Klaim Dan Interpretasi Hasil Penelitian – Kasus Piramida Gunung Sadahurip
Oleh: Hazrul Iswadi
Departemen MIPA Ubaya
Salah satu berita panas di media akhir-akhir ini adalah silang pendapat
tentang keberadaan piramida di Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat.
Silang pendapat muncul setelah Andi Arief, Staf Khusus Presiden bidang
Bantuan Sosial dan Bencana, merilis hasil penelitian dari Tim Bencana
Katastropik Purba yang difasilitasi oleh Andi Arief tersebut.
Salah satu petikan rilis Andi Arief pada media adalah “Dari beberapa
gunung yang di dalamnya ada bangunan menyerupai piramid, setelah
diteliti secara intensif dan uji karbon dating, dipastikan umurnya lebih
tua dari Piramida Giza” (detikcom, Minggu (22/11/2011)). Kemudian Andi
Arief melanjutkan dengan “Ada temuan mencengangkan tentang uji karbon
dating pada 3 lapis kebudayaan di kawasan Trowulan yang terlanjur kita
sebut Majapahit pada zaman sejarah masehi itu. Juga tentang
temuan-temuan lapisan sejarah di Lamri Aceh dan sekitarnya.”
Sesudah berita itu, hari-hari berikutnya sampai sekarang beragam
tanggapan muncul. Beberapa arkeolog meragukan dan ada juga yang
menyatakan bahwa tidak mungkin ada piramida di Gunung Sadahurip. Para
arkeolog yang meragukan kajian Tim Bencana Katastropik Purba tersebut
antara lain menyatakan tidak mungkin ada piramida di bawah gunung. Ada
pula ahli arkeolog yang menyatakan bahwa bangunan piramida tidak berdiri
sendiri, harus disertai peradaban yang ada disekelilingnya, dimana
peradaban yang menunjang berdirinya piramida di Garut tidak ada.
Kemudian ada pula ahli astronomi yang menyatakan secara geometri dan
astronomi tampakan Gunung Sadahurip tersebut tidak seperti piramida atau
candi Borobudur, yang semuanya memiliki hitungan geometri dan
astronomi.
Pada awalnya penulis juga meragukan adanya piramida di Gunung
Sadahurip. Bahkan penulis mulai sepakat dengan beberapa komentar
masyarakat di media masa bahwa berita tersebut adalah pengalihan isu
dari perkara korupsi yang sekarang menghantam partai Demokrat dengan
dahsyat. Kemudian penulis juga ingat beberapa berita-berita yang lain
dan mirip seperti harta karun Soekarno, yang ternyata sampai sekarang
tidak ada yang benar. Penulis semakin menduga-duga bahwa bakal ada satu
lagi berita bohong yang disampaikan ke publik untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Tapi penulis merasa ada yang ganjil dengan silang pendapat di atas.
Penulis juga merasa tidak fair jika tidak mencari berita yang
menjelaskan pekerjaan dari Tim Bencana Katastropik Purba. Penulis
mendapatkan di salah satu portal vivanews.com penjelasan dari tim
tersebut. Pada berita di atas dijelaskan upaya tim untuk mengetahui
siklus bencana, yang juga terjadi di masa lalu. Karena itu sebuah
kewajaran jika kemudian tim peneliti ini juga melakukan penelitian
terhadap peradaban kuno, yang diduga banyak yang ikut terhempas bencana.
Tim ini meneliti keterkaitan bencana dan peradaban. Mulai dari meneliti
kemungkinan musnahnya suatu peradaban karena bencana, hingga mencari
tahu kearifan lokal masyarakat masa lalu dalam menghadapi bencana.
Argumen-argumen yang dikemukan oleh tim terkait tentang latar belakang
dilakukan penelitian tersebut sangat logis dan runtut. Pembaca dapat
membaca lebih detil alasan-alasan tim tersebut di http://teknologi.vivanews.com/news/read/286361-bukan-pencarian-piramida-dan-harta-karun.
Tim membantah rumor yang menyebutkan penelitian ini dimaksudkan sebagai
pencarian piramid, apalagi pencarian harta karun. "Piramida, itu
terlalu awal," kata anggota tim lain yang juga ahli geologi ITB, Andang
Bachtiar. "Bagaimana kami mendapatkan kearifan masa lalu, itulah harta
karun bagi kami," lanjut Andang. Banyak penelitian-penelitian arkeologi
yang memang berhasil mengungkap keberadaan peradaban kuno yang tertimbun
oleh bencana besar. Sehingga tidak ada salahnya juga para peneliti Tim
Bencana Katastropik Purba melakukan hal yang sama di seluruh Indonesia.
Lantas kenapa penelitian oleh Tim Bencana Katastropik Purba menjadi
kontroversi? Kenapa muncul bantahan-bantahan terhadap hasil penelitian
tim tersebut?
