Sunday, August 2, 2015

Banyak Situs Belum Terungkap di Gunung Padang

Banyak Situs Belum Terungkap di Gunung Padang

 0
Cianjur, bogorpos.com – Banyak situs belum terungkap di sekitar kawasan Gunung Padang Dusun Karyamukti, Kelurahan Campaka Cianjur Jawa Barat, terutama di sekitar bukit dan lembah yang mengelilingi situs megalitikum itu.
“Banyak situs-situs di sekitar Gunung Padang belum terungkap dan semuanya diperkirakan masih saling berhubungan,” kata Juru Pelihara Gunung Padang Nanang.
Menurutnya dia menemukan sejumlah batu yang jenis dan bentuknya mirip dengan batuan andesit yang berada di Gunung Padang. Beberapa di antaranya berada di perbukitan yang mengelilingi Gunung Padang salah satunya yakni di Gunung Karuhun.
“Saya sudah ke sana ada beberapa batu yang bentuknya seperti batu-batu tertata yang bentuk dan jenisnya mirip dengan yang ada di Gunung Padang,” katanya.
Meskipun tidak banyak, penemuan serupa juga dijumpai di bukit di sebelah timur Gunung Padang yakni Pasir Buluh. Nanang menambahkan, di Bukit Ciwangun ditemukan makam-makam dengan batuan yang sangat mirip dengan yang ada di situs megalit Gunung Padang.
“Kemungkinan batu tersebut dari sini. Selain itu di Gunung Batu ada dua batu seperti menhir berdiri,” ujarnya.
Nanang juga menemukan empat batu serupa di dekat aliran Sungai Cipanggulaan dan batu-batu datar di Lembah Cihandeleum.
“Sepertinya ini adalah sebuah kawasan tapi belum diteliti secara ilmiah. Saya percaya ada lebih dari satu,” jelas Nanang.
Sayangnya zona-zona yang seharusnya menjadi zona penyangga situs Gunung Padang masih dihuni oleh penduduk.
“Ada tiga dusun yang berada di sekitar Gunung Padang yakni Kampung Cipamulaan, Kampung Cipangaulaan, dan Kampung Cipanggulaan,” pungkasnya.
Ia berharap pemerintah mulai mengembangkan Gunung Padang melalui zonasi yang baik agar tetap terjaga kelestarian namun tetap memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Sumber:
http://bogorpos.com/2015/07/29/banyak-situs-belum-terungkap-di-gunung-padang/



Hasil Penelitian Gunung Padang Dipublikasikan

Hasil Penelitian Gunung Padang Dipublikasikan

Para arkeolog melintas di Teras IV Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2013). Sejumlah arkeolog dan geolog dari beberapa universitas melakukan kunjungan ke situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Antara)








