Tugugede;
Aturan dan tata cara hidup yang berciri tradisional diartikan sebagai suatu kehidupan masyarakat yang
bersifat turun-temurun, berkembang dari generasi ke generasi melalui kesepakatan tertulis dan tidak tertulis
(Ihromi, 1996: 24-26) Aturan dan tata cara hidup tersebut menjangkau beberapa aspek kehidupan, terutama
terlihat pada aspek keagamaan atau aspek-aspek yang bersifat kepercayaan seperti upacara pemujaan,
penataan kubur, penataan ruang upacara, dan perkawinan yang selalu mengandung ciri-ciri kontinuitas atau
yang terjadi berulang-ulang. Ciri-ciri kontinuitas terjadi dari masa prasejarah dalam beberapa aspek
kehidupan. Hal itu dapat terlihat dari gejala-gejala umum pada tinggalannya. Untuk melihat ciri-ciri yang
sama dari peninggalan-peninggalan masa prasejarah diperlukan penggambaran secara detail dari setiap
unsur yang mewakilkannya. Masyarakat prasejarah di Indonesia memiliki kepercayaan terhadap pendirian
bangunan-bangunan batu besar yang dikenal dengan tradisi megalitik (mega berarti besar, lithos berarti
batu). Tradisi megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan
yang mati terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dan yang telah mati terhadap kesejahteraan
masyarakat dan kesuburan tanaman (Soejono, 1993:205).
Tradisi itu telah berlangsung dari masa bercocoktanam sampai sekarang. Kebudayaan megalitik merupakan kebudayaan
dari masa prasejarah yang
diperkirakan dapat digunakan sebagai contoh kasus dari salah satu kebudayaan karena masih berlangsung
sampai sekarang. Untuk dapat merekonstruksi kebudayaan megalitik dari suatu wilayah, diperlukan
gambaran yang rinci dan menyeluruh dari tiap-tiap peninggalannya dari setiap situs yang terdapat di wilayah
tersebut. Peninggalan megalitik, baik yang berasal dari masa prasejarah dan yang sudah tidak digunakan lagi
(dead monuments) maupun dari daerah-daerah yang masih menggunakan benda-benda peninggalan
megalitik dalam kegiatan keagamaan (living monuments), dapat memperkaya pemahaman kita tentang
kebudayaan megalitik. Terdapat sejumlah ragam peninggalan megalitik yang tersebar hampir di seluruh
Indonesia, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa Barat, Jawa dan Bali. Tradisi megalitik
yang masih digunakan terdapat di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Nias, Toraja, dan Sumba. Ada
beraneka ragam bentuk bangunan megalitik dari masa prasejarah yang ditemukan. Bentuk-bentuk
bangunannya dapat berdiri sendiri ataupun berkelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut
adalah untuk pemujaan terhadap arwah leluhur atau yang telah mati, dan pengharapan kesejahteraan bagi
yang masih hidup, serta kesempurnaan bagi yang telah meninggal dunia (Soejono 1993:210). Bentuk-bentuk
bangunan megalitik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai tempat penguburan dan sebagai pelengkap
pemujaan terhadap yang telah mati.
Bentuk-bentuk tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti kubur
batu, bilik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang, dan bate temugelang. Benda
megalitik yang merupakan pelengkap pemujaan terhadap arwah leluhur seperti menhir, patung batu, batu
saji, batu lumpang, batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu atau jalan berlapis batu. Di Jawa
Barat ditemukan beranekaragam peninggalan dari masa prasejarah yang menunjukkan ciri-ciri tradisi
megalitik seperti menhir, bangunan berundak, area menhir batu dater, batu pelor, bejana batu, susunan
diperkirakan dapat digunakan sebagai contoh kasus dari salah satu kebudayaan karena masih berlangsung
sampai sekarang. Untuk dapat merekonstruksi kebudayaan megalitik dari suatu wilayah, diperlukan
gambaran yang rinci dan menyeluruh dari tiap-tiap peninggalannya dari setiap situs yang terdapat di wilayah
tersebut. Peninggalan megalitik, baik yang berasal dari masa prasejarah dan yang sudah tidak digunakan lagi
(dead monuments) maupun dari daerah-daerah yang masih menggunakan benda-benda peninggalan
megalitik dalam kegiatan keagamaan (living monuments), dapat memperkaya pemahaman kita tentang
kebudayaan megalitik. Terdapat sejumlah ragam peninggalan megalitik yang tersebar hampir di seluruh
Indonesia, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa Barat, Jawa dan Bali. Tradisi megalitik
yang masih digunakan terdapat di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Nias, Toraja, dan Sumba. Ada
beraneka ragam bentuk bangunan megalitik dari masa prasejarah yang ditemukan. Bentuk-bentuk
bangunannya dapat berdiri sendiri ataupun berkelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut
adalah untuk pemujaan terhadap arwah leluhur atau yang telah mati, dan pengharapan kesejahteraan bagi
yang masih hidup, serta kesempurnaan bagi yang telah meninggal dunia (Soejono 1993:210). Bentuk-bentuk
bangunan megalitik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai tempat penguburan dan sebagai pelengkap
pemujaan terhadap yang telah mati.
