Monday, May 19, 2014

2. ADAKAH MAKHLUK LAIN DARI ANGKASA LUAR? CHARIOTS OF THE GODS (2)

KERETA PERANG YANG MENYALA-NYALA DARI LANGIT

Kira-kira pada awal abad ini terjadi suatu penemuan yang menggemparkan, yakni penemuan lembaran-lembaran hikayat terbuat dari tanah liat, yang memuat sanjak kepahlawanan yang sangat ekspresif. Benda-benda itu milik perpustakaan Raja Asria, Ashurbanipal. Sanjak itu ditulis dalam bahasa Akadia. Setelah itu ditemukan lagi salinan keduanya yang berasal dari raja Murabi.

Telah terbukti dengan nyata bahwa versi asli dari sanjak kepahlawanan Gilgamesh itu berasal dari bangsa Sumeria, suatu bangsa yang asal-usulnya tidak dikenal, tetapi pernah meninggalkan bilangan yang terdiri dari lima belas angka itu dan astronomi yang sudah maju. Jelas juga kiranya bahwa garis besar dari sanjak kepahlawanan Gilgamesh itu sejajar dengan kitab Injil tentang Kejadian. Lembaran hikayat pertama yang ditemukan di Kuyunjik ada hubungannya dengan pembangunan tembok sekeliling Uruk oleh pahlawan Gilgamesh. 

Lembaran hikayat itu dapat dibaca bahwa “Dewa dari Sorga” hidup dalam istana negara yang mempunyai banyak lumbung dan bahwa pengawal istana berjaga-jaga di atas tembok itu. Dari hikayat itu dapat diketahui pula bahwa Gilgamesh adalah balatentara yang tubuhnya dua pertiga dewa dan sepertiga manusia. Para pengarak yang datang ke Uruk dan menatap pada Gilga mesh, menggigil ketakutan karena wajahnya jauh dari tampan dan gagah. Dengan perkataan lain, keterangan pertama dari hikayat itu sekali lagi
mengandung gagasan tentang keturunan campuran antara “dewa” dan manusia.

Lembaran ke dua dari hikayat itu menceriterakan bahwa seorang tokoh lain, yakni Enkidu telah diciptakan oleh seorang “dewi “ dari sorga bernama Auru. Enkidu diterangkan terperinci sekali dalam hikayat itu. Badannya berbulu lebat, bajunya dari kulit binatang, makanannya rumput dan minumannya air dari tempat minum ternak.

Ia suka bersenang-senang di bawah air terjun yang deras. Ketika Gigamesh, raja dari Uruk mendengar tingkahlaku Enkidu yang aneh ini, ia menyarankan supaya Enkidu dikasih wanita cantik agar dia ke luar dari lingkungan ternak. Enkidu yang tak berdosa itu telah terjebak oleh muslihat raja, dan hidup bersama dengan wanita setengah dewi yang cantik jelita selama enam hari enam malam. Sekelumit peristiwa mesum dalam istana ini, menyebabkan kita menduga bahwa perkawinan silang antara makhluk setengah dewa dan makhluk setengah binatang tidaklah menjadi persoalan su sila dalam dunia yang biadab ini.

Lembaran ke tiga dari hikayat itu, mengkhabarkan kepada kita tentang adanya awan debu yang datang dari jauh. Sorga meraung-raung, bumi goncang dan akhirnya “dewa matahari” datang dan menyergap Enkidu dengan sayapnya, dan badan Enkidu yang menjadi amat berat itu menggeletak bagaikan batu besar. Demikian yang dapat kita baca.

Sekalipun kita anggap ceritera itu hanya khayalan belaka dari pengarangnya namun hal-hal yang mengherankan masih tetap ada. Bagaimana para pengkisah lama itu mengetahui bahwa Enkidu itu dengan mendadak menjadi berat bagaikan timah?

Sekarang kita mengetahui gaya tarik bumi dan gaya akselerasi kecepatan benda yang jatuh bebas dari atas. Beberapa besar gaya tarik bumi yang menekan badan astronot kepada kursinya pada waktu lepas landas dapat diperhitungkan sebelumnya. Tetapi, bagaimana gagasan ini timbul pada para pengkisah hikayat purbakala?

Lembaran ke lima dari hikayat itu menerangkan bagaimana Gilgamesh dan Enkidu berangkat bersama-sama berkunjung ke tempat bersemayam “para dewa”. Menara tempat kedudukan dewi Irninis dari jauh dapat dilihat bersinar. Anak panah dan peluru yang menghujani Gilgamesh dan Enkidu yang sangat berhati-hati dalam perjalanannya itu, semua tak ada yang membahayakan, semuanya mental. Dan ketika mereka sampai di
wilayah “para dewa” terdengar suara menggema: “Kembali ke tempatmu ! Tak seorang manusia pun diperkenankan datang ke gunung suci tempat tinggal para dewa, barangsiapa menatap wajah para dewa pasti mati”. Pun dalam Exodus dapat kita baca “Engkau tidak akan melihat wajahku karena tiada seorang manusia melihat daku dan hidup”.

Lembaran ketujuh melaporkan pengalaman penerbangan Enkidu ke ruang angkasa. Ia dibawa terbang oleh seekor garuda selama empat jam. Ia dibawa terbang dalam cakar garuda. Ia melaporkannya secara harafiah sebagai berikut “Garuda itu berkata kepadaku: ‘Lihatlah ke bawah, ke tanah ! Seperti apa rupanya? Lihatlah ke laut ! Kelihatannya seperti apa?’ Dan tanah bagaikan sebuah gunung dan laut bagaikan sebuah danau. Dan dia terbang lagi selama empat jam dan berkata kepadaku: ‘Lihatlah ke bawah, ke tanah ! Seperti apa rupanya? Lihatlah ke laut. Kelihatannya seperti apa?’ Dan bumi seperti kebun dan laut seperti saluran air dari tukang kebun. Dan ia terbang lebih tinggi selama empat jam lagi dan berkata ‘Lihatlah ke bawah, ke tanah. Seperti apa rupa nya? Lihatlah ke laut. Kelihatannya seperti apa?’ Dan tanah kelihatannya seperti bubur dan laut seperti air minum ternak”.

Berdasarkan laporan ini pasti ada beberapa makhluk hidup yang pernah melihat bumi dari angkasa, dari ketinggian yang tinggi sekali. Laporan ini, karena begitu tepat, sukar untuk disebut kha yalan. Bagaimana orang dapat melaporkan bahwa tanah bagaikan bubur dan laut bagaikan bak air minum ternak, kalau tidak pernah ada gambaran tentang bola dunia dilihat dari ketinggian.

Apabila lembaran hikayat itu juga menceriterakan tentang pintu yang dapat berbicara bagaikan manusia hidup, kita segera akan menyebutnya pengeras suara. Sedangkan pada lembaran, kedelapan, Enkidu yang telah melihat bumi dari ruang angkasa itu, dilaporkan meninggal dunia secara misterius; sedemikian misteriusnya sehing ga Gilgamesh menduga bahwa Enkidu telah dihantam oleh hembusan beracun binatang buas dari sorga. Tetapi dari mana Gilgamesh tahu bahwa hembusan beracun dari binatang buas sorga itu
dapat menyebabkan penyakit yang fatal dan tak tersembuhkan?

Lembaran ke sembilan dari hikayat itu melukiskan duka cita Gilgamesh. Ia berniat mengadakan perjalanan jauh untuk menemui para dewa, karena ia selalu digoda oleh pikiran bahwa ia pun mungkin akan mati karena penyakit yang sama, seperti yang diderita oleh Enkidu. Lukisan itu menjelaskan bahwa Gilgamesh mendatangi dua buah gunung yang menopang sorga dan merupakan ger bang ke matahari. Di pintu gerbang ini ia bertemu dengan dua raksasa, dan setelah lama berunding dengan mereka, ia diizinkan masuk; karena ia sendiri sebenarnya dua pertiga dewa. Akhirnya Gilgamesh dapat menemukan taman para dewa, yang dikelilingi oleh lautan luas tanpa batas.

Ketika Gilgamesh masih dalam perjalanan, para dewa memperingatkannya dua kali: “Gilgamesh, hendak ke mana engkau bergegas? Engkau tidak akan menemukan kehidupan yang kau cari. Ketika para dewa menciptakan manusia, mereka sudah menentukan kematiannya. Tetapi nyawa yang ia miliki ada dalam pemeliharaan para dewa”. 

Tetapi Gilgamesh tidak mau diperingatkan, ia ingin bertemu dengan Utnapishtin bapak dari segenap manusia, tak perduli apapun bahaya yang akan mengancam. Namun Utnapishtin hidup di seberang laut luas tanpa batas; tak ada jalan menuju ke sana, tak ada kapal yang terbang melintasi laut itu, kecuali kapal milik dewa matahari. Gilgamesh memberanikan diri menantang segala bahaya dan menyeberangi lautan luas itu. Maka bertemulah ia dengan Utnapishtin. Pertemuan itu diuraikan dalam lembaran ke sebelas.
 http://gunungtoba2014.blogspot.com
Gilgamesh berpendapat bahwa bapak segenap manusia itu tubuhnya sama besar dan sama tinggi dengan tubuhnya sendiri. Ia mengatakan bahwa ia dengan Utnapishtin bagaikan ayah dan anak kandung. Kemudian Utnapishtin menceriterakan riwayat hidupnya sendiri. Sungguh aneh, ia menceriterakannya kepada manusia pertama. Lebih mengherankan lagi ialah uraian yang mendetail tentang banjir besar itu: Utnapisthin menceriterakan kembali bahwa “para dewa” telah memperingatkannya akan adanya air bah besar itu, dan memerintahkan nya untuk membuat kapal bahtera, untuk menye lamatkan wanita dan anak-anak, keluarganya sendiri, dan para pengrajin dari segala bidang. 

Uraiannya tentang badai yang dahsyat, tentang kegelapan, tentang air bah yang terus-menerus meningkat dan tentang kesedihan orang-orang yang tidak dapat diselamatkannya. Kita juga mendengar dari hikayat ini seperti halnya dalam injil tentang nabi Nuh, tentang burung gagak dan burung merpati yang dilepaskan, dan tentang bagaimana akhirnya setelah air surut; kapal itu kandas di atas sebuah gunung.

Kesesuaian antara ceritera tentang banjir besar dalam sanjak kepahlawanan Gilgamesh dan yang diuraikan dalam Injil, tak dapat diragukan, sehingga tak ada seorang sarjanapun yang membuat keterangan tandingan terhadap itu. Yang menarik dari kesesuaian ini ialah bahwa dalam hal ini kita berurusan dengan pertanda atau alamat, dan “Tuhan” atau “dewa” yang berlainan sama sekali. Andaikata keterangan tentang banjir besar itu dalam Injil tidak orisinil, maka keterangan yang diuraikan oleh Utnapishtin itu merupakan keterangan dari orang pertama yang selamat dan yang telah mengalami dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Telah dibuktikan dengan jelas sekali bahwa malapetaka banjir besar itu telah terjadi di Timur kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Tulisan-tulisan kuno di Babilonia kuno menunjukkan dengan tepat sekali tempat di mana sisa-sisa kapal itu akan dapat ditemukan. Dan ternyata di sebelah Selatan puncak gunung Arafat, para penyelidik telah menemukan tiga potong kayu yang diduga keras dapat menunjukkan tempat di mana kapal bahtera itu dahulu kandas. Amat kebetulan sekali bahwa tempat di mana ditemukan bekas-bekas kapal kayu yang lolos dari amukan air bah lebih 6000 tahun yang lalu itu amat dekat dari tempat yang ditunjuk itu.

Selain dari merupakan laporan tangan pertama, sanjak kepahlawanan Gilgamesh itu memuat uraian tentang hal-hal luar biasa yang tidak mungkin lagi dikarang oleh para cendekiawan dari zaman penulisan sanjak itu, selain yang diciptakan oleh para penterjemah dan para penjiplak yang merusak sanjak itu selama berabadabad. Ini terbukti dari adanya fakta-fakta terpendam di antara uraian-uraian yang seharusnya diketahui oleh para penulis sanjak kepahlawanan Gilgamesh dan yang hanya mungkin dapat kita temukan sekarang me lihat kecerahan ilmu pengetahun masa sekarang.

Barangkali beberapa pertanyaan baru berikut akan menyinari sedikit kegelapan itu. Apakah mungkin bahwa sanjak kepahlawanan Gilgamesh itu sama sekali bukan berasal dari Timur kuno, melainkan dari daerah Tiahuanaco? Masuk akalkah kalau dikatakan bahwa anak cucu keturunan Gilgamesh berasal dari Amerika Selatan, dan yang membawa pindah sanjak kepahlawanan itu ke Timur kuno? jawaban atas pertanyaan itu paling-paling hanya akan menjelaskan sebutan tentang Gerbang Matahari, tentang penyeberangan laut luas oleh Gilgamesh dan tentang sekonyong-konyong munculnya bangsa Sumeria. pada waktu yang bersamaan dengan adanya Gerbang Matahari itu dan lain sebagainya.

Kita telah sama-sama mengetahui bahwa segala karya cipta dari Babilon yang terjadi kemudian, telah terjadi di zaman bangsa Sumeria itu. Tak dapat diragukan lagi bahwa kebudayaan Mesir yang telah maju dari zaman Fir’aun itu memiliki perpustakaan di mana rahasia-rahasia purbakala itu dipelihara, diajarkan, dipelajari dan dikutip.

Sebagaimana telah disebut di Injil, Nabi Musa dibesarkan dalam istana di Mesir. Ia pasti dapat memasuki ruang perpustakaan yang dimuliakan itu. Nabi Musa adalah orang terpelajar dan terbuka bagi gagasan baru. Dan Memang ia diduga telah menulis lima buku tentang dirinya walaupun sampai sekarang masih merupakan teka-teki yang tak terpecahkan dalam bahasa apakah ia telah menulis buku-buku itu.

Jika karya tentang hipotesa bahwa sanjak ke pahlawanan didatangkan ke Mesir oleh bangsa Sumeria melalui bangsa Assyiria dan bangsa Babilonia; bahwa Nabi Musa itu menemukan di sana, dan kemudian menyadurnya untuk kepentingannya sendiri; maka ceritera tentang banjir besar itu yang dari Sumerialah yang orisinil, bukan yang ada dalam Injil. Tidak patutkah kita mempertanyakan masalah itu?

Metode klasik tentang penyelidikan kepurbakalaan telah macet, dan karena itu tidak dapat sampai kepada kesimpulan yang tak dapat dibantah. Metode itu terlalu terikat kepada pola pemi kiran yang stereo type dan tidak memberikan peluang untuk gagasan-gagasan imajinatif dan spekulatif. Padahal hanya gagasan-gagasan dan spekulasi inilah yang dapat menghasilkan gerak yang kreatif. Kebanyakan kesempatan untuk menyelidiki Timur kuno telah tenggelam ke dalam kedudukan Injil yang tak dapat diganggugugat itu. 

