Senin, 28 Mei 2012 , 00:31:00 WIB
Laporan: Dar Edi Yoga
RMOL. Situs megalitikum ternyata tidak hanya ada di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Di provinsi tetangganya, Banten, situs sejenis juga ada. Namanya, situs megalitikum Cibedug yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.
Secara kasat mata, situs megalitikum Gunung Padang berupa punden berundak dengan lima teras, sementara di Cibedug terdiri dari sembilan teras dengan susunan batu berbentuk lonjong seperti menhir.
Penguasaan teknologi di situs Gunung Padang lebih maju ketimbang situs Cibedug. Di situs megalitikum Gunung Padang hampir semuanya terdiri dari bebatuan persegi panjang dan nyaris presisi, adapun di Cibedug bebatuannya berbentuk bulat panjang dan tidak beraturan. Kesannya, situs megalitikum Cibedug usianya lebih tua.
"Aura situs Cibedug sangat baik untuk para pelaku spiritual, karena pada jaman dahulu memang dipakai sebagai tempat berdoa. Bila melihat tampilan secara batin, maka beberapa kerajaan pernah menggunakan tempat ini," jelas pengamat spiritual Ki Bowo kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat yang lalu (Senin, 28/5).
Berbeda dengan situs megalitikum Gunung Padang, situs Cibedug sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang tidak mudah dijangkau dengan kendaraan dan harus berjalan kaki naik turun bukit.
Situs megalitikum Cibedug bisa ditempuh melalui Rangkasbitung menuju Citorek, Kecamatan Bayah, Lebak atau dari Bogor melalui Jasinga, dengan waktu tempuh yang lumayan panjang dan melelahkan dibandingkan menuju Gunung Padang yang bisa ditempuh langsung sampai di kaki situs dengan kendaraan.
Ki Bowo yakin, bila di bawah situs megalitikum Gunung Padang tersimpan bangunan yang tertimbun akibat bencana alam, maka pada situs Cibedug tidak ada bangunan di bawahnya.Hingga kini belum ada penelitian mendalam atau catatan khusus tentang usia situs Cibedug. Kepercayaan masyarakat sekitar hanya menukilkan jika bebatuan yang banyak berserakan tersebut sebagai peninggalan leluhur sehingga wajib dijaga dan dipelihara.
Apakah pembangunan situs megalitikum Cibedug yang berada di ketinggian 1.050 mdpl mengacu pada situs megalitukum Gunung Padang? Ataukah justru sebaliknya? Yang jelas, ada banyak misteri tentang peradaban masa lalu tanah air yang belum terungkap. [dem]
Secara kasat mata, situs megalitikum Gunung Padang berupa punden berundak dengan lima teras, sementara di Cibedug terdiri dari sembilan teras dengan susunan batu berbentuk lonjong seperti menhir.
Penguasaan teknologi di situs Gunung Padang lebih maju ketimbang situs Cibedug. Di situs megalitikum Gunung Padang hampir semuanya terdiri dari bebatuan persegi panjang dan nyaris presisi, adapun di Cibedug bebatuannya berbentuk bulat panjang dan tidak beraturan. Kesannya, situs megalitikum Cibedug usianya lebih tua.
"Aura situs Cibedug sangat baik untuk para pelaku spiritual, karena pada jaman dahulu memang dipakai sebagai tempat berdoa. Bila melihat tampilan secara batin, maka beberapa kerajaan pernah menggunakan tempat ini," jelas pengamat spiritual Ki Bowo kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat yang lalu (Senin, 28/5).
Berbeda dengan situs megalitikum Gunung Padang, situs Cibedug sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang tidak mudah dijangkau dengan kendaraan dan harus berjalan kaki naik turun bukit.
Situs megalitikum Cibedug bisa ditempuh melalui Rangkasbitung menuju Citorek, Kecamatan Bayah, Lebak atau dari Bogor melalui Jasinga, dengan waktu tempuh yang lumayan panjang dan melelahkan dibandingkan menuju Gunung Padang yang bisa ditempuh langsung sampai di kaki situs dengan kendaraan.
