Rabu, 09 Mei 2012
Piramida Garut
Gunung Sadahurip Garut |
Berbentuk mengerucut mirip piramida, Gunung Sadahurip yang dapat ditempuh melalui Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut, banyak didatangi peneliti dalam maupun luar negeri. Gunung tersebut dikenal warga sebagai gunung keramat dan digunakan sebagai tempat bercocok tanam untuk kehidupan masyarakat sehari-hari. Letak Gunung Sadahurip di sebelah Timur Kampung Cicapar, Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan Garut, dan sebelah Barat Kampung Sindang Galih Desa Sindang Galih Kecamatan Karangtengah. Gunung tersebut juga dikenal dengan sebutan Gunung Putri yang memiliki bentuk piramida dengan empat sisi dan sudut lancip yang terbentuk jelas.
Menurut Sekertaris Desa Sukahurip Sarif Hidayat, Gunung Sadahurip tersebut sudah berkali-kali diteliti, namun belum ada paparan terkait hasil penelitian berupa peninggalan bersejarah. “Sudah berbagai pihak yang datang untuk meneliti, termasuk dari tim luar negeri. Tapi, belum tahu hasilnya,” ujarnya. Penelitian Gunung Sadahurip yang bentuknya terlihat mengerucut atau seperti Piramida dari daerah manapun, sudah mulai diteliti sejak tahun 2008. Sekitar sebulan lalu, tim peneliti dari LIPI melakukan penyelidikan selama lima hari namun pihak desa belum mendapatkan hasil laporan dari penelitian tersebut. Tim peneliti dari Jakarta juga sempat datang untuk meneliti lempengan gunung tersebut meski belum diketahui hasilnya.
Pada bagian puncak gunung kini terdapat dua lubang tanah menganga kedalaman 2 meter dengan diameter 1,5 meter yang digali oleh para peneliti. “Kami tidak tahu untuk apa lubang tanah tersebut,” ujarnya.
Perbandingan Gunung Sadahurip dengan Piramida Giza di Mesir |
Disebutkan, Gunung Sadahurip yang menyerupai piramida tersebut sudah dilakukan uji geolistrik dan uji karbon oleh BPPT dan PVMBG. Di dalam bukit diyakini terdapat batuan piramida dengan susunan tanah penutup setebal 5 meter dan tertutup batuan. Batu penyusun didalamnya terlihat berongga, mempunyai 4 sisi dan 4 sudut bujursangkar. Karena mirip piramida, ujung atas gunung sangat lancip.
Gunung Sadahurip pernah diteliti Komunitas Turangga Seta, bersamaan dengan penelitian di Gunung Lalakon di Kabupaten Bandung. Salah satu tim sejarah Komunitas Turangga Seta Dani Subrata, mengatakan, semula penelitian terkait piramida di Sadahurip sudah sempat dilakukan oleh pihaknya.
“Kalau untuk Gunung Lalakon, kami sudah akan mulai gali sambil menunggu izin dari Pemkab Bandung. Sedangkan, Sadahurip kami lepas karena ada tim dari Staff Khusus Kepresidenan RI yang ingin meneliti lebih lanjut,” katanya.
Dari petunjuk dan koordinat yang dimiliki Komunitas Turangga Seta, lanjut Dani, diyakini pada perut Gunung Sadahurip terdapat piramida. “Tidak perlu ada penelitian ilmiah juga kami sudah bisa pastikan Gunung Sadahurip itu piramida. Tapi, kami disuruh melepasnya,” ucapnya.
Dengan membuktikan kehadiran piramida di Indonesia, menurut Dani, maka dapat mencatat sejarah baru dalam kehidupan. “Adanya piramida di nusantara menunjukkan bangsa Indonesia sebagai awalnya dunia,” ujarnya.
Sekitar Gunung Sadahurip yang disebut sebagai Gunung “Piramida” diduga terdapat peninggalan bersejarah di kawasan Kecamatan Pangatikan dan Karangtengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namun sejauh ini tidak pernah ditemukan situs sebagai indikator yang dapat membuktikan telah terjadi peradaban manusia di masa lampau.
“Kalau ada situs saja itu bisa dikembangkan tapi sampai sekarang belum pernah ditemukan situs-situs bersejarah,” kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut, Warjita.