Orang dahulu kala tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang ini, dan mengatakan keraguannya di depan larangan untuk bertanya itu. Bahkan para cendekiawan dari abad ke sembilanbelas dan kedua puluh yang kelihatannya pura-pura mengetahui kebenaran, pun masih tercekam oleh belenggu-belenggu mental yang telah menyelimuti kesalahan-kesalahan dalam beribu-ribu tahun lamanya ini. Tetapi karena pengusutan kembali timbul, mau tidak mau tentu akan mengundang pertanyaan tentang bagian-bagian dari ceritera dalam Injil. Tetapi orang Kristen yang paling alim pun pasti telah menyadari bahwa banyak hal-hal yang diuraikan dalam Perjanjian Lama sebenarnya tidak cocok dengan sifat-sifat keagungan, kebesaran dan kehadiran Tuhan di mana-mana.

Orang yang memelihara keutuhan dogma-dogma dari Injil harus mempunyai minat untuk menjelaskan siapakah sebenarnya yang mendidik manusia di zaman purbakala, siapa yang mengajarkan norma-norma pertama tentang kehidupan sosial kepada mereka, siapa yang mewariskan undang-undang pertama tentang keberhasilan, siapa yang membinasakan keturunan manusia yang durhaka. Kalau kita berpikir demikian dan mengajukan pertanyaan semacam ini, tidak berarti bahwa kita tidak beragama. 

Saya sendiri yakin sekali bahwa kalau pertanyaan terakhir di atas telah terjawab dengan sungguh-sungguh dan meyakinkan, maka ayat yang saya sebut, Tuhan itu kekal dan abadi sifatnya. Tetapi hipotesa yang menyatakan bahwa Tuhan yang tak dapat dibayangkan bagaimana bentuk dan rupanya itu, memerlukan kendaraan beroda dan bersayap untuk bergerak ke sana ke mari, bersahabat dengan manusia primitif, dan tidak mau melepaskan topengnya; akan tetap merupakan suatu anggapan yang menghina selama hipotesa itu tidak didukung oleh bukti-bukti. Jawaban dari para akhli teologi bahwa Tuhan itu arif dan bijaksana, dan bahwa kita tidak akan dapat membayangkan dengan cara bagaimana ia memperlihatkan dirinya dan bagaimana ia membuat manusia rendah hati; hanyalah mengelak terhadap pertanyaan kita, dan karenanya tidak memuaskan.

Orang juga ingin menutup mata terhadap kenyataan baru. Tetapi hari depan kita dari hari ke hari selalu menggerogoti masa silam kita. Di masa mendatang yang tidak akan begitu lama lagi, untuk pertamakali manusia akan mendarat di planet Mars. Jika di sana ditemukan bangunan kuno yang telah lama ditinggalkan walau sebuah saja, atau benda yang menunjukkan adanya kecendekiawan di masa lampau, atau satu lukisan pada batu karang yang masih dapat dikenal; maka penemuan ini akan menggoyahkan landasan-landasan agama kita, dan akan membuat masa lampau kita menjadi membingungkan. Satu saja yang ditemukan semacam itu akan menyebabkan revolusi dan reformasi yang paling besar dalam sejarah umat manusia.

Mengingat masa depan yang mau tidak mau harus kita hadapi, apakah tidak lebih baik kalau kita menggunakan gagasan-gagasan baru yang imajinatif dalam menyulap masa silam kita? Tanpa mengurangi kepercayaan kita, kita tidak dapat lebih lama lagi mudah puas. Setiap agama punya konsepsi sendiri-sendiri tentang ketuhanannya; orang terpaksa harus berpikir dan percaya dalam rangka konsepsi agamanya. Sementara itu bersamaan
dengan zaman ruang angkasa, hari kiamat kecendikiaan semakin mendekat. Awan teologi akan menguap bercerai-berai bagaikan gumpalan kabut. Dengan langkah yang menentukan ke dalam alam semesta, kita akan harus mengakui hanya satu Tuhan, satu agama dan satu mashab saja; tidak lagi 2.000.000 dewa, 20.000 mashab, 10 agama-agama besar; tetapi mari kita teruskan pembentukan hipotesa dari masa silam umat manusia yang utopis itu. Inilah gambarannya.

Samar-samar, kira-kira entah berapa abad yang lalu, sebuah kapal ruang angkasa tak dikenal telah menemukan planet kita. Para awak kapal itu segera mengatakan,” Kami ini memiliki persyaratan bagi kehidupan inteligensi yang dapat dikembangkan.” Nyata sekali,bahwa orang di zaman itu bukanlah homo sapiens, melainkan sesuatu yang agak berbeda. Awak kapal itu mengadakan insiminasi buatan terhadap beberapa anggota betina dari jenis “orang” itu, dibuatnya supaya tidur nyenyak, kemudian ditinggalnya. Demikian menurut dongeng-dongeng kuno.

Beribu-ribu tahun kemudian para wisatawan ruang angkasa datang kembali dan mendapati contoh-contoh dari homo sapiens induk terpencar di sana-sini. Mereka mengulangi experimen pembiakannya beberapa kali lagi sampai akhirnya di hasilkan suatu makhluk hidup yang cukup cerdas untuk menerima norma-norma hidup bermasyarakat. Manusia pada zaman itu masih biadab. Oleh karena ada bahaya bahwa manusia ini akan mundur kemanusiaannya dan lalu bergaul kembali dengan binatang, para wisatawan ruang angkasa itu memusnahkan umat yang gagal atau membawa mereka untuk ditempatkan di benua lain. 

Maka sekarang timbullah masyarakat pertama dan ketrampilan-ketrampilan pertama. Permukaan-permukaan batu karang dan dinding-dinding gua digambari, cara pembuatan tembikar ditemukan, dan percobaanpercobaan arsitektur pertama di buat. Manusia pertama ini mempunyai respek yang besar terhadap para wisatawan ruang angkasa. Oleh karena para wisatawan ini datang dari tempat yang tak dikenal, mereka dijadikan dewa. Dengan alasan yang misterius para dewa ini sekarang senang sekali mengajarkan inteligensinya kepada penduduk pribumi. Para dewa ini memelihara keturunannya baik-baik. Mereka ingin melindunginya agar terhindar dari korupsi dan kejahatan-kejahatan lainnya. Mereka ingin supaya masyarakat itu berkembang secara konstruktif. Yang sinting-sinting dimusnahkan sedangkan sisanya di usahakan supaya mendapat persyaratan pokok bagi kemasyarakatan yang akan mampu berkembang.

Tak dapat disangkal, bahwa spekulasi ini masih mempunyai banyak kekurangan- kekurangan. Harus diakui bahwa pembuktiannya tak terdapat sama sekali. Masa depanlah yang akan memperlihatkan bagaimana kekurangan-kekurangan itu dapat dipenuhi. Buku ini menyajikan hipotesa yang terdiri dari spekulasi-spekulasi. Oleh karena itu hipotesa ini pasti tidak “benar”. Namun demikian kalau saya bandingkan hipotesa ini dengan teori-teori yang memungkinkan banyak agama untuk hidup tanpa diganggu-gugat dalam persembunyiannya di balik larangan-larangan, saya ingin sekali memberikan suatu persentasi kemungkinan kebenarannya kepada hipotesa saya ini.

Barangkali ada baiknya kalau diucapkan sepatah dua patah kata tentang kebenaran itu. Setiap orang yang percaya akan agama dan tak pernah mendapat sanggahan dari pihak manapun, akan yakin pada kebenarannya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi kaum Nasrani, melainkan berlaku pula bagi penganut-penganut agama lain, baik kecil maupun besar. Para teosophis, teologis, filsuf, semuanya telah mencerminkan ajarannya masing-masing; mereka semuanya yakin bahwa mereka telah menemukan kebenaran.
 http://gunungtoba2014.blogspot.com
Tentu saja tiap agama mempunyai sejarah dan janji-janjinya sendiri dari Tuhan. perjanjian-perjanjian sendiri dengan Tuhan. Rasul-rasulnya sendiri dan ulama-ulamanya sendiri yang pernah mengatakan Pembuktian “Kebenaran” selalu dimulai dari tengah agama seseorang dan bekerja ke luar. Hasilnya ialah cara berpikir dengan prasangka, suatu cara yang harus kita terima sejak masa kanak-kanak. Namun demikian generasi penerus terus ada dengan keyakinan bahwa mereka mempunyai kebenaran. Dengan segala kerendahan hati, saya nyatakan bahwa kita tak dapat memiliki “kebenaran“. Paling-paling kita hanya percaya akan adanya “kebenaran”. Siapa saja yang benar-benar mencari kebenaran tak akan dapat dan selayaknya tidak mencarinya di bawah perlindungan dan dalam batas-batas agamanya sendiri. Apakah tujuan hidup itu sebenarnya? Untuk mempercayai “kebenaran” atau untuk mencarinya?

Sekalipun misalnya fakta-fakta yang terdapat dalam Perjanjian lama dapat dibuktikan secara arkeologis di Mesopotamia, tetapi fakta-fakta yang telah diperiksa itu belumlah menjadi bukti dari agama yang bersangkutan. Jika dengan penggalian-penggalian ditemukan kota-kota kuno, perkampungan-perkampungan kuno, sumursumur bekas, tulisan-tulisan kuno, di daerah tertentu; maka hal itu menunjukkan bahwa rakyat yang pernah hidup di daerah itu adalah suatu fakta nyata. Tetapi penemuan-penemuan itu tidak membuktikan bahwa Tuhan dari rakyat itu adalah satu-satunya Tuhan, dan bukan wisatawan ruang angkasa.

Sekarang penggalian-penggalian di seluruh dunia menunjukkan bahwa tradisi-tradisi cocok dengan fakta-faktanya. Tetapi apakah mungkin terjadi bahwa seorang Kristen mengakui Tuhan dari kebudayaan pra-Inca sebagai Tuhan asli yang dihasilkan oleh penggalian di Peru? Yang saya maksud adalah sederhana; yaitu bahwa segala sesuatu baik ceritera isapan jempol maupun pengalaman, dapat membentuk sejarah sesuatu bangsa. Tak kurang, tak lebih. Dengan demikian siapa saja yang mencari kebenaran tak dapat mengabaikan pandangan-pandangan baru dan berani, tetapi belum dibuktikan hanya karena tidak cocok dengan pola pemikirannya atau kepercayaannya. Oleh karena seratus tahun yang lalu tak ada persoalan perjalanan ke ruang angkasa,para ayah dan kakek kita tak pernah memikirkan dengan sungguh-sungguh apakah nenek-moyang kita dahulu pernah mendapat kunjungan dari angkasa luar.

Mari kita berspekulasi dengan gagasan, misalkan peradaban kita sekarang ini suatu waktu dihancurkan oleh suatu peperangan bom hidrogen. Peperangan ini memang mengerikan tetapi kemungkinan terjadinya selalu ada. Lima ribu tahun kemudian para arkeologis akan menemukan pecahan pecahan dari Patung Kemerdekaan di New York. Menurut jalan pikiran kita sekarang, para arkeologis itu harus menentukan bahwa mereka menghadapi persoalan ketuhanan; barangkali dewa api (karena diannya) atau dewa matahari (karena
pancaran sinar di sekeliling kepala patung itu). Mereka tak akan berani mengatakan bahwa patung itu semata-mata hasil karya manusia belaka yakni patung kemerdekaan.

Sekarang sudah tidak mungkin lagi untuk menutup jalan ke masa silam dengan dogma-dogma. Kalau kita ingin menuju penyelidikan untuk mencari kebenaran, kita harus mempunyai keberanian untuk meninggalkan garis cara berpikir yang kita ikuti sampai sekarang, dan sebagai langkah pertamanya kita harus berani meragukan segala apa yang sebelumnya telah kita anggap benar. Apakah kita masih dapat menutup mata dan telinga karena gagasan-gagasan baru dianggap bertentangan atau menggelikan? Bagaimanapun juga limapuluh tahun yang lalu, pendaratan manusia dipermukaan bulan adalah menggelikan.
  http://gunungtoba2014.blogspot.com
KHAYALAN DAN DONGENG KUNO ATAU REALITAS?
Sebagaimana telah saya lihat sebelumnya, dalam kepurbakalaan terdapat hal-hal yang kalau menurut gagasan sekarang tak perlu ada. Tetapi kegiatan saya untuk mengumpulkannya sama sekali tidak turut habis bersama-sama dengan habisnya penemuan-penemuan yang telah terkumpulkan. Mengapa? Karena mitologi orang-orang
Ekskimo pun mengatakan bahwa bangsa pengembara pertama dibawa ke Utara oleh para “dewa” yang bersayap kuningan. Hikayat orang-orang Indian menyebut seekor burung guntur memperkenalkan api dan buah-buahan kepada mereka. Dongeng orang Mayan-Popol Nuh, menyatakan bahwa para “dewa” mampu mengenali segala macam hal alam semesta, keempat arah pokok dari kompas,dan bahkan bentuk bulat dari
bumi.

Mengapa orang-orang Ekskimo berbicara tentang burung logam? Mengapa orang-orang Indian menyebut burung guntur? Bagaimana kiranya para nenek moyang orang Maya mengetahui bahwa bumi itu bulat ? Orang Maya itu cerdas-cerdas dan mempunyai kebudayaan yang sudah maju. Mereka bukan hanya meninggalkan kalender yang menakjubkan, melainkan juga teori-teori berhitung yang luar biasa. Mereka mengetahui hitungan tahun Venus yang berumur 584 hari dan memperkirakan tahun bumi berumur 365.2420 hari yang menurut perhitungan sebenarnya sekarang: 365 2422 hari. Semua itu mereka tinggalkan, untuk dapat dipergunakan selama 64.000.000. tahun. Tulisan-tulisan kuno berikutnya menyangkut satuan-satuan yang mungkin mendekati 400.000.000 tahun.

Rumus Venusi yang terkenal itu mungkin telah dihitung dengan otak elektronik. Bagaimanapun sukar untuk dipercaya bahwa rumus itu berasal dari orang pedalaman. Rumus Venus dari orang Maya itu jalannya sebagai berikut: Tahun Tzolkin mempunyai 260 hari, tahun bumi 365 hari, sedangkan tahun Venus 584 hari. Bilangan-bilangan ini menyembunyikan kemungkinan pembagian bilangan 365 dapat dibagi habiskan oleh 73 dan hasil baginya 5. Sedangkan 584 adalah 8 x 73.

Maka rumus yang luar biasa itu bentuknya sebagai berikut:
(bulan) 20 x 13 = 260 x 2 x 73 = 37.960
(matahari) 8 x 13 = 104 x 5 x 73 = 37.960
(venus) 5 x 13 = 65 x 8 x 73 = 37.960

Dengan perkataan lain semua siklus bertepatan kembali satu sama lain setelah 37.960 hari. Mitologi orang-orang Maya menyatakan bahwa pada saat itu para “dewa” akan sampai di tempat istirahat besar.