Ki Bowo yakin, bila di bawah situs megalitikum Gunung Padang tersimpan bangunan yang tertimbun akibat bencana alam, maka pada situs Cibedug tidak ada bangunan di bawahnya.Hingga kini belum ada penelitian mendalam atau catatan khusus tentang usia situs Cibedug. Kepercayaan masyarakat sekitar hanya menukilkan jika bebatuan yang banyak berserakan tersebut sebagai peninggalan leluhur sehingga wajib dijaga dan dipelihara.
Apakah pembangunan situs megalitikum Cibedug yang berada di ketinggian 1.050 mdpl mengacu pada situs megalitukum Gunung Padang? Ataukah justru sebaliknya? Yang jelas, ada banyak misteri tentang peradaban masa lalu tanah air yang belum terungkap. [dem]
Sumber:
http://www.rmol.co/read/2012/05/28/65234/Membandingkan-Situs-Megalitikum-Cibedug-dan-Gunung-Padang-
Situs Lebak Cibeduk
Kampung Cibedug merupakan bagian dari Desa Citorek, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jaraknya lebih kurang 50 km dari Rangkasbitung atau delapan km dari Desa Citorek yang merupakan pintu gerbang menuju Cibedug. Kampung Cibedug kini masuk Taman Nasional Gunung Halimun. Disana sudah dibangun sektor Cibedug, sebagai salah satu pintu masuk menuju kawasan konservasi tersebut.
Konon nama Cibedug berasal dari sebuah batu di tengah hutan yang mengeluarkan bunyi seperti bedug yang bertalu-talu saban malam Jumat. Masyarakat menyebutnya batu bedug dan akhirnya oleh masyarakat yang pertama kali menetap di wilayah itu menamakan kampung dan sungai yang mengalir di dekat batu bedug itu dengan sebutan Cibedug. Ada juga yang mengatakan sampai sekarang, batu bedug itu kadang masih mengeluarkan suara bedug, terutama menjelang bulan puasa Ramadhan.
Hingga kini, masyarakat di Kampung Cibedug masih hidup terpencil, tepatnya di barat daya Gunung Bapang (1045 mdpl). Daerahnya masih sulit dijangkau oleh kendaraan. Mobil hanya bisa sampai di Desa Citorek. Satu-satunya cara, 'ngetrek' berjalan kaki melewati jalan berbatu, menyebrangi jembatan bergoyang, areal persawahan dan naik-turun perbukitan selama lebih kurang tiga jam.
Kampung ini menjadi terkenal setelah ditemukan adanya peninggalan purbakala zaman prasejarah, tepatnya peninggalan dari tradisi megalitik. Berupa batu berundak sembilan tingkat, beberapa menhir atau batu berbentuk lonjong dan berdiri tegak serta sumur kuno yang berada di satu kompleks.
Masyarakat yang memegang kebudayan megalitik, percaya bahwa orang yang sudah mati masih berhubungan dengan keturunannya, terlebih kalau almarhum adalah tokoh masyarakat atau orang yang dihormati karena kedudukan atau kedigjayaannya. Agar bisa terus menjalin hubungan dengan para leluhur, para penurusnya membuat bangunan-bangunan dari batu besar (megalitik). Tak ketinggalan mengadakan upacara penghormatan supaya para leluluhnya itu tetap bermurah hati.
Tips Perjalanan
Kalau Anda ingin ke Cibedug, sebaiknya datang saat musim panas. Agar medan trek yang dilalui lebih nyaman. Kondisi treknya mirip dengan jalur trek ke Baduy Dalam lewat Ciboleger. Treknya naik turun bukit. Bedanya rute ke Situs Cibedug lebih variatif, ada jembatan, anak sungai, persawahan, hutan dan setapak. Bagi yang gemar fotografi, cukup banyak obyek yang dapat diabadikan.
Transportasi menuju Citorek cukup mudah. Jika berangkat dari stasiun Beos-Kota, naik kereta ekpress menuju Rangkasbitung. Lalu naik angkot jurusan Citorek sekitar 2,5 jam bila berjalan mulus, ongkosnya 15.000 perorang. Mungkin karena BBM naik bisa jadi sekarang sudah naik menjadi Rp 20.000 orang.