Para arkeolog melintas di Teras IV Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2013). Sejumlah arkeolog dan geolog dari beberapa universitas melakukan kunjungan ke situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Antara)
Situs Gunung Padang yang kontroversial telah diteliti dan hasilnya akan dipublikasikan.
Solopos.com, JAKARTA – Seluruh hasil penelitian di situs Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, akan dipublikasikan baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Iya saat ini [masing-masing peneliti dan ahli] memang sedang menyiapkan untuk publikasi [ilmiah],” kata Ketua Tim Terpadu Mandiri Riset (TTMR) Gunung Padang Ali Akbar di Jakarta, Sabtu (30/5/2015).
Sebelumnya, ia mengatakan sudah melakukan publikasi nasional dalam bentuk buku Situs Gunung Padang: Misteri dan Arkeologi. Namun untuk publikasi internasional masih dalam tahap pengeditan.
“Tahun lalu saya jadi pembicara seminar internasional di Korea Selatan tentang Megalitik di Asia dan Pasifik. Beberapa makalah yang terpilih dari seminar tersebut rencananya diterbitkan dalam bentuk buku di Inggris,” ujar Ali.
Sebelumnya, ahli geologi LIPI Danny Hilman mengatakan penelitian di situs Gunung Padang tetap akan dilanjutkan. Namun untuk saat ini tim memiliki tugas utama untuk membuat publikasi ilmiah.
“Penelitian sih masih jalan, tapi ya itu, kok orang-orang ini pada tidak serius ya sudah capek dibuka disuruh ditutup lagi. Tapi tugas utama kita sekarang memang untuk publikasi dulu, kalau belum ada publikasi resmi orang masih bisa ngomong macam-macam,” kata Danny.
Dari segi geologi, ia mengatakan masih banyak yang bisa dilakukan untuk mengungkap misteri situs Gunung Padang. “Kita sudah mencitrakan permukaan struktur bangunan cukup baik. Tapi kami belum sampai pada ruang utama di dalam situs,” kata dia.
Namun secara keseluruhan, menurut dia, tahap selanjutnya yang memang harus dilakukan adalah pemugaran agar seluruh bangunan tampak dan tidak ada lagi perdebatan.
“Karena sebelumnya waktu kita gali di lima atau enam lokasi itu [struktur] sudah tampak. Maunya kita memang galian jangan ditutup lagi, kan bisa diawetkan jadi orang bisa lihat. Kalau yang tidak bisa setuju juga jadi bisa lihat dan berdebat di situ, kira-kira apa yang tidak disetujui,” ujar Danny.
Ia pun merasa aneh dengan peraturan dari kementerian terkait yang mengharuskan galian di situs tersebut ditimbun lagi.
“Tapi ya itu bukan sesuatu yang prinsipil untuk diperdebatkan. Yang disayangkan orang-orang tidak serius mengungkap misteri situs Gunung Padang, padahal ini bermanfaat besar bagi ilmu dan pariwisata Indonesia,” imbuh dia.

Sumber:
http://www.solopos.com/2015/05/30/situs-gunung-padang-hasil-penelitian-gunung-padang-dipublikasikan-609550


Aneh! Di Gunung Padang Ada Batu yang Dapat Membungkus Dirinya Sendiri


Aneh! Di Gunung Padang Ada Batu yang Dapat Membungkus Dirinya Sendiri
Kamis, 09 Juli 2015 , 00:50:00 WIB

Laporan: Dar Edi Yoga

FOTO:TTRM/RMOL
  


RMOL. Punden berundak situs megalitikum Gunung Padang yang berusia belasan ribu tahun sebelum Masehi dan terletak di desa Karyamukti, Campaka, Cianjur, Jawa Barat menyimpan sejuta misteri yang belum terungkap hingga kini.

Salah satu yang menghebohkan tahun lalu, adalah penemuan batu bulat berwarna hitam yang diduga buatan tangan manusia. Tim peneliti menyebutnya sebagai Rolling Stones karena bisa berputar ke berbagai arah dengan dikelilingi batu berbentuk cincin (batu di dalam batu).

Menurut salah satu peneliti Tim Riset Mandiri Gunung Padang, Wisnu Ariastika, keberadaan batu hitam sangat aneh, karena ketika pertama kali ditemukan di kedalaman 9 meter batu hitam itu dalam kondisi terbuka sebagian sehingga batu bulat di dalamnya dapat diputar seperti mouse komputer.

"Namun ketika batu itu diangkat ke permukaan dan diletakan di teras lima, batu yang semula terbuka itu menutup kembali sehingga batu bulat di dalamnya tidak terlihat lagi," jelas Wisnu di hadapan Pembina TTRM Laksamana TNI Ade Supandi dalam acara buka puasa bersama, di rumah dinas Kasal, di Jalan Diponegoro 38 Jakarta Pusat, Rabu, (8/7). 

Diungkapkannya pula, batu hitam itu bukan membesar, tapi kulit batu menutup menyeluruh, sehingga membuat prajurit TNI dan anggota TTRM terkesima karena melihat fenomena yang sangat aneh itu.