Dongeng-dongeng keagamaan dari orang pra-Inca mengatakan bahwa bintang-bintangpun mempunyai penghuni dan bahwa para “dewa” turun datang kepada mereka dari konstelasi Pleiades. Tulisan kuno di Sumeria, Assyria, Babilonia, dan Mesir terus-menerus menyajikan gambaran yang sama; yakni bahwa para dewa datang dari dan pulang ke bintang-bintang, mereka bepergian menjelajahi langit dengan kendaraan api atau kapal yang menyerupai senjata mengerikan; menjanjikan kekekalan kepada pria.

Adalah wajar dan alamiah bagi orang-orang purbakala kalau mereka mencari Tuhan mereka di langit dan dalam melukiskan kebesaran Tuhan itu mereka mengkhayal secara bebas. Namun kalau semuanya itu kita terima dengan baik, masih saja ada hal-hal yang aneh; misalnya saja bagaimana penutur ceritera Mahabarata tahu bahwa ada senjata yang dapat digunakan untuk menimbulkan kekeringan di suatu negara musuh selama dua belas tahun? Dan cukup ampuh untuk membunuh bayi yang belum lahir ? Dalam sanjak kepahlawanan India purbakala, Mahabarata ini lebih luas isinya daripada Injil. Inti aslinya, Mahabarata itu secara konservatif saja ditaksir sudah berumur 5.000 tahun. Mahabarata ini bermanfaat juga kalau di baca dalam rangka ilmu pengetahuan masa kini.

Kita tidak akan terlalu terkejut kalau kita membaca dalam Ramayana bahwa ada Vimana, yakni pesawat terbang yang diterbangkan tinggi sekali dengan bantuan air raksa dan angin buritan yang kencang. Vimana itu dapat terbang jauh sekali dan dapat terbang maju ke atas dan ke bawah. Pendeknya suatu kendaraan ruang angkasa yang dapat digunakan dalam gerakan-gerakan atau manuver militer. Berikut ini sekelumit dari terjemahan Ramayana oleh N. Dult dalam tahun 1891: “ Di bawah komando Rama, kereta perang yang hebat itu membumbung ke atas menuju gunung awan dengan guruh yang dahsyat, “ Tak dapat tidak, kita harus mencatat bahwa di sini bukan hanya ada di sebut benda terbang, melainkan juga disebut guruh yang dahsyat.

Berikut ini adalah sekelumit lagi dari Mahabarata. “Bima terbang dengan vimana ini, yang memancarkan cahaya banyak sekali, menyilaukan seperti cahaya matahari dan membuat deru yang mengerikan seperti guntur dalam badai”. Khayalan pun tentu harus mempunyai landasan titik tolak. Bagaimana penutur ceritera Mahabarata membuat lukisan tentang pesawat itu terbang di atas pancaran cahaya dan menyebabkan deru yang mengerikan kalau sebelumnya tidak pernah mempunyai bayangan tentang roket ? Dalam Samsaptakabadha diadakan pembedaan antara kereta perang yang dapat terbang dan tidak. Jilid pertama dari Mahabarata mengungkapkan dengan mendalam sekali tentang riwayat gadis Kunti yang bukan hanya mendapat kunjungan dewa matahari, tetapi juga mendapat seorang putra dari padanya yang diduga sama cemerlangnya dan menyilaukan seperti matahari itu sendiri. Karena Kunti takut mendapat malu, bayi itu dimasukkannya ke dalam keranjang kecil dan meletakkannya dalam sungai. Adhirata seorang kenamaan, mengangkat keranjang berisi bayi itu dari sungai. kemudian memelihara dan membesarkan bayi itu.

Ceritera itu sebenarnya tak ada gunanya diceriterakan lagi andaikata tidak ada kesamaannya dengan ceritera tentang Musa. Yaitu karena ceritera ini merupakan satu hal lagi di mana manusia dihamili oleh dewa. Sama halnya dengan Gilgamesh, Arjuna, pahlawan Mahabarata juga mengadakan perjalanan jauh untuk menemui para dewa untuk minta senjata. Setelah melampaui berbagai bahaya akhirnya Arjuna berhasil menemui para dewa. Dewa Indera, raja di Khayangan berkenan menerima Arjuna dengan kebesaran luar biasa. Raja didampingi permaisuri Sachi. Arjuna yang gagah berani ini tidak diterima di tempat lain oleh Indera dan Sachi ini melainkan dalam kereta perang sorga. Bahkan Arjuna diajak mengendarai nya bersama mereka di angkasa.

Beberapa data berupa angka dalam Mahabarata itu demikian telitinya sehingga orang menduga bahwa penulisnya menulis kisah itu dengan bahan-bahan dari tangan pertama. Uraiannya tentang senjata yang dapat membunuh setiap lawan yang memakai perisai terkuat dari logam, membuat bulu roma kita merinding. Lawan yang telah mengetahui efek dari senjata ini tepat pada waktunya, segera menanggalkan segala peralatan yang terbuat dari logam dari badannya lalu menceburkan diri ke dalam sungai dengan mencuci badannya serta membersihkan segala apa yang pernah menempel di badannya dengan cermat. Dan pantaslah jika penulis Mahabarata menerangkan bahwa senjata itu dapat menyebabkan rambut rontok dan kuku tanggal. Setiap mahluk hidup menjadi pucat dan lemah. Dalam jilid ke delapan kita temui Indera dalam kereta perang sorganya lagi. Dari segenap umat manusia hanya Yudhistira yang dipilihnya sebagai satu-satunya yang boleh memasuki khayangan dalam tubuhnya yang fana itu. Di sini pun kesesuaian dengan ceritera tentang Nuh dan Elia tidak dapat kita lewati begitu saja.

Dalam buku itu juga dilaporkan bahwa Gurkha telah melepaskan sebuah proyektil dari dalam Vimana diarahkan ke kota besar. Ini mungkin merupakan laporan pertama dari pelemparan bom hidrogen. Uraian itu mengingatkan kita kepada laporan pandangan mata tentang ledakan bom hidrogen di pulau Bikini; asap putih yang sangat panas mengepul membumbung ke atas bercahaya, dengan kekuatan seribu kali lebih menyilaukan dari sinar matahari, dan membuat kota menjadi debu. Ketika Gurkha mendapat lagi, kendaraannya menyerupai balok antimony yang berkilauan. Demi kepentingan para filsuf perlu saya sebut di sini bahwa menurut Mahabarata, waktu adalah benih dari alam semesta.

Buku-buku Tantyua dan Kantyua dari Tibet juga menyebut-nyebut adanya pesawat terbang pra sejarah, yang mereka sebut “mutiara di angkasa”. Kedua buku itu menekankan dengan tegas bahwa pengetahuan tentang ini adalah rahasia, tidak boleh disiarkan dengan sembarangan. Dalam Sumarangana dan Sutradhara, beberapa bab penuh semata-mata disediakan untuk menguraikan kapal udara yang dari ekornya menyemburkan api dan air raksa.

Kata “api” dalam naskah-naskah kuno tidak berarti api yang menyala, karena di dalamnya terdapat empatpuluh macam api yang berbeda-beda, yang terutama ada hubungannya dengan phenomena esoteric dan magnetis. Memang sukar untuk mempercayai laporan bahwa manusia purbakala mungkin telah mengetahui tentang kemungkinan bisa didapatnya energi dari logam-logam berat dan bagaimana cara mendapatkannya.
Tetapi kita tidak boleh memperkecil arti naskah sanskrit kuno menjadi ceritera isapan jempol belaka. Sebagian besar dari ceritera dalam naskah sanskrit itu, mengubah kecurigaan kita terhadap laporan bahwa manusia menjumpai “dewa” terbang suatu hal yang pasti telah terjadi.

Kita tidak akan melanjutkan cara pendekatan yang disesalkan masih melekat kepada para cendikiawan yang masih mengatakan: “Itu tidak ada, itu kesalahan terjemahan, itu fantasi yang dibesar-besarkan oleh pengarang atau pengutip “. Kita harus menggunakan hipotesa kerja yang dikembangkan dari ilmu teknologi zaman sekarang, untuk menerangi kegelapan yang menyembunyikan masa lampau kita. Seperti halnya dengan phenomena tentang kapal ruang angkasa yang dapat dijelaskan, demikian pula halnya dengan senjata-senjata yang mengerikan yang sering dilukiskan sebagai pernah digunakan sekurang-kurangnya satu kali oleh para dewa, terdapat penjelasan yang masuk akal.

Berdasarkan suatu bagian dari Mahabarata kita terpaksa membuat hipotesa sebagai berikut: “Ketika itu hawa bagaikan dilepas dari kekangan matahari berputar. Dibakar oleh panas yang memijar dari senjata itu, dunia terhuyung-huyung dan menggigil ketakutan. Gajah-gajah terbakar oleh panas dan berlarian ke sana ke mari, kacau balau mencari perlindungan dari bencana yang mengerikan. Air mendidih, binatang-binatang pada mati,
musuh disapu bersih dan arnukan api menyebabkan pohon-pohon terbakar lalu tumbang dalam deretan deretan bagaikan dalam kebakaran hutan, gajah-gajah menjerit-jerit ketakutan kemudian roboh mati berserakan di atas daerah luas. Kuda-kuda dan kereta-kereta perang terbakar. Pemandangan waktu itu bagaikan aksi dari suatu kebakaran. Beribu-ribu kereta perang habis terbakar. Kemudian kesunyian merembet ke laut. Angin mulai bertiup dan bumipun segar dan cemerlang kembali, waktu itu merupakan pemandangan yang mengerikan. Bangkai orang-orang yang terbakar sudah tidak lagi berupa sosok-sosok tubuh manusia. Sebelumnya, tak pernah kita melihat atau mendengar tentang senjata yang begitu mengerikan”. Ceritera itu selanjutnya menyebut bahwa orang-orang yang selamat; membersihkan badannya, perkakasnya, senjatanya dengan air, karena terhembus oleh tiupan nafas yang mematikan dari para “dewa”.

Nah, apa yang dikatakan dalam sanjak kepahlawanan Gilgamesh ? Apakah nafas beracun dari binatang buas sorga itu menghantamnya? Alberto Tulli dulu pengurus Museum Nafikan bagian sejarah Mesir. Pernah menemukan program dari naskah yang berasal dari zaman Thutmose III, yang pernah hidup kira-kira di tahun 1500 sebelum masehi. Dalam naskah itu disebut bahwa para penulisnya pernah melihat sebuah bola api turun dari sorga, bola itu baunya tak sedap, bagaikan bau setan. Thutmose dan prajurit-prajuritnya memperhatikan
bola api itu sampai menghilang ke jurusan Selatan.

Semua naskah-naskah berasal dari jutaan tahun sebelum zaman kita ini. Para penulisnya bertempat tinggal di berbagai benua dan berasal dari peradaban serta penganut agama yang berlainan satu sama lain. Pada waktu itu tidak ada utusan utusan khusus untuk menyebarkan berita, sedangkan hubungan.antara benua bukanlah kejadian sehari-hari. Sekalipun demikian, ceritera rakyat dari mulut ke mulut menceriterakan ceritera-ceritera
yang hampir bersamaan satu sama lain yang berasal dari keempat penjuru dunia dan dari berbagai sumber.

Apakah mereka mempunyai bahan pemikiran yang sama? Apakah mereka dihantui oleh kejadian yang sama? Apakah tidak mungkin dan tidak masuk akal kalau para penutur dari: Mahabarata, Injil, sanjak kepahlawanan Gilgamesh, naskah Ekskimo, India, Amerika, Skandinavia, Tibet dan lain lain; menceriterakan ceritera yang sama? Yakni ceritera tentang “dewa-dewa” terbang? Tentang kereta perang dari sorga dan tentang malapetaka yang diakibatkannya? Apakah kesamaan itu hanya secara kebetulan saja dan tanpa dasar sama
sekali?

Mereka tak mungkin mempunyai gagasan yang sama di seluruh dunia. Naskah-naskah yang hampir seragam itu hanya dapat bersumber dari sumber yang sama yakni kejadian-kejadian pra sejarah. Naskah-naskah itu ada hubungannya dengan apa yang dapat dilihat di masa itu. Sekalipun andaikata para penuturnya membesar-besarkan dan menambah-nambah serta memperhalusnya dengan fantasinya sendiri, seperti halnya dengan apa yang sering terjadi sekarang; namun inti kebenarannya tetap ada, sama seperti halnya dengan inti kebenaran dari berita-berita dalam koran zaman sekarang. Kejadian-kejadian itu tak mungkin dikarang begitu saja secara bersamaan dalam abad yang berbeda-beda.

Mari kita buat satu permisalan: Sebuah helikopter untuk pertama kalinya mendarat di sebuah padang semak di Afrika. Sebelumnya tidak seorang pun di antara para penduduk di sana yang pernah melihat pesawat semacam itu. Helikopter itu mendarat di atas tanah terbuka dengan suara yang menakutkan. pilotnya yang bertopi baja, berpakaian siap tempur, bersenjata api, melompat ke luar pesawat. Penduduk yang setengah biadab yang bercawat itu terpesona dan sama sekali tidak dapat memahami kehadiran benda yang aneh ini, yang datang dari sorga bersama “dewa”nya. Tak lama kemudian helikopter itu lepas landas lagi dan menghilang ke dalam awan. Setelah itu, si penduduk yang setengah beradab itu mulai memikirkan dan menafsirkan kejadian yang sekonyong-konyong itu. Ia akan menceriterakan kepada yang lain-lain, tentang apa yang pernah dilihatnya itu; mungkin sebagai burung raksasa, mungkin sebagai kendaraan dari sorga yang bersuara menderu dan menakutkan serta berbau busuk, yang ditumpangi makhluk-makhluk berkulit putih dengan senjata yang dapat meludahkan api. Kunjungan ajaib itu dijadikan suatu ceritera yang melembaga dan diwariskan turun-temurun sepanjang zaman.

Dalam ceriteranya dari seorang ayah kepada anaknya, burung raksasa dari sorga itu jelas tidak akan menjadi lebih kecil, bahkan sebaliknya menjadi lebih besar, karena ceritera itu ditambah-tambah, dibesar-besarkan; demikian juga tentang makhluk yang ke luar dari dalamnya ceritera ke ceritera menjadi tambah perkasa, tambah ajaib, tambah mengagumkan. Hiasan dan bumbu-bumbu ini akan terus bertambah dari ceritera ke
ceritera. Tetapi dasar pikirannya ialah pendaratan helikopter yang benar-benar telah terjadi itu. Helikopter itu benar-benar telah mendarat di tanah terbuka dalam hutan, demikian juga pilotnya benar-benar telah ke luar dari dalamnya. Sejak saat itu kejadian itu diabadikan menjadi mitologi dari suku bangsa yang telah melihatnya itu.