Perhatikan jadwal angkot dari Rangkasbitung ke Citorek atau sebaliknya. Ada enam mobil yang berangkat dari Citorek ke Rangkasbitung mulai dari pukul 6.00 s/d 8.00 pagi. Sedangkan dari Citorek ke Rangkasbitung ada dug mobil yang berangkat mulai pukul 5.00 s/d 6.00 sore. Jika pergi rombongan, misalnya 10 orang sebaiknya mencarter.
Bila pulangnya menggunakan rute yang sama, harus tahu jadwal kereta terakhir yang berangkat dari Rangkasbitung sampai Stasiun Beos-Kota agar tidak ketinggalan kereta. Bisanya kereta terakhir dari Rangkasbitung hanya sampai pukul 5.00 sore. Cara lain bisa naik angkot ke pertigaan Cipanas, lalu ganti mobil angkot ke Jasinga. Atau kalau rombongan dengan mencarter angkot semula ke Jasinga dan kalau bisa sampai Terminal Barangsiang, Bogor lalu ke Jakarta via tol.
Kalau ingin menginap beberapa hari, Anda tak perlu susah membawa tenda. Inap saja di rumah kepala adat atau penduduk lain yang biasa menerima tamu. Kendati begitu tamu yang menginap di kampung ini, tidak boleh tidur menghadap ke timur. Jangan lupa membawa bekal makanan untuk dimasak. Atau membawa kopi, gula dan garam untuk tuan rumah, pasti mereka akan senang menerimanya. Sebaiknya pergi saat musim panas. Kalau musim curah hujan tinggi, treknya licin dan kadang terhadang banjir maupun longsor.
Obyek wisata lain yang bisa Anda kunjungi adalah Baduy Dalam. Dari Citorek terus ke Cilebak, Nyalindung dan menembus Cikeusik (salah satu wilayah Baduy Dalam) memakan waktu lebih kurang delapan jam dengan berjalan kaki. Jika belum puas, Anda bisa mendaki Gunung Nyuncung (3100 m dpl) yang terletak di Citorek dari Kampung Lebaktugu, lebih kurang 3 jam.
Sumber:
http://forum.detik.com/showpost.php?p=3366246&postcount=12
Situs Megalit Parigi dan Cibedug Citorek
Situs Megalitik Parigi - Citorek
Situs megalitik Parigi terletak di Kp. Naga 1 Desa Citorek Tengah, posisinya berada di tengah pemukiman warga. kondisinya saat ini makin mengkhawatirkan, luas situs Parigi pada awalnya cukup leluasa, namun dengan berkembangnya penduduk sekitar keberadaan situs tersebut makin terpepet oleh bangunan pemukiman penduduk sekitar, namun tetap dipertahankan kebradaannya walaupun hanya bagian bangunan utama yang tersisa.
Situs tersebut berbentuk persegi panjang, membujur arah timur dan barat. bagian barat situs masih bisa terlihat merupakan bagian pelataran atau pintu masuk kompleks situs, sedangkan bagian timur merupakan bagian utama situs. model bangunan utama berundak dengan ketinggian hingga 2 M dan pada bagian puncaknya terdapat batu berwarna merah yang dianggap sakral oleh masyarakat, batu merah tersebut meyerupai banghkong (katak).
Menurut keyakinan masyarakat sekita, situs Parigi tersebut berusia lebih tua dibanding dengan situs megalitik Cibedug. namun patut disayangkan, saat ini situs tersbut tidak terurus seolah hanya seonggok gundukan tanah tinggi yang tidak memiliki nilai sama sekali, padahal jika kita kaji dari nilai kesejarahan tentang leluhur suku Sunda tentunya akan menjadi informasi dan sumbangan kesejarahan yang sangat tinggi nilainya.
Bahan bangunan situs merupakan batuan jaman megalit yang disusun dan ditata dengan baik dan sangat apik, persegi panjang dengan ukuran antara 10 m x 25 m yang merupakan bagian bangunan utama. konon menurut sumber-sumber yang pernah berdialog dengan penulis, situs Parigi tersebut dibangun pada jaman prasejarah jauh sebelum berdirinya kerajaan Tanjung Perak yang didirikan oleh Aki Tirem Sang Luhur Budi atau Aki Mulya Luhur Mulya atau yang disebut Argyre oleh sejarawan Yunani kuno.