Apabila ditemukan situs atau peninggalan bersejarah atau benda lainnya yang digunakan orang terdahulu, Disbudpar Kabupaten Garut tentu akan berupaya untuk mengembangkannya, katanya.
Ia mencontohkan seperti menemukan prasasti, batu lumpang atau benda kerajaan tentu daerah tersebut pernah ada kehidupan manusia zaman kerajaan atau zaman prasejarah.
“Kalau di Gunung Sadahurip itu ditemukan situs atau prasasti atau benda bersejarah lainnya, pasti di sana itu ada unsur budaya,” katanya.
Namun dugaan di Gunung Sadahurip yang dikabarkan oleh peneliti terdapat bangunan mirip Piramida seperti di Mesir, Disbudpar Kabupaten Garut belum mengetahuinya, katanya.
Sementara sejumlah tim peneliti yang dikabarkan masyarakat setempat pernah melakukan penelitian di Gunung Sadahurip, Disbudpar tidak pernah mendapatkan laporan atau koordinasi dalam melakukan penelitian.
“Tidak ada peneliti khusus yang berkoordinasi dengan kami (Disbudpar) kalau memang ada dari Arkeolog Bandung itu selalu koordinasi, tapi kalau peneliti lain, kami tidak tahu,” katanya.
Sementara itu ia berharap tim peneliti yang sudah melakukan penelitian di Gunung Sadahurip dan menyatakan ada bangunan piramid yang terkubur di gunung tersebut sebaiknya memberitahukan terlebih dahulu kepada Disbudpar Kabupaten Garut. “Saya tidak tahu, dari peneliti mana, saya hanya tahu dari para jurnalis,” katanya.
Sementara itu Kepala Dusun Cicaparpasir, Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan atau sekitarkaki Gunung Sadahurip, Nahrudin membenarkan disekitar gunung tidak pernah ditemukan situs peninggalan bersejarah.
Namun di kawasan Gunung tersebut, dipercaya warga terdapat unsur mistis yang kuat, seperti keberadaan makam di sekitar puncak gunung yang dikeramatkan warga terkadang dapat dilihat oleh orang tertentu.
“Di sana di gunung itu ada makam tapi seperti yang saya bilang tadi kadang terlihat kadang tidak, hanya bisa dilihat oleh orang tertentu secara kebetulan saja,” katanya.
Namun di Desa Sukahurip jauh dari kawasan puncak Gunung Sadahurip, terdapat makam keramat bernama Kiancandra atau sering disebut warga mbah Dalem.
“Sejarahnya bagaimana tentang makam keramat yang ada di sini, para orang terdahulu tidak mau menjelaskannya, tapi katanya ada sejarahnya tertulis di Pamijahan (wisata religi di Kabupaten Tasikmalaya),” jelas Nahrudin yang dibenarkan sejumlah aparat Desa Sukahurip.
Peta Lokasi Gunung Sadahurip Garut |
Upaya Penelitian Awal
Gunung Sadahurip di Desa Sadahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat mendadak jadi buah bibir lantaran dugaan piramida yang terkubur di bawahnya. Tak kurang, warga desa setempat pun ikut ramai membicarakan.
“Sekarang kami jadi banyak membahas Gunung Sadahurip. Apa benar itu merupakan piramida terbesar di dunia,” ujar Slamet (54) warga Kampung Sadahurip, Sukawening, Rabu (23/11). Tim Katastropik Purba menduga ada bangunan berbentuk piramida di Desa Sadahurip dekat Wanaraja Garut, Jawa Barat.
Dari hasil penelitian intensif dan uji karbon dipastikan umur bangunan yang terpendam dalam gunung tersebut lebih tua dari Piramida Giza. Meski demikian, warga desa selama ini hanya mengenal gunung tersebut hanya sebatas gunung biasa. “Ya, sebenarnya sih namanya Gunung Putri, tapi warga di sini mengenal gunung itu Gunung Sadahurip,” lanjutnya. Warga semula mengira bentuk lancip di puncak Gunung Sadahurip (720 m dpl), merupakan ciri khas biasa sebuah gunung. Tetapi, setelah ramai muncul di media atas pernyataan dari Tim Katastropik Purba yang menduga Gunung Sadahurip merupakan piramida terbesar di dunia, kini warga mulai geger.