Ada hal-hal yang tak dapat kita buat-buat. Saya tidak akan membuat pra sejarah kita menjadi ceritera-ceritera tentang wisatawan-wisatawan angkasa dan pesawat terbang dari sorga, kalau kejadian-kejadian itu hanya terdapat dalam beberapa kalangan buku purbakala saja. Tetapi kalau kenyataaannya hampir semua naskah purbakala dari orang-orang primitif di seluruh dunia menceriterakan ceritera yang sama, saya kira, saya harus mencoba menjelaskan mulai dari sejarah yang obyektif yang tersembunyi di dalamnya. “Putera manusia, engkau penghuni di tengah-tengah rumah pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat, mempunyai telinga untuk mendengar tetapi tidak mendengar.... (Ezekiel 12: 2).

Kita ketahui bahwa para dewa orang-orang Sumeria mempunyai partner di beberapa bintang. Diduga bahwa pernah ada patung Marduk Mars, dewa tertinggi dari segala dewa yang beratnya 800 talen emas murni. Kalau kita percaya akan Herodotus, patungnya seharga 48.000 pon emas lebih. Ninurta sirius, adalah hakim alam semesta yang menjatuhkan hukuman kepada semua manusia yang fana.

Ada beberapa tulisan khusus mengenai Mars, sirius dan pleiades. Masa dan sekali lagi hymne-hymne Sumeria menyebut-nyebut adanya senjata hebat, yang bentuk dan akibatnya sama sekali tak ada artinya bagi rakyat di masa itu. Suatu lukisan pujian terhadap dewa Mars mengatakan bahwa dewa itu telah menciptakan hujan api dan menyapu semua lawan-lawannya dengan kilatan-kilatan cahaya petir. Dewi Inanna dilukiskan, ketika ia sedang menjelajahi ruang angkasa telah menyapu bersih kubu-kubu lautannya dengan jalan memancarkan cahaya yang menyilaukan dan menakutkan.

Telah ditemukan pula gambar-gambar dan model-model rumah yang menyerupai bunker atom yang bagianbagiannya hanya tinggal pasang saja; berbentuk bundar dan kuat dengan lubang yang berangka aneh. Pula dari zaman yang sama yakni 3000 tahun sebelum masehi, Para arkeologis telah menemukan suatu model dari rombongan kereta perang beserta pengendara-pengendaranya, dan juga beberapa olahragawan pegulat. Semuanya dikerjakan dengan keahlian yang murni. orang-orang Sumeria itu memang telah terbukti sangat mahir dalam seni praktis. Mengapa mereka membuat model dari bunker yang aneh itu, padahal penggalian-penggalian di Babilon atau Uruk menunjukkan hasil karya yang lebih halus?

Baru-baru ini telah ditemukan suatu perpustakaan Sumeria yang lengkap, terdiri dari kira-kira 60.000 lembaran sejarah dari tanah liat. Perpustakaan itu ditemukan di kota Nippur, 95 mil sebelah selatan dari Baghdad. Kita sekarang telah memiliki risalah tertua dari banjir besar itu. Risalah ini diukirkan pada lembaran sejarah terbuat dari tanah liat dan terdiri dari enam kolom. Pada lembaran sejarah itu disebut lima buah kota yang sangat tua: yakni, Eridu, Badtibira, Larek, Sitpar dan Shuruppak. Dua di antara kota-kota ini belum ditemukan. 

Pada lembaran sejarah ini yang tertua yang telah diterjemahkan “Nuh,” dari orang-orang Sumeria disebut Ziusudra. Ia diduga telah bertempat tinggal di Shuruppak dan diduga pula bahwa ia telah membuat kapal bahteranya di sana. Dengan demikian kita sekarang telah memiliki uraian yang lebih tua tentang banjir besar itu, bahkan lebih tua dari sanjak Kepahlawanan Gilgamesh. Tiada seorangpun yang mengatakan apakah penemuan baru nanti akan menghasilkan risalah risalah yang lebih tua dari itu. Manusia-manusia dari peradaban kuno itu bagaikan terus-menerus dihantui oleh pikiran tentang sifat-sifat kebakaan atau kelahiran manusia kembali. Pelayan dan budak secara sukarela berbaring di samping majikannya dalam pusarannya.

Dalam ruang pusara di Shub-At terdapat tidak kurang dari tujuh puluh tulang kerangka manusia terbaring berderet secara teratur sekali, tanpa tanda-tanda pernah adanya kekerasan sedikit pun. Para pelayan berpakaian jubah berwarna indah, duduk atau berbaring dengan sabar menanti kedatangan maut, yang pasti akan datang dengan cepat dan tanpa rasa sakit,mungkin dengan racun. Dengan penuh keyakinan mereka
menginginkan kehidupan baru di luar kubur bersamasama majikan nya. Tetapi siapakah yang menanamkan gagasan tentang kelahiran kembali ini ke dalam benak orang penyembah berhala ini?

Kuil di Mesir juga membingungkan. Naskah naskah purbakala dari rakyat di lembah sungai Nil, berceritera tentang makhluk makhluk hebat yang menjelajahi cakrawala dengan kapal. Suatu naskah sejarah kuno tentang dewa matahari berbunyi: “Engkau kawin di bawah bintang-bintang dan bulan, engkau menghela kapal dari Aten di sorga dan di bumi bagaikan bintang-bintang yang berputar tak jemujemunya, dan bagaikan bintang di Kutub Utara yang tak pernah terbenam”. Suatu prasas ti pada suatu piramida berbunyi: “Engkau adalah yang mengarahkan kapal matahari selama jutaan tahun”.

Sekalipun misalnya orang-orang Mesir kuno itu adalah akhli-akhli matematika yang telah maju, masih tetap janggal kedengarannya kalau mereka berbicara tentang jutaan tahun yang dihubungkan dengan bintangbintang dan kapal dari sorga. Apa kah yang dikatakan oleh Mahabarata ? “Waktu adalah benih dari Alam Semesta”.

Di Memphiss dewa Ptah mengajukan kepada raja dua mode cara merayakan ulang tahun tahta kerajaan dan memerintahkan kepada raja supaya merayakan ulang tahun itu enam kali dalam seratus ribu tahun. Ketika dewa Ptah datang untuk menyerahkan model itu, ia datang mengendarai kereta perang dari sorga yang gemerlapan dan kemudian menghilang ke dalam cakrawala bersama kendaraannya.

Gambar-gambar tentang matahari bersayap dan burung elang untuk berburu, yang membawa simbol-simbol keabadian dan kehidupan abadi, sekarang masih terdapat pada pintupintu dan kuil kuil di Idfu. Di dunia ini di manapun tak terdapat tempat yang banyak sekali memiliki garnbaran-gambaran dewa bersayap ini selain di Mesir. Setiap wisatawan mengetahui Pulau Elephantine dengan Nilometernya yang terkenal itu di Aswan. Pulau itu disebut pulau Elephantine, karena kelihatannya seperti gajah. Dalam naskah-naskah tertuapun pulau itu sudah disebut demikian. Naskah itu tepat, karena pulau itu memang benar menyerupai gajah. Tetapi dari mana orang Mewsir purbakala itu tahu. Bentuk gajah itu hanya akan dapat jelas dilihat dari kapal udara yang terbang tinggi sekali, karena di dekat pulau itu tidak terdapat gunung yang memungkinkan untuk melihat dari atasnya sehingga orang dapat membandingkan bentuk pulau itu dengan bentuk gajah.

Suatu prasasti pada suatu bangunan di Idfu mengatakan bahwa bangunan itu berasal dari zaman gaib. Rancangan dasarnya dibuat oleh IsnHotep, makhluk yang didewakan. IsnHotep ini adalah seorang yang misterius dan sangat pandai, boleh dikatakan Einstein di zaman itu. Ia adalah sekaligus pendeta, penulis, tabib, arsitek dan filsuf. Menurut para arkeologis, di zaman IsnHotep satu-satunya jenis perkakas yang digunakan rakyat ialah potongan-potongan dari tembaga yang sama sekali tidak mungkin dapat dipakai untuk memotong dan mengukir balok granit. Namun demikian IsnHotep telah mendirikan sebuah piramida bertangga bagi rajanya di Sakkara yang disebut Zoser. Bangunan yang tingginya 197 kaki ini telah dibangun dengan arsitektur yang begitu tinggi sehingga para arsitek Mesir dari zaman berikutnya tak dapat menyamainya. Konstruksi ini dikelilingi oleh tembok setinggi 33 kaki dan sepanjang 1.750 kaki, dan disebut Rumah Bake. Yang dibuat oleh InsHotep. Ia sendiri minta dimakamkan dalam bangunan ini, dengan harapan agar dibangunkan oleh para dewa bila mereka datang kembali.

Kita ketahui bahwa semua piramida dibangun pada letak yang disesuaikan dengan posisi bintang tertentu. Apakah hal ini tidak memalukan, jika diingat bahwa kita tidak pernah banyak menemukan bukti-bukti tentang kemajuan astronot di Mesir ? Sirius adalah satu di antara beberapa bintang yang menjadi perhatian mereka. Tetapi perhatian yang bersahaja inipun agak aneh, karena dilihat dari Memphis, bintang sirius ini hanya dapat diamati pada dini hari. Pada saat itu sirius tepat berada di atas ufuk di mana sungai Nil mulai pasang. Yang lebih membingungkan lagi ialah di Mesir terdapat kalender dari 4221 tahun sebelum tarikh kita. Kalender ini didasarkan kepada terbitnya bintang sirius itu (tanggal satu Taut = tanggal 19 Juli) dan memberikan perputaran tahun, lebih dari 32.000 tahun.

Diakui bahwa para astronom kuno dari tahun ke tahun mempunyai banyak waktu untuk mengamati matahari, bulan, bintang-bintang, sampai akhirnya mereka menentukan bahwa bintang-bintang itu kembali ke tempat semula setelah kurang lebih 365 hari. Tetapi memang agak menggelikan mendasarkan kalender pada bintang sirius, kalau mendasarkannya pada matahari dan bulan memang lebih mudah, dan dapat memberikan hasil-hasil yang lebih tepat. Mungkin kalender sirius ini adalah suatu sistem tambahan, suatu teori kemungkinan karena kalender itu tak pernah dapat dipakai untuk meramalkan terbitnya bintang itu sendiri. Jadi kalau bintang sirius muncul di atas ufuk pada fajar menyingsing dan bertepatan dengan mulainya pasang sungai Nil, itu semata-mata kebetulan belaka. Sungai Nil tidak pasang setiap tahun dan tidak pernah pada hari yang sama. Lalu apa dan untuk apa kalender sirius ? Apakah mengenai hal ini terdapat pula risalahnya ? Apakah ada naskah atau suatu janji yang disembunyikan dengan sangat hati-hati oleh kependitaan?

Kuburan di mana terdapat kalung dan tulang, kerangka binatang, yang sama sekali tidak dikenal, barangkali milik raja Udimu. Dari mana asalnya binatang itu? Bagaimana kita dapat menjelaskan fakta bahwa orang-orang Mesir telah menggunakan bilangan desimal berbaris sepuluh sejak awal dinasti pertama? Bagaimana munculnya peradaban yang begitu tinggi di zaman sedini itu ? Di manakah di dunia ini muncul zaman tembaga dan zaman perunggu sedini seperti munculnya zaman itu di awal peradaban Mesir ? Siapakah yang memberikan pengetahuan pada mereka tentang matematika dan bacaan-bacaan yang telah siap untuk dipelajari?

Sebelum membicarakan bangunan monumen yang menimbulkan banyak pertanyaan, mari kita mengarahkan pandangan dulu sepintas lalu kepada naskah lama. Dari manakah para pembawa ceritera Seribu Satu Malam mendapatkan gagasan yang mengagetkan itu?
Bagaimana orang dapat mengarang ceritera tentang lampu ajaib itu? Khayalan apakah yang memberanikan diri penulis untuk mengarang Ali Baba dan empatpuluh pencuri dengan ceritera kata-kata sandinya: “Sesam bukalah?”.

Sekarang, semua itu memang mengherankan lagi bagi kita, karena dengan memutar saklar pesawat televisi, di layarnya segera muncul gambar-gambar yang dapat berbicara. Dan karena sekarang sudah banyak toserba besar-besar yang pintunya dapat terbuka sendiri dengan menggunakan photocel, maka perkataan “Sesam bukalah!” sudah bukan lagi suatu misteri. Namun demikian daya khayal para penutur ceritera zaman dahulu kala itu begitu luar biasa, sehingga kalau dibandingkan, buku-buku tentang khayalan ilmiah karangan para penulis kontemporer hanyalah merupakan buah pikiran yang dangkal belaka. Jika demikian halnya, para penutur ceritera purbakala itu pasti te lah melihat, mengalami, dan mengetahui banyak hal yang dapat menduduki khayalan mereka.

Dalam dunia dongengan dan yang menyerupai hikayat dari kebudayaan yang serba abstrak, yang tidak dapat memberikan pegangan kita seolah-olah berdiri di atas landasan yang goyah, sehingga segala sesuatu itu tambah membingungkan. Sebenarnya ceritera-ceritera rakyat di Polandia dan Norwegia kuno pun ada menyebut-nyebut “dewa” yang bergerak di udara. Dewi Frigg mempunyai pembantu perempuan bernama Gna. Dewi itu mengutus pembantunya ke segala penjuru dunia, dengan mengendarai kuda yang dapat terbang di atas daratan dan lautan. Kuda itu dinamai ”Pelempar Kuku-kuda”. Pada suatu hari, demikian tutur hikayat itu, Gna bertemu dengan makhluk-makhluk aneh di udara. 

Dalam Alwislied bumi, matahari, bulan dan alam semesta, diberi nama yang berbeda-beda; tergantung kepada yang melihatnya, apakah manusia, “para-dewa” raksasa, atau manusia kerdil. Bagaimana orang bumi ini di masa silam yang samar-samar itu sampai kepada persepsi yang berbeda-beda tentang sesuatu yang sama ketika cakrawala sangat terbatas? Sekalipun sarjana Snarri Sturlison sampai tahun 1200 setelah Masehi tidak menuliskan dongeng hikayat dan nyanyian Nordic, dan Jerman kuno, namun semua itu diketahui telah berumur ribuan tahun. Dalam tulisan-tulisan ini, simbol dunia sering digambarkan sebagai piringan atau bola, cukup menarik bukan? 

Sedangkan Thor sebagai pimpinan para dewa, selalu digambarkan membawa palu perusak. Herbert Kuhn menyokong pendapat bahwa kata “palu” yang berarti “batu” berasal dari zaman batu, dan baru diteruskan ke zaman perunggu dan besi. Oleh karena itu Thor dengan simbol palunya pasti sudah sangat tua dan mungkin ber asal dari zaman batu. Selain dari itu kata “Thor” dalam dongeng-dongeng India dalam sangkrit, disebut “Tanayitnu”, yang kurang lebih berarti “Guntur” Thor kaum Nordic, yakni dewanya para dewa; adalah raja dari Wannen dalam bahasa Jerman, yang membuatlangit tidak aman.