Jika menilik kronologinya, kontroversi dan bantahan muncul setelah
hasil penelitian tersebut dirilis. Kontroversi dan bantahan muncul
ketika hasil penelitian diartikulasikan ke media masa dan masyarakat
umum. Dalam beberapa kasus, kutipan dan interpretasi terhadap hasil
penelitian seringkali sepotong-sepotong, bias, atau salah.
Bantahan dari ahli geologi lain atau masyarakat umum tentang
kemungkinan adanya struktur bangunan atau peradaban kuno di bawah gunung
atau suatu daerah purba yang diduga sudah terkena bencana muncul ketika
menanggapi hasil penelitian yang dipahami secara sepotong-sepotong.
Tidak ada salahnya tim di atas membuat hipotesis tentang kemungkinan
adanya struktur bangunan dan peradagan kuno yang terkubur di suatu
tempat jika mereka dapat menunjukkan dan membuktikan hipotesis tersebut.
Kita tinggal mencermati metode penelitian dan pembuktian hipotesis
mereka. Keadaan ini analog dengan yang terdapat dalam ilmu matematika,
klaim dan teorema tidak dapat dipisahkan dari pembuktian. Kita harus
membaca utuh semua rangkaian argumen, mulai dari klaim atau teorema yang
dikemukakan (dalam ilmu lain disebut dengan hipotesis) sampai dengan
argument penutup dari pembuktian klaim atau teorema tersebut.
Peneliti yang baik selalu menjunjung tinggi salah satu pilar dalam
etika penelitian yaitu kejujuran. Peneliti yang baik selalu menyatakan
secara jelas ruang lingkup dari klaim yang sudah dibuktikan atau dapat
diterangkan dari klaim yang sudah dibuktikan. Peneliti yang baik selalu
berhati-hati menginterpretasikan dan mengkomunikasikan hasil
penelitiannya sendiri. Coba tengok apa yang dinyatakan oleh Andang
Bachtiar di atas bahwa dugaan adanya piramida di situs-situs yang mereka
teliti terlalu awal. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya harta karun
di dalam piramida yang belum jelas juntrungan-nya.
Hasil penelitian yang dikemukan sepotong-sepotong berpotensi
menimbulkan bantahan, tudingan bahwa peneliti tidak kompeten, atau
tuduhan kebohongan yang dilakukan tim penelitian. Padahal jika semua
pihak yang ingin memahami suatu penelitian dengan sabar dan teliti maka
mereka akan dapat menilai dengan jernih apakah tim penelitian sudah
melakukan semua komponen penelitian dengan benar atau tidak. Hendaknya
kita tidak menjadi seperti seorang dengan mata tertutup yang langsung
memberi tanggapan setelah dengan hanya sekali meraba bagian tertentu
dari seekor gajah. Sehingga ketika seseorang yang tidak buta menyatakan
yang kita pegang adalah gajah, kita ngotot menyatakan tonggak karena
kebetulan bagian yang kita pegang adalah kaki gajah yang keras dan
kokoh.
Interpretasi hasil penelitian dapat menjadi bias jika dikaitkan dengan
situasi kalangan lebih luas yang diinformasikan dan pihak yang
menginformasikan. Masyarakat yang khatam dengan film Holywood ala
Indiana Jones pasti sedikit banyaknya berharap penelitian-penelitian
arkeolog selalu berakhir dengan situasi mencengangkan tentang adanya
lokasi harta karun yang melimpah atau adanya fenomena yang menandai
kedigjayaan kita di masa lampau. Masyarakat yang sedang frustasi dengan
keadaan sehari-hari yang semakin lama semakin sulit sangat berharap ada
mukjizat yang “logis” tentang adanya harta karun yang dapat membantu
mereka keluar dari kesulitan tersebut. Sehingga interpretasi tentang
harta karun yang bisa didapat dari penelitian akan selalu diasosiasikan
dengan uang, emas, atau kekayaan.
Penulis berpendirian bahwa peneliti juga bertanggung jawab pada
interpretasi hasil penelitiannya, tidak hanya hasil penelitian itu
sendiri. Penulis harus dapat mengawal interpretasi hasil penelitiannya
masih relevan dan berkaitan dengan hasil penelitian yang sudah
diperoleh. Pihak-pihak tertentu dapat melontarkan interpretasi yang
berbeda dari hasil penelitian sesuai dengan interes mereka
masing-masing. Jika dikaitkan dengan istilah sekarang berarti
interpretasi hasil penelitian mungkin saja “digoreng” oleh pihak-pihak
tertentu. Para politikus dapat menginterpretasikan hasil penelitian
sehingga interpretasi tersebut mendongkrak popularitasnya di mata
pemilih. Para birokrat dapat saja berkepentingan dengan interpretasi
hasil penelitian jika hal itu dapat mendongkrak karirnya. Bahkan kaum
usahawanpun akan berminat jika hasil penelitian berkaitan dengan
keuntungan usaha.
No comments:
Post a Comment