Apapun informasi mengenai kebradaan situs tersebut masih perlu kita kaji dan komfirmasi melalui berbagai kajian untuk membuktikan adanya peradaban tinggi di wilayah Citorek yang merupakan peradaban tua bagi suku Sunda. hal ini akan sangan bergantung kepada masyarakatnya itu sendiri. Apakah ada keinginan, motivasi, rasa memiliki dan rasa cintya terhadap budaya leluhurnya atau justru sebaliknya.Smoga Saja....
Situs Lebak Cibeduk
Kampung Cibedug merupakan bagian dari Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jaraknya lebih kurang 50 km dari Rangkasbitung atau delapan km dari Desa Citorek Barat yang merupakan pintu gerbang menuju Kp. Cibedug. Kampung Cibedug kini masuk Taman Nasional Gunung Halimun. Disana sudah dibangun sektor Cibedug, sebagai salah satu pintu masuk menuju kawasan konservasi tersebut.
Menurut sejarah tutur masyarakatnya, nama Cibedug berasal dari sebuah batu di tengah hutan yang mengeluarkan bunyi seperti bedug yang bertalu-talu saban malam Jumat. Masyarakat menyebutnya batu bedug dan akhirnya oleh masyarakat yang pertama kali menetap di wilayah itu menamakan kampung dan sungai yang mengalir di dekat batu bedug itu dengan sebutan Cibedug. Ada juga yang mengatakan sampai sekarang, batu bedug itu kadang masih mengeluarkan suara bedug, terutama menjelang bulan puasa Ramadhan.
Hingga kini, masyarakat di Kampung Cibedug masih hidup terpencil, tepatnya di barat daya GunungBapang (1045 mdpl). Daerahnya masih sulit dijangkau oleh kendaraan. Mobil hanya bisa sampai di Desa Citorek Barat. Satu-satunya cara, 'ngetrek' berjalan kaki melewati jalan berbatu, menyebrangi jembatan bergoyang, areal persawahan dan naik-turun perbukitan, atau bagi mereka yang berani dan suka tantangan, saat ini jalannya bisa ditempuh dengan menaiki speda motor, tentunya dengan kesiapan mental yang wow...
Kampung ini menjadi terkenal setelah ditemukan adanya peninggalan purbakala zaman prasejarah, tepatnya peninggalan dari tradisi megalitik. Berupa batu berundak sembilan tingkat, beberapa menhir atau batu berbentuk lonjong dan berdiri tegak serta sumur kuno yang berada di satu kompleks.Kompleks Situs Berundak atau disebut Punden Berundak Cibedug ditemukan pada tahun 1896 oleh peneliti gabungan yang terdiri dari 18 negara eropa yang dipimpin oleh peneliti berkebangsaan Jerman.
Masyarakat yang memegang kebudayan megalitik, percaya bahwa orang yang sudah mati masih berhubungan dengan keturunannya, terlebih kalau almarhum adalah tokoh masyarakat atau orang yang dihormati karena kedudukan atau kedigjayaannya. Agar bisa terus menjalin hubungan dengan para leluhur, para penurusnya membuat bangunan-bangunan dari batu besar (megalitik). Tak ketinggalan mengadakan upacara penghormatan supaya para leluluhnya itu tetap bermurah hati.
Situs tersebut berbentuk persegi panjang, membujur arah timur dan barat. bagian barat situs masih bisa terlihat merupakan bagian pelataran atau pintu masuk kompleks situs, sedangkan bagian timur merupakan bagian utama situs. model bangunan utama berundak dengan ketinggian hingga 2 M dan pada bagian puncaknya terdapat batu berwarna merah yang dianggap sakral oleh masyarakat, batu merah tersebut meyerupai banghkong (katak).
Menurut keyakinan masyarakat sekita, situs Parigi tersebut berusia lebih tua dibanding dengan situs megalitik Cibedug. namun patut disayangkan, saat ini situs tersbut tidak terurus seolah hanya seonggok gundukan tanah tinggi yang tidak memiliki nilai sama sekali, padahal jika kita kaji dari nilai kesejarahan tentang leluhur suku Sunda tentunya akan menjadi informasi dan sumbangan kesejarahan yang sangat tinggi nilainya.