Dalam memperdebatkan aspek-aspek baru yang saya kemukakan untuk menyelidiki masa silam, keberatannya ialah bahwa tidaklah mungkin mengumpulkan segala sesuatu dari tradisi-tradisi purbakala yang dapat memberi petunjuk tentang peristiwa-peristiwa khayangan dan menjadikannya sebagai bukti dari adanya wisata ruang angkasa di zaman purbakala. Tetapi yang saya lakukan bukanlah itu. Saya hanya menunjukkan bagian-bagian
dari naskah-naskah Purbakala yang tidak mendapat tempat dalam hipotesa kerja yang dipergunakan sampai sekarang. Saya hanya sekedar membuat lubang pada tempat-tempat yang diakui sulit, di mana para penulis, para penterjemah, para penyadur, tidak mempunyai bayangan tentang pengetahuan-pengetahuan dan produk-produknya. Saya juga bersedia untuk menganggap terjemahan-terjemahan itu salah dan saduransadurannya kurang cermat, kalau tradisitradisi yang palsu dan telah ditambah-tambah itu secara keseluruhan tidak diterima setelah tradisi itu dapat dimasukkan ke dalam rangka sesuatu agama atau hal lainnya.

Tidaklah baik bagi seorang penyelidik ilmiah untuk mengingkari sesuatu yang bertentangan dengan hipotesa kerjanya, dan hanya menerimanya kalau sesuatu itu mendukung teorinya. Bayangkanlah bentuk dari teori saya itu dari kekuatan yang dicapainya, jika terjemahan-terjemahan baru yang dibuat dengan “pandangan ke ruang angkasa” itu benar-benar ada! Untuk memperkokoh rangkaian thesis ini, dapat saya kemukakan di sini bahwa dekat Laut Mati telah ditemukan fragmen-fragmen dari naskah-naskah pewahyuan dan peribadatan.

Dalam kitab-kitab apokripa tentang Abraham dan Musa, sekali lagi kita mendengar tentang kereta perang sorga dengan roda-rodanya yang memantulkan api, sedangkan dalam buku tentang Henokh di Etiopia dan di Slavia, hal itu tidak terdapat. Dalam buku tersebut diungkapkan: “Di belakang makhluk itu saya melihat sebuah kereta perang yang mempunyai roda-roda dari api dan setiap roda di sekelilingnya penuh dengan mata, dan
pada roda-roda itu ada sebuah mahkota yang tertutup dengan api yang ke luar dari sekelilingnya”.

Menurut penjelasan dari Gershom Scholem, simbolisme mahkota dan kereta perang dari mistik-mistik Yahudi pada garis besarnya sesuai dengan simbolisme mistik-mistik Helenistis dan mistik Kristen terdahulu, manakala mistik-mistik ini berbicara tentang lautan cahaya yang disebut “pleroma”. Penjelasan itu patut dihargai, tetapi apakah dapat diterima sebagai telah dibuktikan secara ilmiah ? Bolehkah kita bertanya, bagaimana halnya kalau ada beberapa orang yang benar-benar telah melihat kereta perang yang menyala-nyala, yang berulang-ulang dilukiskan itu? Suatu prasasti rahasia amat sering dipergunakan dalam surat surat Qumran. Di antara dokumen-dokumen dalam gua ke empat, bermacam-macam tanda dan huruf terdapat silih berganti dalam suatu karya astrologi yang sama. Suatu pengamatan astronomi diberi judul “Kata-kata dari seseorang yang bijaksana yang di tujukannya kepada segenap putra dari fajar”.

Apakah tidak mungkin bahwa kereta perang yang dilukiskan dalam naskah-naskah purbakala itu benar-benar pernah ada? Sudah tentu boleh sekali untuk menentukan bahwa kereta perang tak mungkin pernah ada di zaman purbakala. Tetapi jawaban demikian sama sekali tidak ada harganya kalau datangnya dari orang yang saya coba untuk mencari pilihan lain dengan pertanyaan-pertanyaan saya itu.

Akhir-akhir ini para sarjana terkemuka mengatakan, bahwa tak mungkin ada batu meteor jatuh dari langit, karena di sana tidak ada batu. Bahkan para akhli matematika abad ke sembilan belas pun pernah berkesimpulan bahwa kereta rel tak mungkin dapat berjalan dengan kecepatan lebih dari 21 mil per jam karena dengan kecepatan demikian, udara dalam kereta akan habis tertekan ke luar, sehingga para penumpangnya akan mati lemas. Kurang dari seratus tahun yang lalu, telah “dibuktikan” bahwa benda yang lebih berat dari udara tak mungkin dapat terbang.

Suatu ulasan dalam suatu surat kabar terkemuka menggolongkan buku “Kita Tidak Sendirian” karangan Walter Sullivan, ke dalam buku-buku khayalan ilmiah dan selanjutnya mengatakan bahwa kapanpun tidak mungkin orang dapat mencapai bintang epsilon eridani atau Tauceti; bahkan efek dari pergeseran waktu atau rintangan pembekuan pada astronaut karena dingin, pun tak akan dapat diatasi dalam jarak yang tak masuk akal jauhnya itu.

Ada baiknya juga bahwa di masa silam selalu terdapat pengkhayal-pengkhayal yang berani, yang melupakan kritik-kritik kontemporer. Tanpa adanya mereka barangkali sekarang tak akan pernah ada jaringan rel dengan kereta berkecepatan 124 mil lebih per jam. Tanpa adanya mereka, sekarang tak akan pernah ada pesawat udara jet, sebab pesawat itu tak akan dapat terbang (karena lebih berat dari udara). Dan tak akan pernah ada roket ke bulan (manusia tak dapat meninggalkan bumi). Masih banyak lagi hal-hal yang tak mungkin, kecuali bagi para pengkhayal.

Sejumlah sarjana ada yang senang berpegang teguh pada apa yang disebut kenyataan. Dengan cara demikian mereka lupa bahwa apa yang sekarang menjadi kenyataan mungkin kemarin masih merupakan impian dari seorang pengkhayal. Banyak sekali penemuan yang membuka zaman baru; yang zaman sekarang kita anggap kenyataan, sebenarnya hanya karena kebetulan saja, bukan karena hasil penyelidikan yang mantap dan sistematis.

Sebagian di antaranya adalah berkat adanya para “Pengkhayal yang serius” yang telah
berhasil mengatasi segala prasangka penghambat terhadap spekulasi-spekulasi mereka yang berani itu. Sebagai contoh, karena Heinrich Schliemann menganggap “Odyssey” karangan Homer tidak hanya sebagai cerita dan dongeng belaka, melainkan lebih dari itu, ia berhasil menemukan Tray suatu kota di Asia Kecil kurang lebih pada tahun 1200 sebelum masehi.Pengetahuan kita tentang masa lampau masih terlalu sedikit untuk digunakan dalam menilai masa silam itu sendiri. Penemuan-penemuan baru dapat memecahkan misteri-misteri yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bacaan tentang keterangan-keterangan mengenai purbakala, dapat menjungkir-balikkan dunia realitas. Secara sambil lalu, nyata bagi saya bahwa sebenarnya dari buku-buku kuno lebih banyak yang musnah dari pada terpelihara. Menurut dugaan bahwa di Amerika Selatan pernah ada sebuah buku yang berisi segala kearifan purba kala; diduga bahwa buku itu dimusnahkan oleh Penguasa suku Inca Keenampuluh tiga Panchacuti IV.

Di Alexandria pernah terdapat perpustakaan milik Ptolemy Soter terdiri dari 500.000 buku, berisi adat-istiadat umat manusia; perpustakaan ini sebagian dimusnahkan oleh orang- orang Romawi dan sisanya dibakar habis atas perintah Khalifah Umar bin Khottob, beberapa ratus tahun kemudian. Bagaimana jadinya perpustakaan kuil di Darussalam? Bagaimana jadinya perpustakaan Pergaman yang diduga berisi 200.000 judul itu ? Kekayaan ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia apakah yang turut hilang bersama buku-buku tentang astronomi, filosofi dan sejarah yang dimusnahkan dalam tahun 214 sebelum masehi, atas perintah Kaisar Chi Huang dari Cina ? Berapa banyak naskah yang dimusnahkan sebagai akibat dari perpindahan agama dari Paulus di Ephesus ? Bahkan kita tidak dapat membayangkan berapa banyak kekayaan kepustakaan, tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang telah musnah se bagai akibat dari fanatisme agama. Berapa ribu tulisan-tulisan yang tak dapat diperoleh kembali, yang telah dibakar musnah oleh para rahib dan para utusan keagamaan di Amerika Selatan, dalam semangat keagamaan mereka yang membuta? Semua itu telah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Apakah umat manusia telah mendapat pelajaran dari kejadian-kejadian itu?

Hanya setengah abad yang lalu, Hitler membakar musnah banyak sekali buku; dan baru- baru ini, tahun 1966 hal semacam itu terjadi lagi di Cina ketika Mao Che Tung melancarkan revolusi kebudayaan atau revolusi taman kanak-kanak. Untunglah, sekarang buku-buku dicetak tidak hanya satu buah seperti dahulu kala. Naskah-naskah dan fragmen yang masih ada, dapat mengalihkan pengetahuan dari masa silam. Hampir sepanjang masa para arif bijaksanawan dari sesuatu bangsa mengetahui, bahwa masa depan itu selalu membawa perang dan revolusi pertumpahan darah serta kobaran api. Apakah hal ini menyebabkan para arif-bijaksanawan menyelamatkan rahasia dan tradisi dari pemusnahan oleh massa orang banyak dengan menyimpannya dalam bangunan-bangunan yang aman? Apakah mereka telah “menyembunyikan” informasi atau istilah dalam piramida-piramida, kuil-kuil, dan patung-patung atau mewariskannya dalam bentuk huruf atau tulisan, sehingga dapat bertahan terhadap keganasan waktu ? Sudah tentu harus kita uji gagasan ini demi masa depan kita, karena gagasan-gagasan yang sezaman dengan kita, telah berbuat demikian juga.

Dalam tahun 1965 orang-orang Amerika di New York mengubur dua kapsul waktu dalam tanah sedemikian rupa, sehingga dapat tahan terhadap kemungkinan-kemungkinan bencana alam selama 5000 tahun. Kapsul waktu ini berisi berita yang ingin kita sampaikan kepada anak cucu keturunan kita, sehingga pada suatu hari kelak, mereka yang ingin memerangi kegelapan yang meliputi masa silam dari nenek moyang mereka, akan dapat mengetahui cara bagaimana kita hidup sekarang.

Kapsul-kapsul ini dibuat dari logam yang lebih keras dari pada baja; ini akan tahan terhadap ledakan atom. Selain dari berita sehari-hari, kapsul-kapsul ini, pula berisi potret tentang kota-kota, kapal-kapal, mobil-mobil, pesawat udara, dan roket; terdapat pula di dalamnya, contoh-contoh logam dan plastik, tekstil, benang dan pakaian; juga mewariskan benda- benda dari kehidupan sehari-hari seperti; uang logam, perkakas kecil, alat-alat kecantikan; buku-buku tentang; matematika, obat-obatan, pengetahuan alam dalam bentuk microfilm.

Untuk melengkapinya demi kepentingan ras yang akan datang yang belum kita ketahui siapa, kapsul-kapsul ini diisi pula dengan “kunci”, yakni suatu buku petunjuk tentang cara bagaimana menterjemahkan segala tulisan yang terdapat di dalamnya ke dalam bahasa yang akan datang. Cara penerusan informasi kepada keturunan kita dalam bentuk kapsul ini adalah gagasan dari sekelompok insinyur dari perusahaan Westinghouse Electric.
Sedangkan sistem penterjemahannya ke dalam bahasa generasi-generasi mendatang yang tidak diketahui, adalah ciptaan John Harrington.

Sinting ? Pengkhayal ? Saya sendiri berpendapat bahwa pelaksanaan proyek ini adalah menguntungkan dan meyakinkan. Sungguh menyenangkan, mengetahui bahwa sekarang terdapat orang orang yang berpikir jauh 5.000 tahun ke muka ! Para arkeologis masa mendatang yang dekat sekalipun tidak akan mendapatkan segala sesuatu yang bertalian dengan masa silam mereka semudah kita sekarang, karena setelah kabakaran akibat dari ledakan-ledakan atom; tak ada suatu perpustakaan pun di dunia ini yang akan berguna lagi dan segala yang telah kita capai dan menjadi kebanggaan kita, tak akan bernilai sepeserpun karena semuanya telah lenyap, telah hancur luluh, telah diatomisasikan. Untuk membenarkan gagasan orang-orang Arnerika di New York itu, tidak diperlukan suatu kebakaran akibat ledakan atom yang memorakporandakan dunia. Pergeseran sumbu bumi
beberapa derajat saja, akan menyebabkan banjir besar yang tak tertahankan dan belum pernah terjadi sebelumnya, akan memusnahkan setiap kota yang ada.

Adakah orang yang begitu sombong menuduh bahwa para arif-bijaksanawan dahulu kala tidak memikirkan suatu tindakan seperti yang telah dilakukan oleh penduduk New York itu? Tak dapat diragukan lagi bahwa para akhli strategi perang bom Atom atau bom Hidrogen tidak akan membidikkan senjata-senjata mereka ke perkampungan rakyat Zulu atau rakyat Eskimo yang tidak berbahaya itu. Mereka akan menggunakan senjatanya untuk menghantam pusat-pusat kebudayaan. Dengan perkataan lain kekacauan akibat radio aktivitas akan menimpa rakyat yang paling maju kebudayaannya. Orang-orang primitif dan setengah beradab yang jauh dari pusat kebudayaan akan disisakan dari pemusnahan. Mereka ini tak akan mampu meneruskan kebudayaan kita atau sekalipun hanya memberikan risalahnya, karena mereka tidak ikut serta dalam kebudayaan itu. Bahkan para cendikiawan dan para pengkhayal yang mencoba memelihara perpustakaan di bawah tanah tak akan mampu berbuat banyak bagi masa mendatang.

Perpustakaan-perpustaakaan akan musnah, dan rakyat primitif yang selamat tidak akan mengetahui banyak tentang perpustakaan rahasia yang tersembunyi ini. Daerah-daerah luas akan menjadi padang kering dan panas, karena radio aktivitas yang berjalan ratusan
tahun menyebabkan tiada sebatang tumbuhanpun yang dapat tumbuh di atasnya. Orang- orang yang selamat barangkali akan mengungsi dan selama 2000 tahun tak akan ada yang menghuni kota-kota yang dihancurkan itu. Kekuatan alam akan menelan perjalanannya melalui reruntuhan-reruntuhan; besi dan baja akan berkarat dan remuk menjadi debu. Dan segala sesuatu akan mulai dari permulaan! Manusia dapat menjalani petualangan untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya. Barang kali lagi ia akan membutuhkan waktu sekian lamanya untuk menjadi makhluk beradab, sehingga rahasia-rahasia tentang tradisi dan naskah-naskah lama tertutup baginya. Lima ribu tahun kemudian setelah malapetaka, para arkeologis dapat menyatakan bahwa manusia abad kedua puluh belum mengenal besi. Ini dapat dimengerti karena mereka tidak akan menemukannya sepotongpun, bagaimanapun cara mereka mencari dan menggali.