Menurut Slamet, puncak Gunung Sadahurip yang berbentuk lancip memiliki tiga garis membentang ke arah lereng gunung sehingga secara sepintas terlihat jelas gunung tersebut seperti piramida. “Memang sejak saya lahir, mungkin warga lainnya pun baru sadar sekarang ternyata gunung itu mirip piramida,” pungkasnya. Kalangan peneliti maupun arkeolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) termasuk staf akhli Presiden RI, mengaku melayangkan surat kegiatan penelitian Piramida Gunung Sadahurip, mereka juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Garut.
Berlokasi di Kecamatan Sukawening, menyusul postur gunung tersebut menyerupai segitiga maupun Piramid, diteliti LIPI dan ITB sejak 29 Nopember lalu, ungkap Staf Akhir Presiden RI, Ir Tanuarius Nunuhitu.
Sedangkan lama penelitiannya, masih belum terdapat batasannya, menyusul gunung berbentuk Piramid tersebut, diduga sudah ada sejak 2500 SM berketinggian 200 meter, katanya.
Dipastikan kegiatan penelitian tidak mengganggu kegiatan masyarakat bercocok tanam, menyusul para peneliti hanya melakukan penggalian pada bagian puncaknya.
Anggota tim, Iwan Sumule mengatakan, semua proses ilmiah dan berbagai metode yang dimungkinkan dan disyaratkan telah dilakukan di sana. Termasuk georadar dan geolistrik, juga pengujian dengan carbon dating. Hasilnya, "ini bukan alami, melainkan man made". Tim, dia menambahkan, juga menggunakan metode Interferometric Syntetic Aperture Radar (IFSAR).
"Dihasilkan gambar yang benar-benar telanjang. Bisa dilihat, (dari gambar) yang berwarna kuning adalah batu. Sementara warna biru adalah air," jelas Iwan. Jika disinari, batu akan memantulkan cahaya. Itulah yang ditangkap IFSAR. Apakah sudah pernah dilakukan penggalian tanah hingga lapisan batuannya? "Sudah, cuma beberapa meter saja. Batu itu yang kami gunakan untuk tes carbon dating," kata Iwan. Yang menarik, dari hasil IFSAR bisa dilihat, tak hanya sekedar bentuk piramid. Di sekelilingnya juga nampak batuan, lebih pendek. "Bisa jadi itu piramida yang lebih kecil, atau Spinx seperti yang ada di Mesir." Namun, apa persisnya bentuk bangunan dan peradaban mana yang membangunnya, tim belum bisa memastikan. "Kami belum melakukan eskavasi, kalau sudah, bisa bercerita banyak hal. Soal asal muasal, mengapa ada di situ, dan siapa yang membangunnya. Ada historisnya," kata Iwan.
Iwan menjelaskan, saat ini pihaknya masih melakukan komunikasi intensif dengan instansi terkait, para Muspida, serta Kepala Desa dan Masyarakat Garut. "Bahwa ada temuan fenomenal di lokasi yang dikeramatkan oleh penduduk lokal. Kami sedang mencoba membongkar pikiran itu, bisa dirasionalkan," kata dia. Salah satunya, Iwan menjelaskan, beberapa waktu lalu di sebuah media televisi, Kepala Desa Sukahurip -- tempat gunung berada -- menceritakan, ada banyak kilatan petir dan sinar di sekitar gunung. "Menurut kami, itu masuk akal, karena mengambil sampel di Mesir, piramida tak hanya sekedar kuburan Firaun, tapi ada teknologi di dalamnya," kata dia. Teknologi yang maju -- bahkan untuk ukuran masa kini misalnya, teknologi hidro, pembangkit listrik, dan ada medan magnet. Ada juga literatur yang menyebut piramid dibangun untuk mengantisipasi air bah.
Iwan menambahkan, tak hanya masyarakat yang skeptis terhadap temuan tim. Juga beberapa instansi terkait. "Mereka kurang peduli. Antara percaya tidak percaya. Padahal semua metode penelitian sudah kami lakukan, ini temuan yang sangat fenomenal," kata dia. "Harusnya kita sadar dan sangat bangga, ada peradaban besar dan tua yang berada di bumi nusantara."
Sumber:
http://bastiawanade.blogspot.com/2012/05/piramida-garut.html
No comments:
Post a Comment