Bahan bangunan situs merupakan batuan jaman megalit yang disusun dan ditata dengan baik dan sangat apik, persegi panjang dengan ukuran antara 10 m x 25 m yang merupakan bagian bangunan utama. konon menurut sumber-sumber yang pernah berdialog dengan penulis, situs Parigi tersebut dibangun pada jaman prasejarah jauh sebelum berdirinya kerajaan Tanjung Perak yang didirikan oleh Aki Tirem Sang Luhur Budi atau Aki Mulya Luhur Mulya atau yang disebut Argyre oleh sejarawan Yunani kuno.
Apapun informasi mengenai kebradaan situs tersebut masih perlu kita kaji dan komfirmasi melalui berbagai kajian untuk membuktikan adanya peradaban tinggi di wilayah Citorek yang merupakan peradaban tua bagi suku Sunda. hal ini akan sangan bergantung kepada masyarakatnya itu sendiri. Apakah ada keinginan, motivasi, rasa memiliki dan rasa cintya terhadap budaya leluhurnya atau justru sebaliknya.Smoga Saja....
Situs Lebak Cibeduk
Kampung Cibedug merupakan bagian dari Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jaraknya lebih kurang 50 km dari Rangkasbitung atau delapan km dari Desa Citorek Barat yang merupakan pintu gerbang menuju Kp. Cibedug. Kampung Cibedug kini masuk Taman Nasional Gunung Halimun. Disana sudah dibangun sektor Cibedug, sebagai salah satu pintu masuk menuju kawasan konservasi tersebut.
Menurut sejarah tutur masyarakatnya, nama Cibedug berasal dari sebuah batu di tengah hutan yang mengeluarkan bunyi seperti bedug yang bertalu-talu saban malam Jumat. Masyarakat menyebutnya batu bedug dan akhirnya oleh masyarakat yang pertama kali menetap di wilayah itu menamakan kampung dan sungai yang mengalir di dekat batu bedug itu dengan sebutan Cibedug. Ada juga yang mengatakan sampai sekarang, batu bedug itu kadang masih mengeluarkan suara bedug, terutama menjelang bulan puasa Ramadhan.
Hingga kini, masyarakat di Kampung Cibedug masih hidup terpencil, tepatnya di barat daya GunungBapang (1045 mdpl). Daerahnya masih sulit dijangkau oleh kendaraan. Mobil hanya bisa sampai di Desa Citorek Barat. Satu-satunya cara, 'ngetrek' berjalan kaki melewati jalan berbatu, menyebrangi jembatan bergoyang, areal persawahan dan naik-turun perbukitan, atau bagi mereka yang berani dan suka tantangan, saat ini jalannya bisa ditempuh dengan menaiki speda motor, tentunya dengan kesiapan mental yang wow...
Kampung ini menjadi terkenal setelah ditemukan adanya peninggalan purbakala zaman prasejarah, tepatnya peninggalan dari tradisi megalitik. Berupa batu berundak sembilan tingkat, beberapa menhir atau batu berbentuk lonjong dan berdiri tegak serta sumur kuno yang berada di satu kompleks.Kompleks Situs Berundak atau disebut Punden Berundak Cibedug ditemukan pada tahun 1896 oleh peneliti gabungan yang terdiri dari 18 negara eropa yang dipimpin oleh peneliti berkebangsaan Jerman.
Masyarakat yang memegang kebudayan megalitik, percaya bahwa orang yang sudah mati masih berhubungan dengan keturunannya, terlebih kalau almarhum adalah tokoh masyarakat atau orang yang dihormati karena kedudukan atau kedigjayaannya. Agar bisa terus menjalin hubungan dengan para leluhur, para penurusnya membuat bangunan-bangunan dari batu besar (megalitik). Tak ketinggalan mengadakan upacara penghormatan supaya para leluluhnya itu tetap bermurah hati.
Sumber:
http://puseurcitorek.blogspot.com/2013/03/situs-megalit-parigi-dan-cibedug-citorek.html
No comments:
Post a Comment