Sepanjang perbatasan Rusia, mereka akan menemukan perangkap tank yang bermil-mil panjangnya, yang terbuat dari beton. Mereka mungkin akan menerangkan bahwa penemuan itu tak ayal lagi, menunjukkan garis-garis astronomi. Kalau mereka menemukan tape atau cassette recorder lengkap dengan pitanya, mungkin mereka tidak akan mengetahui apa yang harus diperbuat dengan benda-benda itu. Bahkan mereka tidak akan
dapat membedakan tape yang sudah disetel dari yang belum. Padahal barangkali tape itu mengandung pemecahan banyak persoalan. Naskah-naskah mengenai kota-kota raksasa dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi mungkin tak akan dihiraukan karena kota-kota semacam itu dianggap tak mungkin pernah ada. Para sarjananya mungkin akan menganggap terowongan jalan kereta di bawah tanah di London sebagai barang aneh yang ada hubungannya dengan geometri, atau suatu sistem pengeringan tanah yang telah
dirancang dengan matang.

Mereka mungkin terus sampai kepada risalah risalah tentang manusia terbang dari satu benua ke benua lainnya dengan burung-burung raksasa, yang disebut sebagai kapal-kapal yang menyembur kan api dan dapat menghilang masuk ke dalam awan. Itupun akan dianggap sebagai dongengan belaka, karena burung raksasa semacam itu tak mungkin pernah ada. Semua itu akan menjadi lebih sulit bagi para penterjemah dalam tahun 7000.

Kenyataan tentang perang dunia dalam abad keduapuluh, yang mungkin dapat mereka ketahui dari kutipan naskah, oleh mereka akan dianggap tak masuk akal. Tetapi kalau mereka mendapatkan naskah-naskah pidato Marx dan Lenin, mereka akhirnya akan mampu mengangkat dua orang pendeta agung pada abad yang tak dimengerti ini sebagai pusat keagamaan abad itu. Untunglah ! Orang mungkin akan dapat menerangkan banyak, asal saja petunjuk untuk itu ada dan cukup pada mereka. Lima ribu tahun bukan merupakan waktu sedikit. Kalau ada suatu balok kayu yang dihiasi dapat bertahan 5000 tahun, itu semata-mata perubahan alam yang luar biasa. Sedangkan balok besi yang paling tebalpun tak akan tahan sekian lama.

Di halaman sebuah kuil di Delhi, sebagaimana telah saya sebut terdapat suatu pilar terbuat dari bagian-bagian besi yang dilas. Pilar ini telah berdiri selama 4000 tahun, terbuka bagi segala pengaruh cuaca, namun sama-sekali tidak ada tandatanda berkarat. Selain itu, pilar itu tidak terpengaruh oleh belerang dan phospor. Di sini kita berurusan dengan suatu jenis logam campuran yang hingga sekarang sama sekali asing bagi kita. Pilar itu barangkali dibuat oleh sekelompok insinyur yang berpandangan jauh ke muka dan tidak mempunyai
cukup bahan untuk membuat bangunan raksasa, tetapi ingin mewariskan kebudayaan mereka kepada keturunannya; yaitu melalui monumen yang tak dapat dimakan oleh usia itu.

Adalah suatu hal yang memalukan, di mana walau dengan teknik paling mutakhir masa sekarang ini pun bangunan dari kebudayaan masa silam yang telah maju itu tak dapat kita jiplak. Tumpukan-tumpukan batu itu masih tetap ada di sana, tak dapat disingkirkan. Karena apa yang seharusnya tidak perlu ada, tentu tidak dapat ada. Orang sedang mencari penjelasan yang “rasional”. Mari kita lepas kain penutup mata kita dan turut mencari penjelasan itu.
 http://gunungtoba2014.blogspot.com
KEAJAIBAN PURBAKALA ATAU PUSAT WISATA RUANG ANGKASA?
Dari kota Damaskus ke Utara, di sana terdapat suatu teras yang disebut “Baalbek”; yakni suatu podium atau panggung yang terdiri dari balok-balok batu, di antaranya ada yang panjang nya 65 kaki dan beratnya 2.000 ton. Sampai se karang para arkeologis belum dapat menjelaskan secara meyakinkan; mengapa, bagaimana, dan oleh siapa teras Baalbek itu dibangun. Tetapi seorang Profesor Rusia yang bernama Agrett, menduga
teras itu adalah sisa-sisa dari landasan lapangan udara raksasa.

Berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dari para akhli tentang Mesir, Mesir purbakala muncul di depan kita secara mendadak, lengkap dengan peradabannya yang sudah siap tanpa masa transisi. Kota-kota besar dengan kuil besar-besar, patung-patung raksasa yang gagah perkasa, jalan-jalan indah diapit oleh arca-arca besar, sistem pengeringan yang sempurna, pusara-pusara mewah yang dipahat dari batu karang, piramidapiramida raksasa dan lain-lain yang aneh; seolah olah muncul begitu saja dari dalam tanah; merupakan
keajaiban asli yang sekonyong-konyong telah mencapai puncaknya tanpa diketahui sejarahnya .

Tanah pertanian yang subur hanya terdapat di Delta Nil dan pada tepi kanan kiri sungai itu, yang menurut taksiran para akhli jumlah penduduknya pada waktu piramida besar sedang didirikan adalah sekitar 50.000.000 orang. Suatu jumlah yang secara menyolok kontradiksi dengan jumlah penduduk dunia pada tahun 3000 sebelum masehi, yang ditaksir hanya 20.000.000 orang. Dalam penaksiran yang begitu besar, selisih satu atau dua juta, kurang atau lebih tidak menjadi soal. Tetapi satu hal yang sudah jelas, mereka harus diberi makan. Di sana bukan hanya terdapat rombongan pekerja konstruksi, tukang batu, akhli teknik, dan pelaut; bukan hanya ratusan ribu budak belian, melainkan juga tentara yang bersenjata lengkap, sejumlah pendeta yang disanjung-sanjung, para pedagang, petani, dan pegawai sipil; dan tidak kalah pentingnya dengan yang lain, ialah kehidupan mewah dari Firaun beserta ke luarganya. Dapatkah mereka hidup dari hasil pertanian yang hanya sedikit dari Delta Nil itu ?

Seharusnya orang mengatakan.kepada saya, bahwa balok-balok batu yang diperlukan untuk membangun kuil itu didatangkan ke sana dengan jalan mendorongnya di atas gelondongan kayu. Tetapi orang-orang Mesir tak akan pernah menebangi pohon yang jumlahnva hanya sedikit itu, untuk dijadikan kayu gelondongan. Karena pohon-pohon di sana umumnya adalah pohon korma yang buahnya diperlukan untuk pangan, sedangkan
pohon dan daunnya adalah satu-satunya peneduh untuk melindungi tanah dari kekeringan. Tetapi dari pernyataan di atas tentu mereka harus pernah memiliki kayu gelondongan, sebab jika tidak maka tidak akan didapat penjelasan teknik sekalipun yang selemahlemahnya tentang pembangunan piramida-piramida itu.

Apakah kayu untuk keperluan itu diimpornya? Untuk mengimpor kayu diperlukan armada kapal pengangkut yang cukup besar. Setelah kayu itu dibongkar di pelabuhan Alexandria, masih perlu diangkut lagi melalui sungai Nil ke Kairo. Oleh karena Mesir pada waktu membangun piramida besar tidak mempunyai kuda dan gerobak, maka tak ada kemungkinan lain. Gerobak dan kuda tak dikenal orang di Mesir sampai dinasti ketujuh belas kira-kira tahun 1600 sebelum masehi. Jadi masalahnya sekarang ialah penjelasan yang meyakinkan tentang pengangkutan balok batu itu. Para sarjana tentu akan mengatakan bahwa gelondongan-gelondongan kayu memang dibutuhkan. Banyak sekali persoalan yang ada hubungannya dengan teknologi pembangunan piramida itu, tetapi penyelesaiannya belum ada yang tepat.

Bagaimana caranya orang-orang Mesir memahat pusara dari batu karang? Sumber dan dana apakah yang mereka miliki untuk membangun gedung gedung kesenian dan ruangan-ruangan besar? Dindingnya licin-licin dan hampir semuanya dihiasi dengan gambar-gambar relief. Lubang-lubang terowongan melandai ke bawah menuju lantai yang berbatu karang. Mereka telah membuat anak tangga menuju ke kamar mayat jauh di bawah, dengan seni yang paling tinggi. Para wisatawan mengaguminya, tetapi tiada seorangpun di antara mereka yang mendapatkan penjelasan tentang cara penggaliannya. Namun dapat dipastikan bahwa orang-orang Mesir itu sejak dahulu kala adalah akhli dalam pembuatan terowongan, karena pusara-pusara yang dipahat dari satu balok karang yang dibuatnya sebelumnya persis sama dengan yang paling akhir. Tidak ada beda antara pusara Tety dari dinasti keenam dengan pusara Ramses I dari Kerajaan Baru, sekalipun terdapat tenggang waktu sedikit-dikitnya 1000 tahun di antara kedua pembuatannya. Jelas sekali bahwa orang-orang Mesir tidak memerlukan sesuatu yang baru terhadap teknik lama mereka.

Bangunan-bangunan yang lebih baru, sebenarnya merupakan jiplakan yang kurang sempurna dari model-model terdahulu. Wisatawan yang mengunjungi piramida Cheops di sebelah barat Kairo dengan naik unta yang biasanya dipanggil Wellington atau Napoleon, akan diliputi perasaan aneh, seperti perasaan yang biasanya ditimbulkan oleh peninggalan masa silam yang misterius. Penunjuk jalan akan mengatakan bahwa seorang Firaun telah
membuat pekuburan di sini. Setelah memotret beberapa obyek, si wisatawan pulang dengan membawa sedikit keterangan ilmiah itu. Piramida Cheops ini telah menginspirasikan beratusratus teori yang lemah dan gila.

Dalam buku “Pusaka kita dalam Piramida Besar” karya Charles Piazzi Smith, berisi 600 halaman, diterbitkan dalam tahun 1864; kita dapat membaca banyak hubungan antara piramida dan bumi kita, yang memerindingkan bulu roma. Namun demikian, kalau diselidiki secara kritis, buku itu masih mengandung fakta-fakta yang memancing celaan.

Sudah diketahui umum bahwa orang-orang Mesir purbakala menganut agama matahari. Dewa Matahari mereka “Ra,” menjelajahi langit dengan kendaraan yang mengeluarkan letusan-letusan api. Naskah-naskah tentang piramida dari kerajaan kuno pun melukiskan wisata-wisata sorga yang dilakukan oleh raja, yang sebenarnya dengan bantuan para dewa dan kapal mereka. Jadi para dewa dan para raja di Mesir semuanya telah terlibat dalam penerbangan.

Apakah benar-benar hanya kebetulan saja bahwa bila tinggi piramida Cheops diperbanyak dengan seribu juta, akan menjadi 98.000.000 mil kira-kira sesuai dengan jarak antara matahari dan bumi ? Apakah kebetulan juga, bahwa garis meridian yang melalui piramida-piramida membagi benua dan samudera menjadi dua bagian yang sama? Apakah kebetulan juga, bahwa luas bidang dasar piramida itu bila dibagi oleh dua kali tinggi, hasil
baginya adalah r = 3.14159 yang sangat terkenal itu? Apakah kebetulan juga, bahwa mereka dapat menemukan cara menghitung berat bumi?

Apakah kebetulan juga bahwa tanah yang berbatu-batu di mana bangunan itu berdiri telah diratakan secara cermat sekali ? Tidak ada sedikitpun petunjuk untuk menjelaskan mengapa orang-orang yang membangun piramida Cheops dan Firaun Khufu, yang justru memilih tanah padang pasir yang terjal berbatu batu untuk tempat bangunan itu. Adalah masuk akal kalau Firaun Khufu menggunakan celah alamiah yang terdapat dalam batu karang untuk bangunan raksasanya. Keterangan lain walaupun lemah, menyebut bahwa ia ingin mengawasi jalannya pekerjaan dari istana musim panasnya. Kedua alasan itu bertentangan dengan pikiran sehat. Dalam hal pertama; apakah tidak lebih praktis kalau tempat bangunan itu lebih dekat kepada tambang di sebelah Timur, untuk memperpendek jarak transport bahan ? Dalam hal kedua, adalah mustahil kalau Firaun mau diganggu
oleh hiruk pikuk pekerjaan pembangunan piramida, setiap hari. Oleh karena banyak kritik yang perlu dikemukakan terhadap buku-buku keterangan tentang pemilihan tempat bangunan itu, maka beralasanlah kiranya kalau dipertanyakan; apakah para “dewa” tidak turut menentukannya, sekali pun hanya lewat kependetaan ? Tetapi kalau penjelasan itu diterima, maka ada lagi satu pembuk tian yang penting terhadap teori saya tentang masa silam utopi dari umat manusia.

Karena piramida itu tidak hanya membagi benua-benua dan samudera-samudera menjadi dua bagian yang sama, melainkan juga letaknya yang tepat di pusat gratifikasi benua-benua. Kalau kenyataan di atas bukan kebetulan dan memang agaknya sulit untuk percaya bahwa itu kebetulan saja, maka lokasi bangunan itu pasti telah dipilih oleh makhluk-makhluk yang mengetahui benar bentuk bulat dari bumi ini serta bentangan benua dan samudera di atasnya. Dalam hubungan ini, hendak nya kita ingat kembali akan peta-peta milik Piri Reis
dari Turki yang terurai dalam bab III . Jadi semuanya itu bukanlah kebetulan atau harus di anggap dongeng bohong belaka.

Dengan kekuatan apa, dengan “mesin-mesin” apa dan dengan teknik apa lapangan batu terjal itu diratakannya? Bagaimana caranya para akhli teknik bangunan itu membuat terowongan ke bawah menembus batu karang itu? Dan bagaimana cara meneranginya ? Baik di sini maupun di pusara pusara para raja di lembah-lembah, yang dipahat dalam balok batu karang, tidak ada tanda-tanda bahwa di situ pernah digunakan obor atau sebangsanya. Tidak ada langit-langit atau dinding yang hitam atau bekas membersihkan jelaga hitam.

Bagaimana dan dengan alat apakah balok batu itu dipotong dan dikeluarkan dari tambangnya? Bagaimana menajamkan pinggirannya dan menghaluskan sisi-sisinya? Bagaimana mengangkutnya dari tambang ke tempat pekerjaan dan bagaimana menyambungkannya satu sama lain sampai seteliti seperseribu inci? Sekali lagi orang dapat memilih penjelasan di antara: dataran miring dan rata di mana balok-balok batu
didorong, perancah dan jalur-jalur landai. Dan tentu saja tenaga kerja yang terdiri dari ratusan ribu budak belian, petani, akhli bangunan, dan pengrajin. Tiada satupun dari keterangan-keterangan ini yang tahan terhadap penelitian-penelitian kritis. Piramida besar sampai sekarang masih merupakan bukti nyata dari suatu teknik yang tak pernah dapat dipahami. Sekarang dalam abad kedua puluh ini, tiada seorang arsitekpun yang dapat menjiplak piramida Cheops itu, sekalipun disediakan bahan dan dana dari segenap benua. 2.600.000 potong balok raksasa telah dipotong dan ditambang, dihias, diangkut dan dipasang di tempat lokasi bangunan seteliti satu perseribu bagian dari satu inci. Dan jauh di bawah di dalam ruang-ruang, semua dindingnya digambari dengan cat berwarna.