"Ketika batu hitam tersebut dicoba digergaji, tiba-tiba salah satu juru pelihara Gunung Padang, Nanang berteriak kesakitan dan berkata bila batu itu terus digergaji maka kepala Nanang serasa akan pecah. Dan akhirnya batu hitam pun tidak jadi digergaji," ujar Wisnu.

Batu hitam aneh tersebut sudah dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Di tempat batu hitam ditemukan terdapat pula beberapa batu hitam sejenis lainnya dengan ukuran sekitar 70 cm dan 80 cm, namun tidak dibawa ke atas oleh para peneliti dan TNI yang membantu penggalian.

Sementara itu inisiator TTRM Andi arief mengatakan bahwa semua material hasil penggalian telah dikembalikan ke tempat semula. Hingga kini fenomena batu hitam itu masih tetap menjadi misteri. Dan Andi Arief berharap agar semua pihak bisa menerima apa yang telah dilakukan TTRM.

"Mbahnya arkeolog Asia beberapa waktu yang lalu sudah menyatakan bahwa ada sesuatu di Gunung Padang. Dan TTRM mendapat apresiasi dari masyarakat arkeolog dunia dalam hal metode penelitian," jelas Andi Arief.

Semua temuan, tegas Andi Arief, telah dibawa ke laboratorium. Minimal ada enam artefak yang telah dibawa ke laboratorium di Batan dan Miami yang mana semua itu adalah buatan manusia, seperti semen purba, Kujang, Carbon Dating dan Coin.

"Banyak pihak dari luar negeri yang menawarkan kerjasama penelitian dan juga publikasi," ujar Andi Arief. [rus]



Sumber:
http://www.rmol.co/read/2015/07/09/209399/Aneh!-Di-Gunung-Padang-Ada-Batu-yang-Dapat-Membungkus-Dirinya-Sendiri-




Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi Dunia

Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi Dunia

"Temuan arkeologis belakang ini di Indonesia banyak mengubah pandangan para ahli di dunia"

Indonesia Mengubah Cara Pandang Ilmu Arkeologi DuniaGambar Anoa dan stensil tangan menjadi salah satu temuan gambar cadas yang fenomenal di gua Uhalie, Bone, Sulawesi Selatan. Temuan gambar-gambar cadas di Sulawesi selatan berusia sama dengan temuan di El Castillo di Spanyol yang berumur sekitar 40.000 tahun yang lalu. (Feri Latief)
Peneliti senior arkeologi prasejarah dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Prof. Truman Simanjuntak, menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia masih mempunyai banyak temuan-temuan yang terpendam di dalam tanah. "Satu waktu dengan penelitian yang intensif kita akan mendapatkan lagi penemuan-penemuan besar." Hal ini disampaikannya dalam seminar 'Indonesia Sebagai Tapak Temuan Ilmiah Akbar Dunia' yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang sedang merayakan ulangtahun berdirinya yang ke-25 (25/5) di Hotel Aryaduta, Jakarta.

Prof. Truman menceritakan bahwa sekitar bulan oktober tahun lalu dunia ilmu pengetahuan dikejutkan oleh sebuah jurnal ilmiah tentang penemuan seni lukis tertua atau salah satu dari dua yang tertua di dunia yaitu di Maros, Sulawesi Selatan. Dunia terhentak. Sebelumnya Indonesia atau Sulawesi Selatan tidak begitu dikenal oleh para ilmuwan tentang lukisan gua. Mereka lebih mengenal Eropa kemudian Australia sebagai wilayah yang potensial.

Biasanya setiap temuan baru yang diterbitkan di jurnal ilmiah akan banyak yang mempertanyakan atau mendebatnya. Tapi untuk temuan di Maros ini sedikit sekali yang mempertanyakannya karena bukti dan metode yang digunakan valid.

"Dengan temuan itu para ahli mulai melihat wilayah kita sebuah potensi yang sangat besar di bidang lukisan gua," tandas Truman.

