Gunung Piramida Diabadikan dalam Buku
Buku tentang penelitian piramida di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip diluncurkan.
ddd
Kamis, 28 Juli 2011, 08:30Indra Darmawan
VIVAnews - Kini, sudah lewat beberapa bulan, sejak upaya pertama mengungkap keberadaan gunung piramida di Indonesia, sekitar awal tahun ini. Namun kebenaran tentang ada atau tidaknya bangunan piramid di bawah bukit itu hingga kini masih tersaput kabut misteri
Untuk menyingkap teka-teki besar itu, siang ini, Kamis 28 Juli 2011, penerbit buku Ufuk Press berencana meluncurkan sebuah buku bertajuk 'Penemuan Atlantis Nusantara'.
Menurut pihak penerbit, Ufuk Press, buku ini berisi tentang hasil penelitian dan eksplorasi yang dilakukan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, terhadap dua bukit yang diduga menyimpan bangunan piramida di dalamnya, yakni Gunung Lalakon di daerah Soreang Bandung, dan Gunung Sadahurip di daerah Sukahurip, Pengatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Hanya saja, Turangga Seta, kelompok yang pertama kali mengklaim bahwa Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip adalah gunung piramida, justru tidak tahu-menahu tentang penyusunan buku ini, dan kapan penelitian dan eksplorasi tersebut dilakukan.
"Kami sama sekali tidak tahu ada penyusunan buku ini, dan kapan pihak Badan Geologi melakukan penelitian," ujar Agung Bimo Sutedjo kepada VIVAnews Rabu malam, 27 Juli 2011. Seharusnya, Agung melanjutkan, penyusunan buku ini juga melibatkan pihak-pihak yang pertama kali melakukan melakukan penelitian.
Sebelumnya, klaim adanya piramida di bawah Gunung Lalakon dan Sadahurip diungkapkan oleh Kelompok Turangga Seta. Sekitar awal Februari 2011, mereka mengajak para pakar geologi kawakan: Danny Hilman Natawidjaja, Eko Yulianto, dan Andang Bachtiar, melakukan uji geo listrik di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip.
Salah satu anggota tim peneliti yang merupakan pakar geologi senior, Andang Bachtiar, sempat menyatakan bahwa hasil uji geolistrik yang mereka lakukan menemukan struktur yang tidak alamiah. "Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini unnatural (tidak alamiah - red)," katanya.
Namun, belakangan ketika dikonfirmasi VIVAnews, Andang mengatakan bahwa hasil analisis itu masih belum bisa menyimpulkan apa-apa. Masih banyak hal yang perlu dibuktikan, kata Andang.
Upaya membuktikan keberadaan piramida di bawah Gunung Lalakon sudah sempat diupayakan oleh Tim Turangga Seta. Mereka melakukan penggalian di daerah puncak Lalakon, di ketinggian 986 meter, dengan mengajak peneliti Pusat Survei Geologi Badan Geologi Departemen ESDM Bandung, Engkon Kertapati.
Ketika itu, pada kedalaman sekitar 1,5 meter dan 3,7 meter, tim Turangga Seta sempatmenemukan batu-batu boulder yang mereka duga sebagai batu bronjongan agar tanah penutup bangunan piramida tidak longsor.
Saat itu, batu-batu bronjongan tadi ditemukan tersusun secara teratur dengan sudut kemiringan yang seragam, sekitar 30 derajat. Ketika itu, Engkon mengatakan bahwa seolah-olah ada gaya-gaya di luar kemampuan alamiah yang menyebabkan batu-batu bronjong tadi teratur rapi.
Namun, Engkon juga menegaskan bahwa bisa saja batuan andesit di perut Lalakon itu mengalami pelapukan secara alamiah sehingga secara 'kebetulan' membentuk pola-pola semacam itu.
Sayangnya, pencarian itu dihentikan sebelum mereka menemukan bangunan piramida yang dicari-cari. Selain kehabisan perbekalan, penggalian itu juga sempat ditentang oleh sebagian warga yang khawatir bila penggalian itu bakal mengganggu struktur menara BTS di puncak Lalakon.
Setelah penggalian dilakukan, pakar geologi Danny Hilman dan Eko Yulianto juga sempat datang ke puncak Gunung Lalakon dan mengambil sampel batuan dari dalam lubang penggalian.
Saat itu, Danny dan Eko mengatakan bahwa penemuan 'batu-batu bronjongan' tadi belum membuktikan apa-apa. "Mana yang aneh? Ini hal yang biasa dalam geologi," kata Danny kepada Iwan Kurniawan dari VIVAnews, di puncak Lalakon, Kamis 17 Maret 2011.
Lebih jauh, Danny mengatakan bahwa hasil uji geolistrik yang sempat dilakukan olehnya bersama Tim Turangga Seta, tidak bisa diinterpretasikan begitu saja. Sebab, tetap harus diuji dengan metode lain, seperti misalnya dengan uji seismik. Dan sayangnya, hingga kini belum ada penelitian lanjutan yang dilakukan oleh pemerintah.
Dalam peluncuran buku hari ini, rencananya Ufuk Press akan mengundang beberapa tokoh antara lain Dr Radar Panca Dahana yang sempat meneliti manuskrip kuno terkait mitos Atlantis, serta Dr Oman Abdurrahman dan Oki Oktariadi, dari Badan Geologi Kementerian ESDM.
© VIVA.co.id
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/236383-gunung-piramida-diabadikan-dalam-buku
No comments:
Post a Comment