Lokasi dari piramida itu adalah hasil ulah dari Firaun. Ukuran “klasik”nya yang tak tertandingi itu bagi para pendirinya hanyalah secara kebetulan saja. Beberapa ratus ribu pekerja mendorong dan menghela balok batu yang masing-masing seberat dua belas ton lebih ke atas jalur landai dengan tali yang tak pernah ada di atas gelondongan-gelondongan kayu yang tak pernah ada. Kelompok pekerja ini hidup dengan makan gandum tak juga pernah ada. Mereka tidur dalam kemah kemah yang tak pernah ada yang dibangun di luar halaman istana musim panas Firaun. Para pekerja itu dikomando dengan aba-aba “Holopis kuntul baris” melalui pengeras suara yang tak pernah ada, maka dengan demikian balok batu itu serentak didorong ke atas.

Dan jika para pekerja yang rajin itu setiap hari mencapai jatah pekerjaan hariannya yang luar biasa itu, yakni sepuluh balok ditumpuk satu di atas yang lainnya; maka untuk memasang 2.600. 000 balok batu menjadi suatu piramida yang megah itu memerlukan waktu 260.000 hari atau 664 tahun. Ya, dan jangan lupa pula, bahwa semua itu terjadi sebagai hasil dari ulah seorang raja sinting yang tak pernah mengalami penyelesaian
bangunan yang telah diilhamkan kepadanya.

Memang, tak perlu menganggap teori ini sebagai sesuatu yang menggelikan. Siapakah secara jujur percaya bahwa piramida itu tak lain dan tak bukan ialah pusara seorang raja? Siapakah yang sekarang menganggap bahwa penerusan simbol simbol matematika dan astronomi adalah suatu hal yang kebetulan belaka? Sekarang sudah disepakati umum, bahwa piramida besar itu dihubungkan kepada Firaun Khufu sebagai penerima ilhamnya dan sebagai pendirinya. Mengapa? Karena semua prasastinya dan lembaran-lembaran
sejarahnya dihubung-hubungkan kepadanya.

Bagi saya jelas nampaknya, bahwa piramida itu tidak dapat dibangun dalam satu masa hidup seseorang. Tetapi bagaimana kalau Khufu memaksa orang untuk membuat prasasti dan lembaran sejarah itu karena ingin termasyhur? Cara itu sangat populer di zaman purba; banyak bangunan menjadi saksi. Jika seorang diktator ingin supaya dirinya masyhur, ia memerintahkan supaya keinginannya itu terlaksana, kalau itu halnya maka piramida itu telah ada sebelum Khufu memperkenalkan diri.

Di Perpustakaan Bohlean di Oxford terdapat sebuah tulisan kuno di mana pengarang “Copti” bernama Mas-Udi menetapkan bahwa Raja Mesir yang bernama Surid-lah yang membangun piramida besar di Mesir itu. Cukup aneh, Surid ini memerintah Mesir sebelum banjir besar. Raja Surid yang bijaksana ini memerintahkan para pendeta, supaya menuliskan segala kearifan mereka, dan menyembunyikannya di dalam piramida. Jadi,
kalau menurut hikayat Copti, piramida itu didirikan sebelum banjir besar. Herodatus dalam Buku II nya tentang “Sejarah “ memperkuat dugaan itu. Para pendeta dari Thebes telah menunjukkan kepadanya 341 buah patung raksasa, yang masing-masing berarti satu generasi kependetaan tinggi, sedang seluruhnya mencakup masa 11.340 tahun.

Sekarang kita mengetahui bahwa tiap pendeta tinggi telah dibuatkan patung baginya untuk selama masa kehidupannya. Herodatus juga mengatakan bahwa selama ia bertempat tinggal di Thebes setiap pendeta secara bergiliran menunjukkan patungnya masing-masing kepadanya sebagai bukti seorang putera selalu mengikuti jejak ayahnya. Para pendeta itu menjamin bahwa pernyataan mereka itu sangat cermat karena mereka telah mencatat segala sesuatunya untuk generasi-generasi mendatang. Mereka menerangkan pula bahwa tiap patung dari 341 buah patung itu mewakili satu generasi. Sebelum 341 generasi ini para dewa hidup bersama-sama manusia biasa, sedangkan setelah itu tidak ada seorang dewapun yang datang mengunjungi mereka dalam bentuk manusia.

Masa sejarah mesir ditaksir kirakira 6500 ta hun. Kalau begitu mengapa para pendeta itu tak malu-malunya mendustai wisatawan Herodatus dengan 11.340 tahun itu? Dan mengapa mereka itu dengan tegas menekankan bahwa tak ada dewa hidup di tengah-tengah mereka selama 341 generasi? Perincian ini tidak akan ada artinya sama sekali jika para “dewa” benar-benar tidak pernah hidup di antara mereka di zaman yang silam itu.

Kita hampir tidak mengetahui apa-apa tentang bagaimana, mengapa, dan bila piramida itu dibangun. Sebuah gunung buatan setinggi 490 kaki dengan berat 6.500.000 ton berdiri di sana sebagai bukti dari kehebatan yang dicapai pada waktu itu. Monumen ini diduga bukan apa-apa melainkan kuburan mewah dari seorang raja yang sangat royal. Setiap orang yang percaya kepada keterangan demikian boleh datang di sana. Mummi-mummi yang juga tidak dapat mengerti dan belum dijelaskan dengan meyakinkan, menatap kita dari masa yang baru saja silam, seolah-olah mereka itu memegang beberapa rahasia ajaib.

Sebagian orang ada yang mengetahui teknik pembalseman mayat. Penemuan-penemuan arkeologis memperkuat dugaan bahwa makhluk purbakala percaya akan adanya kehidupan badaniah kedua di kemudian hari. Interpretasi demikian akan dapat diterima jika dalam falsafah agama dari kepurbakalaan terdapat bukti yang paling dekat dari kepercayaan akan kehidupan badaniah kedua. Jika nenek moyang kita yang masih primitif itu hanya percaya akan adanya kehidupan rohaniah kedua, maka mereka tidak akan begitu repot-repot
mengenai kematian itu. Tetapi penemuan dalam pusara-pusara di Mesir memberikan contoh demi contoh dari pembalseman mayat sebagai persiapan untuk kehidupan badaniah yang kedua itu.

Apa yang dikatakan oleh bukti, apa yang di katakan oleh pembuktian terlihat dan tidak akan begitu menggelikan. Lukisan-lukisan dan hikayat hikayat sebenarnya menunjukkan bahwa para “dewa” berjanji akan datang kembali dari bintang bintang untuk membangunkan mayat-mayat yang dibalsem sesempurnasempurnanya, untuk memasuki kehidupan baru. Itu sebabnya maka ketentuan tentang pembalseman mayat dalam ruang-ruang penguburan dibuat sedemikian praktis, karena diperuntukkan bagi kehidupan di balik kubur ini. Jika tidak demikian, lalu apa kiranya yang telah mereka lakukan dengan uang, permata, dan segala
benda lsesayangan mereka? Hal itu mereka lakukan karena bagi mereka itu bahkan di dalam pusaranya disediakan juga beberapa pelayan yang pasti telah dikubur hidup-hidup.Titik berat dari segala persiapan itu ialah kelanjutan kehidupan dalam kehidupan baru. Pusara-pusara itu sangat tahan lama dan kokoh hampir tahan akan bom atom, dan dapat menahan keganasan alam sepanjang masa. Barang-barang berharga yang ditinggalkan di dalarnnya, seperti emas, dan batu pertama, sebenarnya tak dapat rusak.

Di sini saya tidak akan menyinggung pembicaraan tentang penyalah-gunaan pembalseman yang terjadi kemudian. Saya harus berkepentingan dengan pertanyaan: Siapakah gerangan yang memasukkan gagasan tentang kelahiran kembali badaniah ini ke dalam benak orang- orang penyembah berhala ini? Dan dari mana datangnya gagasan yang berani ini yakni bahwa sel-sel dari badan seseorang harus diawetkan, sehingga, jika mayatnya disimpan di dalam tempat yang ditutup sangat rapat dapat dibangunkan kembali untuk mematuhi
kehidupan baru, beribu-ribu tahun kemudian?

Selama ini masalah pembangunan kembali yang misterius ini hanya baru ditinjau dari segi keagamaan saja. Tetapi bagaimana halnya dengan Firaun yang kita anggap lebih banyak mengetahui tentang sifat dan kebiasaan para “dewa” dari pada kawula-kawula negaranya, apakah dia juga mempunyai gagasan-gagasan gila ini? “Aku harus membuat pekuburan bagi diriku sendiri, yang tak dapat rusak selama jutaan tahun dan dapat dilihat orang jauh dari seberang negeri. Para dewa berjanji akan datang kembali dan akan membangunkan daku, untuk memulihkan daku hidup kembali”.

Apa yang harus kita katakan tentang itu dalam abad ruang angkasa ini? Akhli pengetahuan alam dan astronomi Robert C.W. Ettinger, dalam bukunya berjudul “Prospek dari Keabadian”, terbitan tahun 1965; menyarankan suatu cara untuk membekukan badan kita sedemikian rupa sehingga sel-selnya dilihat dari segi biologi dan medis masih tetap hidup, tetapi kegiatannya terhambat satu milyar kali. Gagasan ini di masa sekarang masih utopis, tetapi kenyataannya klinik besar sekarang mempunyai “bank tulang” yang mengawetkan tulang manusia dalam keadaan sangat dingin yang membekukan, sehingga selselnya tetap
hidup selama bertahun-tahun dan pada waktunya nanti dapat digunakan kembali. Darah segar ini pun sudah diperaktekan di seluruh dunia sekarang dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas pada suhu 196_C di bawah nol, sedangkan sel-sel hidup dapat disimpan untuk waktu yang hampir tak terbatas pada suhu dari nitrogen cair. Apakah Firaun juga mempunyai gagasan yang fantastis, yang segera direalisasikan dalam praktek?

Yang berikut ini anda harus membacanya dua kali untuk memahami benar implikasi yang fantastis dari penelitian ilmiah sebagai berikut. Walaupun bulan Maret 1963, para biologis dari University of Oklahoma memastikan bahwa sel-sel kulit dari seorang putera Mesir yang. bernama Mene dapat hidup, sedangkan ia telah meninggal dunia beberapa ribu tahun yang lalu. Beberapa penemuan di berbagai tempat yang ada muminya, mummi itu telah diawetkan demikian sempurnanya dan utuh, sehingga kelihatannya seperti hidup. Mummi glasier peninggalan orang-orang Inca sudah bertahan berabad-abad dan secara teori mereka mampu untuk hidup kembali. Utopi?

Dalam musim panas tahun 1965, televisi Rusia memperlihatkan dua ekor anjing yang telah dibekukan selama seminggu. Pada hari ketujuh anjing-anjing itu di “cairkan” kembali dan sekonyong-konyong hidup kembali seperti sediakala. Orang Amerika (ini bukan rahasia) sedang memikirkan dengan serius suatu bagian dari program ruang angkasanya, yakni bagaimana membekukan para astronot yang akan datang untuk perjalanan mereka yang
panjang sekali ke bintang-bintang yang jauh.

Dr. Eltinger yang sering mencek masa kini dan meramalkan hari depan di mana orang tidak lagi akan dapat dimakan api atau cacing. Badan manusia akan dibekukan dalam kuburan yang sangat dingin atau bunker-bunker pembeku, sambil menanti kemajuan di bidang kedokteran yang dapat menghilangkan sebab-sebab dari kematian mereka dan kemudian menghidupkan mereka ke dalam kehidupan baru. Orang dapat memahami impian yang mengerikan tentang sepasukan tentara yang dibekukan, dan kemudian akan “dicairkan” kembali bila perlu, terutama dalam keadaan perang; suatu gagasan yang benar-benar menakutkan.

Tetapi apa hubungannya mummi itu dengan teori kita tentang wisatawan-wisatawan ruang angkasa di masa silam itu? Apakah saya dengan tergesa-gesa sedang menggali bukti-bukti? Saya bertanya: Bagaimana orang-orang purbakala mengetahui bahwa sel-sel badan tetap hidup kemudian mengendur semilyar kali setelah mengalami pengerjaan tertentu ? Dan darimana asalnya gagasan tentang keabadian dan bagaimana orang-orang mendapatkan konsepsi tentang kebangkitan kembali badaniah? Kebanyakan orang purbakala mengetahui teknik permummian; orang kaya benar-benar mempraktekkannya.

Di sini saya tidak mempersoalkan fakta yang dapat diperlihatkan ini melainkan mencari jawaban atas pertanyaan, dari mana asalnya gagasan tentang bangun kembali atau hidup kembali. Apakah gagasan itu timbul pada beberapa raja atau putra mahkota bangsa pengembara hanya semata-mata secara kebetulan saja, atau karena ada beberapa penduduk kaya yang melihat para “ dewa” merawat mayat dengan proses yang sulit kemudian menyimpannya dalam peti mayat yang terbuat dari batu yang tahan bom?
Apakah ada beberapa wisatawan ruang angkasa mengajarkan kepada seorang pangeran yang cerdas dan berdarah raja, bagaimana mayat dapat di bangunkan kembali setelah mendapat perawatan khusus? Spekulasi ini mernerlukan konfirmasi dari sumber-sumber kontemporer. Dalam beberapa ratus tahun mendatang umat manusia akan menguasai penerbangan ruang angkasa yang sekarang masih di anggap tak masuk akal. Biro-biro keparawisataan akan menawarkan tour ke planet-planet dengan tanggal pemberangkatan dan tanggal kembali yang tepat dalam brosur-brosurnya.

Jelaslah bahwa persyaratan bagi penguasaan ini ialah semua cabang ilmu pengetahuan harus mengikuti perkembangan ruang angkasa. Elektronika dan sibernetika saja tidak cukup. Kedokteran dan biologi akan memberikan bantuannya dengan jalan menemukan suatu cara untuk memperpanjang fungsi-fungsi vital dari badan manusia. Bagian ini dari penelitian ruang angkasa sekarang sedang giat-giatnya bekerja.

Di sini kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah para angkasawan purbakala sudah mengetahui bahwa kita harus tumbuh kembali dari permulaan lagi? Apakah para cendekiawan purbakala telah mengetahui caracara pengawetan badan manusia supaya dibangkitkan kembali setelah ribuan tahun kemudian? Atau barangkali ada beberapa “dewa“ yang cerdas, menaruh perhatian pada “pengawetan” sekurang-kurangnya
satu sosok mayat dengan maksud supaya kelak kemudian hari dapat dihidupkan kembali untuk ditanyai tentang sejarah generasinya ? Mungkinlah interogasi semacam itu yang dilakukan oleh para dewa sudah pernah terjadi?