Bentuk-bentuk tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti kubur
batu, bilik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang, dan bate temugelang. Benda
megalitik yang merupakan pelengkap pemujaan terhadap arwah leluhur seperti menhir, patung batu, batu
saji, batu lumpang, batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu atau jalan berlapis batu. Di Jawa
Barat ditemukan beranekaragam peninggalan dari masa prasejarah yang menunjukkan ciri-ciri tradisi
megalitik seperti menhir, bangunan berundak, area menhir batu dater, batu pelor, bejana batu, susunan
batuberbentuk persegi panjang dan bulat, dan batu dakon. Daerah temuan-temuan kebudayaan megalitik tersebut
di Jawa Barat antara lain adalah di Bogor, Pandeglang, Cianjur, Garet, Cirebon, Ciamis dan Sukabumi.
sumber;
Laurisa Henriette Wolff
Deskripsi Dokumen:http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20156647&lokasi=lokal
di Jawa Barat antara lain adalah di Bogor, Pandeglang, Cianjur, Garet, Cirebon, Ciamis dan Sukabumi.
sumber;
Laurisa Henriette Wolff
Deskripsi Dokumen:http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20156647&lokasi=lokal
TINGGALAN ARKEOLOGI DI KAWASAN CISOLOK-PELABUHAN RATU;
Bentuk-bentuk tinggalan budaya megalitik yang ditemukan di daerah ini antara lain berupa menhir dengan ukuran yang sangat besar,
Bentuk-bentuk tinggalan budaya megalitik yang ditemukan di daerah ini antara lain berupa menhir dengan ukuran yang sangat besar,
punden berundak, arca megalitik, batu dakon, kursi batu, bejana batu, serta susunan-susunan batu yang disimpulkan pada masa lalu
berkaitan dengan pemujaan arwah leluhur. Situs-situs pengandung tinggalan tradisi budaya megalitik yang terdapat di kawasan
Cisolok-Pelabuhan Ratu ini, adalah sebagai berikut.
SITUS Pangguyangan
Pangguyangan merupakan sebuah desa kecil terletak di Kelurahan Cikakak, lebih kurang 16 km di sebelah utara Pelabuhan Ratu.
SITUS Pangguyangan
Pangguyangan merupakan sebuah desa kecil terletak di Kelurahan Cikakak, lebih kurang 16 km di sebelah utara Pelabuhan Ratu.
Tinggalan tradisi budaya megalitik yang ditemukan di daerah tersebut merupakan sebuah bangunan punden berundak yang berdenah
persegi empat. Masyarakat setempat menyebut bangunan berundak tersebut dengan sebutan Gentar Bumi, mereka sebutkan juga
lokasi tersebut merupakan tempat berkumpulnya para Wali Sanga di masa lalu.
Bangunan induk keramat Pangguyangan terdiri atas tujuh teras, dengan ukuran teras dari bawah ke atas makin mengecil.
Bangunan induk keramat Pangguyangan terdiri atas tujuh teras, dengan ukuran teras dari bawah ke atas makin mengecil.
Pada masing-masing sudut teras terdapat batu tegak yang kemungkinan berfungsi sebagai pembatas dari masing-masing tingkatan teras.
Tepat di depan bangunan induk sebelah kanan, pada jarak kurang lebih 2,5 m dari dinding teras bawah terdapat sebuah batu datar.
Ada kemungkinan batu datar tersebut memiliki hubungan dengan bangunan induk megalit di Pangguyangan.
Tugugede
Komplek megalitik Tugugede terletak lebih kurang 6 km di sebelah baratdaya kompleks megalitik Pangguyangan,
Komplek megalitik Tugugede terletak lebih kurang 6 km di sebelah baratdaya kompleks megalitik Pangguyangan,
termasuk dalam wilayah Kelurahan Cikakak. Situs megalitik Tugugede, tepatnya terletak di lereng bagian barat
gunung Batu Lawang. Tinggalan-tinggalan tradisi budaya megalitik yang terdapat di kawasan ini antara lain berupa
batu lumpang, batu dakon, batu altar, jambangan batu, serta menhir. Secara keseluruhan tinggalan-tinggalan
megalitik tersebut di bagi atas dua komplek tinggalan sebagai berikut :
1. Kompleks utara
Kompleks megalitik Tugugede utara ditandai oleh sebuah menhir yang berukuran cukup besar dengan tinggi lebih kurang 4 m, yang biasa
1. Kompleks utara
Kompleks megalitik Tugugede utara ditandai oleh sebuah menhir yang berukuran cukup besar dengan tinggi lebih kurang 4 m, yang biasa
disebut ‘Tugugede”. Disamping menhir yang berukuran raksasa, di lokasi tersebut juga ditemukan menhir-menhir berukuran kecil serta
dua buah batu datar, yang diperkirakan sebagai tempat melakukan upacara pengagungan arwah nenek moyang.