Lukisan tertua pertama ditemukan di El Castillo, Spanyol. Menurut penelitian usia penanggalannya berkisar dari 40.800 tahun yang lalu. Sedangkan Liang Timpuseng di Maros berusia 39.900 tahun yang lalu. Tradisi menggambar di cadas gua masih terus berlanjut sampai 2000-4000 tahun yang lalu. Gambar-gambar berarti dibuat oleh manusia modern awal atau Homo Sapiens bukan manusia purba.

Gambar-gambar yang terdapat di dalam gua itu terdiri dari berbagai motif, ada gambar binatang, motif tangan, figur manusia, motif geometris, alat-alat batu dan juga moda transportasi. Mereka menggunakan bahan pewarna dari batu oker atau hematit yang dihaluskan lalu dicampur dengan getah pohon tertentu atau lemak binatang.

Di seluruh dunia terdapat 70.000 situs lukisan cadas yang tersebar di 160 negara. Kurang lebih terdapat 45.000.000 gambar dan simbol-simbol yang tercatat. Di Indonesia lukisan gua banyak terkonsentrasi di bagian tengah dan timur Indonesia. Tapi kemudian belakang ini ditemukan juga di Sangkulirang di Kalimantan, Padang Bindu di Sumatera Selatan, dan Cilacap di Jawa Tengah.

Di daerah pegunungan kars antara Maros dan Pangkep ditemukan 101 gua. Dari jumlah itu 93 gua diantaranya memiliki gambar cadas. 54 gua lainnya mempunyai gambar stensil tangan.

Dr. Pindi Setiawan, dosen komunikasi visual dari Fakultas Seni Rupa ITB, pernah mengatakan bahwa pendahulu kita di Nusantara adalah penggambar cadas yang adiluhung. Dalam penelitiannya di gua-gua pegunungan Sangkulirang dan Mangkalihat di Kalimantan ia menyebutkan banyak menemukan gambar stensil tangan yang dibuat dengan teknik kesulitan yang tinggi. Di dalam langit-langit gua yang tinggi mereka membuat gambar yang sulit dijelaskan bagaimana cara mereka mengerjakannya. Gambar-gambar cadas di Sangkulirang berusia sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Dr. J.C.A Joodens peneliti asal belanda yang juga tampil dalam seminar itu memaparkan temuan arkeologis baru. Para peneliti di negaranya menemukan bahwa manusia purba di Trinil Jawa Tengah, Homo Erectus, telah menggunakan alat dan kreatifitas seni dari 500.000 tahun yang lalu. Mereka menemukan ukiran motif geometrik tertentu pada artefak kulit kerang. Manusia purba Jawa juga menggunakan kulit kerang sebagai alat untuk keperluan sehari-hari. Saat temuan itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah banyak yang terkejut, karena manusia purba di Jawa telah melakukan seni awal. Ini membawa pertanyaan lebih lanjut tentang kecerdasan Homo Erectus. Seperti diketahui Homo Erectus hanya ada di dua tempat di dunia, yaitu di Jawa dan Afrika.

Semua temuan-temuan itu arkeologis yang mendunia yang banyak itu menurut Prof. Truman adalah sumbangan leluhur-leluhur kita di Nusantara untuk pengetahuan dunia. "Sekarang apa yang bangsa ini bisa berikan pada dunia? Konflik saja yang bisa diberikan pada dunia?"

Ia dan rekan-rekan lainnya berusaha mencoba mengangkat nilai-nilai itu dan memasyarakatkannya. Karena menurutnya semua temuan arkeologis itu bisa menjadi landasan peradaban kita sekarang.

"Jadi kalau ada nilai keuletan, nilai gotong royong, nilai kerjasama, semua itu harusnya dikembangkan bukan dihilangkan. Itu yang membuat bangsa ini bangsa yang berbudaya dan berkepribadian berdasarkan nilai-nilai yang memang sudah berakar jauh ke masa silam. Itu namanya strategi kebudayaan," tandas Profesor Truman Simanjuntak menutup pembicaraan.

(Feri Latief)

Sumber:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/05/indonesia-mengubah-cara-pandang-ilmu-arkeologi-dunia