Dalam perjalanan waktu berabad-abad, mummifikasi yang semula adalah suatu hal yang suci, lama kelamaan akan menjadi mode. Sekonyong konyong setiap orang ingin dihidupkan kembali. Sekonyong-konyong setiap orang menduga bahwa ia dapat memasuki kehidupan baru selama ia masih mengikuti cara-cara nenek moyangnya.

Para pendeta tinggi yang juga mempunyai pengetahun tentang kebangkitan kembali banyak mempengaruhi cara peribadatan ini, karena kelom poknya memanfaatkan cara ini dengan baik. Saya telah menyebut kemustahilan jasmaniah dan usia para raja Sumeria, dan telah menyebut beberapa data dari Injil. Telah saya pertanyakan pula, apakah tidak mungkin bahwa raja-raja ini adalah wisatawan ruang angkasa yang telah memperpanjang jenjang hidupnya melalui efek pergeseran waktu pada penerbangan antar bintang yang kecepatannya hanya sedikit di bawah kecepatan cahaya.

Apakah kita barangkali sedang mendapat petunjuk ke dalam zaman orang-orang yang disebut dalam naskah, kalau kita mengasumsikan bahwa mereka itu telah dibalsem atau dibekukan ? Kalau kita ikuti teori ini, maka para wisatawan ruang angkasa yang tak dikenal itu mungkin adalah orang-orang terkemuka purbakala yang dibekukan ditidurkan seperti dalam dongeng, kemudian dikeluarkan dari tempat penyimpanannya, “dicairkan kembali, kemudian bercakap-cakap dalam kunjungan mereka berikutnya. Pada tiap akhir kunjungannya, para pendeta tinggi yang diangkat oleh para pendeta wisatawan ruang angkasa ditugaskan untuk menyiapkan mayat yang akan diawetkan dan disimpan dalam kuilkuil besar sampai para “dewa” itu datang kembali. 

Tak mungkin? Menggelikan? Justru kebanyakan manusia yang merasa dirinya terikat oleh hukum-hukum alam itu, yang paling bodohlah yang menentang teori ini. Bukankah alam sendiri yang suka mempertontonkan contoh-contoh yang bagus sekali tentang “tidur di musim dingin” dan kebangkitan kembali ini ? Ada beberapa jenis ikan yang setelah dibekukan dan kemudian dimasukkan ke dalam suhu yang sedang, dapat hidup kembali dan berenang lagi dalam air. Bunga-bunga dan tempayak bukan hanya suka tidur di musim dingin, melainkan mereka dapat muncul kembali dengan segar bugar dalam warna dan bungkus yang baru.
 http://gunungtoba2014.blogspot.com
Biarlah saya menjadi penganjur terkutuk. Apakah orang-orang Mesir belajar pembalseman mayat itu dari alam? Kalau memang demikian adanya, maka harus ada cara pemujaan khas bagi kupu-kupu atau kembang, atau sekurang-kurangnya ada tanda-tanda dari cara pemujaan demikian. Tetapi mayatnya tidak ada. Pusara-pusara di bawah tanah memang berisi peti-peti batu besar berisi binatang-binatang yang dibalsem. Tetapi sekalipun diketahui keadaan cuaca atau iklimnya, orang-orang Mesir itu tak dapat meniru tidur musim dingin dari binatang.

Lima mil dari Helwan terdapat lebih 5000 pusara dari berbagai ukuran yang semuanya berasal dari zaman dinasti pertama dan kedua. Pusara-pusara ini menunjukkan bahwa mumifikasi telah berusia 6.000 tahun lebih. Dalam tahun 1953 Profesor Emery menemukan sebuah pusara besar dalam pekuburan yang sudah tidak terpakai lagi di Sakkare Utara. Pusara ini dihubungkan dengan pikiran dari dinasti pertama. Terpisah dari pusara utama terdapat lagi 72 pusara lainnya, diatur dalam tiga barisan. Dalam pusara-pusara ini dibaringkan mayat-mayat para pelayan yang ingin menyertai raja-rajanya dalam dunia baru. Tidak terdapat tanda-tanda bekas penganiayaan pada mayat 64 orang pemuda dan 7 orang pemudi ini. Mengapa ke 72 orang ini mau dikurung dalam ruangan ini sampai mati ?

Kepercayaan akan kehidupan di balik kuburlah yang dapat memberi penjelasan tentang phenomena ini. Di samping emas dan batu permata, dalam pusara para Firaun itu terdapat pula persediaan jagung, minyak nabati, rempah-rempah; yang jelas dimaksudkan untuk persediaan penghidupan yang akan datang. Selain oleh para pencuri kuburan, pusara-pusara itu pernah pula dibuka oleh firaun-firaun. Para firaun ini menemukan persediaan pangan bagi nenek moyangnya itu dalam keadaan masih baik dan utuh. Dengan perkataan lain, persediaan pangan itu tidak dimakan oleh mumi dan tidak pula dibawa pindah ke dunia lain. Dan jika pusara ini akan ditutup kembali; persedian pangan segar dimasukkan ke dalam ruang di bawah tanah yang aman terkunci, dan disegel supaya tidak dicuri orang. Jelas sekali bahwa orang orang Mesir percaya akan kebangkitan kembali dalam waktu mendatang yang jauh, bukan kebangkitan kembali yang segera dalam waktu dekat ini.

Pada bulan Juni tahun 1954, juga di Sakkara telah ditemukan sebuah pusara yang masih utuh, belum dirampok orang. Ini terbukti dari adanya peti yang berisi emas dan batu permata masih utuh dalam ruang pekuburan. Peti batu berisi mumi itu ditutup dengan tutup yang bisa digeser, bukan dengan tutup yang biasanya dapat di angkat. Pada tanggal 6 Juli, Dr. Gonein membuka peti batu itu dengan segala upacara. Pusara itu ternyata kosong. Sama sekali kosong tanpa mumi. Apakah muminya pindah meninggalkan segala
perhiasannya?

Rodenko seorang Rusia, menemukan kuburan dari Kurgan V, lima puluh mil dari perbatasan Mongolia Luar. Kuburan ini berbentuk bukit batu yang di dalamnya diperhalus dengan kayu. Seluruh ruang pekuburannya dibungkus oleh lapisan es abadi, sehingga isi dari pekuburan itu ada dalam pengawetan dengan jalan pembekuan. Satu di antara ruang-ruang pekuburan itu berisi mayat seorang pria dan seorang wanita yang kedua-duanya telah dibalsem. Kedua-duanya dibekali persediaan yang mungkin akan mereka butuhkan dalam kehidupan yang akan datang; seperti makanan dalam pinggan, pakaian, batu permata, dan alat-alat musik. Segala sesuatunya beku dan dalam keadaan pengawetan yang sempurna sekali. Demikian juga keadaan mumimumi yang telanjang bulat. Dalam salah satu ruang pekuburan, para sarjana menemukan suatu persegi panjang berisi 4 baris yang masing-masing terdiri dari 6 bujur sangkar. Dalam tiap bujur sangkar ini terdapat lukisan. Keseluruhan persegi panjang ini merupakan suatu tiruan dari permadani batu yang ada di Istana Asyiria di Niniveh.

Arca-arca aneh yang menyerupai Sphinx dengan tanduk yang rumit di atas kepalanya dan sayap di punggungnya dapat dilihat dengan jelas. Posisi arca-arca ini seperti yang akan terbang. Tetapi motivasi untuk kehidupan rohaniah berdua tak mungkin dapat didasarkan kepada penemuan-penemuan di Mongolia itu. Cara pembekuan yang dipergunakan di sana untuk itulah pekuburan ini sebelah dalamnya dilapisi kayu, adalah terlalu banyak di dunia ini dan nyata sekali di maksudkan untuk keperluan-keperluan yang berkaitan dengan bumi. Mengapa orang-orang purbakala itu menduga bahwa mayat yang diproses secara ini dapat mencapai suatu keadaan yang memungkinkan pembangkitan kembali? Ini tetap merupakan suatu teka teki, walaupun hanya untuk sementara.

Di kampung Wu Chan di negeri Cina terdapat sebuah pusara yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 45 x 39 kaki. Di dalamnya terdapat kerangka tulang dari 17 lelaki dan 24 perempuan. Tidak seorangpun di antaranya menunjukkan tanda-tanda bekas kekerasan. Ada pusara gletsier di Andes, ada pusara es di Liberia, ada pusara perorangan maupun kelompok di Cina, Sumeria dan Mesir. Mumi-mumi telah ditemukan di Utara maupun di Afrika Selatan. Semua mayat itu dibekali perbekalan untuk kehidupan baru. Semua pusara telah dibangun dan dibuat demikian kokoh sehingga dapat bertahan ribuan tahun.

Apakah semua ini hanya kebetulan belaka? Apakah semua ini hanya kesukaran atau ulah aneh aneh dari nenek moyang kita? Apakah memang ada janji di zaman purbakala akan adanya perkembalian badaniah yang tidak kita ketahui? Siapakah yang membuat janji itu?
Beberapa pusara yang sudah berumur 10.000 tahun telah digali di Jericho. Di dalamnya ditemukan sejumlah model tengkorak yang sudah berumur 8.000 tahun. Model-model itu dibuat dari batu kapur. Inipun mengherankan, karena orang-orang dari zaman itu belum mengenal teknik pembuatan tembikar. Di bagian lain dari Jericho di temukan rumah berderet-deret. Dinding-dinding rumah di bagian atasnya melengkung ke dalam seperti kubah. Pemeriksaan dengan isotop carbon C 14 menunjukkan, bahwa rumah-rumah itu sudah berumur 10.400 tahun. Kita ketahui bahwa isotop carbon C 14 dapat digunakan untuk menentukan umur rumah-rumah itu sama benar dengan yang telah disampaikan oleh para pendeta Mesir kepada kita. Mereka mengatakan bahwa nenek moyang mereka yang juga pendeta, telah dibebas-tugaskan 11.000 tahun yang lalu. Apakah ini juga hanya kebetulan saja ?

Batu-batuan pra sejarah di Lussac, Perancis merupakan penemuan yang istimewa. Batu- batu itu menunjukkan gambar dari pria-pria yang berpakaian modern; bertopi, memakai jaket, dan bercelana pendek. Abbe Breuil mengatakan bahwa gambar-gambar itu adalah otentik. Pernyataannya ini menyebabkan prasejarah menjadi membingungkan. Siapakah yang telah memahat batu-batu itu? Siapakah yang telah mengkhayal bahwa penghuni gua yang masih berbaju kulit binatang, dapat menggambar manusia dari abad ke duapuluh pada dinding?

Beberapa lukisan dari zaman batu yang betul-betul hebat, telah ditemukan pula di Luscaux di Perancis Selatan dalam tahun 1940. Lukisan-lukisan itu begitu hidup dan masih utuh, bagaikan lukisan di zaman sekarang. Dua pertanyaan segera timbul dalam benak kita. Bagaimana caranya menerangi dinding gua itu supaya para artis zaman batu itu dapat menyelesaikan tugasnya yang.sulit itu? Mengapa dinding-dinding itu harus dihias dengan lukisan-lukisan yang mengherankan itu ? Biarkanlah pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh mereka yang menganggap pertanyaan itu pertanyaan tolol. Jika penghuni gua dari zaman batu itu masih primitif dan setengah biadab, mereka tak akan mampu membuat lukisan-lukisan yang sangat mengherankan itu. Tetapi kalau mereka mampu, mengapa mereka tidak mampu membuat kubu-kubu untuk berteduh? Para pejabat terkemuka pun mengakui bahwa sudah sejak jutaan tahun yang lalu, binatang mampu membuat sarangnya
sendiri untuk tempat berteduh. Tetapi pengakuan bahwa homo sapiens juga mempunyai kemampuan yang sama seperti sejak jutaan tahun pula, tidak cocok dengan hipotesa kerja kita.
  http://gunungtoba2014.blogspot.com
Di padang pasir Gobi, jauh di bawah reruntuhan Khara Khota, Profesor Koslov menemukan pusara yang ditaksir berasal dari tahun 12.000 sebelum Masehi. Pusara itu tempatnya tidak jauh dari tempat vitrifikasi yang ajaib itu, yang hanya mungkin terjadi dengan panas yang sangat tinggi. Peti batunya berisi dua mayat pria kaya. Di atas peti batu itu terdapat suatu tanda lingkaran dibagi dua dengan sebuah garis vertikal. Di Pegunungan Subis di pantai barat Borneo terdapat suatu jaringan gua-gua yang di dalamnya dibuat seperti katedral. Di antara penemuan yang hebat ini terdapat pula hasil tenunan yang demikian halus dan indahnya, sehingga orang tak dapat membayangkan bahwa itu telah dibuat oleh orang-orang setengah biadab. Pertanyaan, pertanyaan, sekali lagi pertanyaan, ...

Keraguan pertama dengan lihainya beralih bentuk menjadi teori arkeologi stereotype. Tetapi yang kita perlukan ialah pendobrakan semak belukar dari masa silam itu. Batu-batu penunjuk harus didirikan lagi, bila perlu harus ditetapkan sejumlah seri tanggal tertentu.
Boleh saya jelaskan di sini bahwa saya tidak meragukan sejarah dari 2000 tahun terakhir. Saya hanya berbicara khusus tentang sejarah purbakala yang jauh ke belakang, tentang kegelapan yang paling hitam; yang ingin saya terangi dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru. Saya juga tidak dapat memberikan angka dan tanggal yang menunjukkan sejak kapan kunjungan para cendekiawan tak dikenal dari alam semesta dan kapan mulai mempengaruhi para cendekiawan muda. Tetapi saya berani meragukan cara
sekarang untuk menentukan tanggal yang ditetapkan kepada masa silam itu.

Saya ingin menyarankan supaya peristiwa yang sedang menjadi perhatian saya, yakni zaman Paleolithic Dini ditempatkan antara tahun 10.000 dan 40.000 sebelum masehi. Cara kita untuk menentukan tanggal yang ada sampai sekarang, termasuk di dalamnya C 14 yang memuaskan setiap orang itu, akan meninggalkan gap besar apabila kita harus berurusan dengan jangka waktu kurang dari 5000 tahun. Semakin tua yang harus kita teliti, radio carbon itu semakin tidak dapat di percaya. Bahkan para sarjana vang terkenalpun menganggap metoda C 14 itu sebagai gertakan belaka, karena kalau suatu substansi organis berumur antara 30.000 dan 50.000 tahun, umur sebenarnya dapat ditentukan berapa saja di antara kedua batas itu. Kritik-kritik ini hanya dapat diterima dalam batas- batas tertentu; karena meskipun begitu cara kedua yang sesuai dengan C 14 dan didasarkan kepada alat pengukur paling mutakhir tak ayal lagi sangat diperlukan.


Sumber:
www.betaufo.org

No comments:

Post a Comment