2. Kompleks Selatan
Pada kompleks selatan terdapat sebuah banguan teras berundak, dengan tinggi lebih kurang 55 cm. Pada bagian barat batas teras ini terdapat
2. Kompleks Selatan
Pada kompleks selatan terdapat sebuah banguan teras berundak, dengan tinggi lebih kurang 55 cm. Pada bagian barat batas teras ini terdapat
4 batu tegak yang diperkirakan berfungsi sebagai penguat badan teras, dan bagian atas teras tersebut terdapat 7 buah sisa pondasi bangunan.
Sedangkan di bagian tenggaranya lagi masih terdapat sebuah bangunan teras yang ditandai oleh sebuah monolit besar dan menhir-menhir kecil serta papan batu pada bagian depannya.
Tinggalan-tinggalan lain yang termasuk kedalam kelompok selatan ini, antara lain :
a. Batu Dakon
Batu Dakon tersebut terdapat di pinggiran sawah. Pada bagian atas batu yang berbentuk datar dan halus terdapat 10 lubang,
Tinggalan-tinggalan lain yang termasuk kedalam kelompok selatan ini, antara lain :
a. Batu Dakon
Batu Dakon tersebut terdapat di pinggiran sawah. Pada bagian atas batu yang berbentuk datar dan halus terdapat 10 lubang,
dengan ukuran rata-rata diameter lubang 22 cm dan ukuran dalam 13 cm.
b. Jambangan Batu (Batu Julang)
Yang dimaksud dengan batu julang adalah sebuah batu yang telah dikerjakan oleh tangan manusia dengan bentuk seperti jambangan.
b. Jambangan Batu (Batu Julang)
Yang dimaksud dengan batu julang adalah sebuah batu yang telah dikerjakan oleh tangan manusia dengan bentuk seperti jambangan.
Jambangan batu tersebut ditemukan di pinggir bangunan berundak. Jambangan batu tersebut pada waktu ditemukan dalam keadaan
membujur arah utara-selatan, dan dalam keadaan tidak tertutup. Di sekitar jambangan batu tersebut juga ditemukan pecahan-pecahan
batu sabak yang merupakan dasar untuk meletakkan jambangan tersebut.
c. Batu Lumpang
Batu lumpang ditemukan pada jarak lebih kurang 9 m di sebelah utara jambangan batu. Pada bagian permukaan batu yang rata dan datar,
c. Batu Lumpang
Batu lumpang ditemukan pada jarak lebih kurang 9 m di sebelah utara jambangan batu. Pada bagian permukaan batu yang rata dan datar,
ditempatkan sebuah lubang yang kelihatannya aus karena pemakaian.
d. Batu Gudang
Batu gudang merupakan kumpulan batu-batu monolit yang cukup banyak, yang terlatak di bagian paling timur kompleks megalit Tugugede.
d. Batu Gudang
Batu gudang merupakan kumpulan batu-batu monolit yang cukup banyak, yang terlatak di bagian paling timur kompleks megalit Tugugede.
Di dekat batu gudang tersebut juga ditemukan menhir-menhir kecil yang terbuat dari papan batu. Diperkirakan batu gudang ini merupakan
sumber bahan untuk pembuatan monumen megalit di daerah tersebut.
Ciarca
Ciarca termasuk kelurahan Cikakak. Tinggalan megalitik yang terdapat di daerah tersebut antara lain berupa 2 arca megalitik, menhir serta jambangan batu.
Ciarca
Ciarca termasuk kelurahan Cikakak. Tinggalan megalitik yang terdapat di daerah tersebut antara lain berupa 2 arca megalitik, menhir serta jambangan batu.
Kedua arca megalit tersebut digambarkan berbeda baik dalam hal penggambaran, maupun ukurannya. Sedangkan menhir maupun jambangan batu yang ditemukan disini,
juga tidak berbeda dengan jambangan batu yang pernah ditemukan sebelumnya, hanya saja jambangan batu yang ditemukan disini berukuran lebih kecil.
Sumber:
http://www.kalangsunda.net/menhirsitustugugede.htm
No comments:
Post a Comment