Tuesday, June 24, 2014

Seruling 40 ribu tahun, gimana ngitungnya?

Seruling 40 ribu tahun, gimana ngitungnya?

Kaum Evolusionis berpendapat, pada sekitar 10.000 tahun yang lalu, umat manusia masih sangat primitif. Benarkah demikian ?

Pendapat Evolusionis diatas, sepertinya hanya sebuah rekaan sejarah. Hal ini dikarenakan, telah ditemukannya benda-benda arkeologis, yang menunjukkan sebelum masa 10.000 tahun yang lalu, umat manusia sudah memiliki peradaban yang maju.
Beberapa contoh, benda arkeologis itu adalah :

Salah satu bukti bahwa manusia telah memiliki kebudayaan selama ribuan tahun, adalah ditemukannya seruling berumur 40.000 tahun ini. Riset ilmiah menunjukkan bahwa seruling seperti ini, berbasis skala 7-not Barat modern, digunakan puluhan ribu tahun silam (Sumber : Zaman Batu (Kebohongan Sejarah)).

Jarum berumur 26 ribu tahun: temuan menarik ini menunjukkan bahwa manusia Neanderthal berpengetahuan menjahit baju sejak puluhan ribu tahun yang lalu (D. Johanson, B. Edgar, From Lucy to Language, h. 99) (Sumber : harunyahya.com)

Bagaimana arkeolog, menghitung usia benda-benda itu?

Para ilmuwan saat ini, telah mengembangkan metode baru untuk menentukan usia benda-benda purbakala tanpa menyebabkan kerusakan.
Menurut Dr. Marvin Rowe, kepala tim peneliti, teknik ini dapat dipakai untuk menentukan umur benda purbakala yang selama ini tersimpan di museum dan terlarang diteliti karena khawatir rusak.
Dr. Rowe menjelaskan metode baru tersebut berupa bentuk lebih lanjut dari radiocarbon dating (penanggalan radiokarbon) yang selama ini digunakan arkeolog untuk memperkirakan umur sebuah benda dengan mengukur kadar radioaktif karbon yang terjadi secara alamiah karbon.
Pada metode yang lama, sedikit sampel objek diambil, misalnya kain atau bagian tulang yang kemudian dibakar untuk mengetahui jejak karbon. Metode baru yang disebut non-destructive carbon dating, sama sekali tidak melibatkan sampel.
Pada metode baru, ilmuwan menempatkan artefak di ruang khusus berplasma di mana sebuah gas bermuatan listrik digunakan dan layar besar menampilkan di layar televisi. Secara perlahan gas mengoksidasi permukaan objek untuk menghasilkan karbon dioksida dengan analisis C-14 tanpa merusak permukaan objek (Sumber : tempointeraktif.com).
Rowe dan rekan-rekannya menggunakan teknik ini untuk menganalisis usia sekitar 20 zat-zat organik yang berbeda. Hasilnya ternyata cocok dengan metode konvensional. Seperti Metode yang lama, metode baru ini mampu menghitung umur objek sampai 50.000 tahun.
Penemuan benda purbakala yang berumur ribuan tahun ini, semakin memberi keyakinan pada kita, bahwa umat manusia, pernah mengalami masa kemajuan kebudayaan puluhan ribu tahun yang silam (Kunjungi : Kapal Nabi Nuh, Misteri Sejarah Peradaban Manusia dan Patung Sphinx, Bukti Arkeologis Bencana Nuh 13.000 tahun yang silam).

Untuk kemudian Kebudayaan itu hancur, dilanda bencana yang maha dahsyat, yang berakibat Peradaban Umat Manusia, harus kembali ke “titik nol”.


Sumber:
http://kanzunqalam.com/2011/02/04/seruling-40-ribu-tahun-gimana-ngitungnya/





Gua Pawon, Pesona Eksotis Gua Purba

Sabtu, 12 April 2014 | 08:24 WIB

Gua Pawon, Pesona Eksotis Gua Purba

Oleh: Ricky Reynald Yulman
Gua Pawon, Pesona Eksotis Gua Purba
Gua Pawon - istimewa 
 
GUA purba ini tak hanya indah di mata para penjelajah, tapi jadi tantangan ketika kita mencari kaitannya dengan peradaban manusia.

Awal Maret 2014, para peneliti Balai Arkeologi (Balar) Bandung menemukan jejak manusia prasejarah di Gua Pawon, di Kabupaten Bandung Barat.

Penggalian salah satu bagian gua ini dilakukan Sabtu dan Minggu, 1-2 Maret 2014 mendapatkan tulang telapak jari kaki. Diperkirakan sudah ada sejak 9.500 tahun lalu. Sebelumnya Balar Bandung telah menemukan kerangka manusia purba pada 2003 dan digali pada 2009.

Selain kerangka para peneliti juga menemukan sejumlah artefak lain seperti alat-alat rumah tangga dari batu menyerupai pisau, wadah penyimpan makanan, dan sisa makanan. Boleh jadi ini alasan gua ini disebut Gua Pawon. Pawon sendiri merupakan kata dalam bahasa Sunda yang berarti dapur.

Sekurangnya lewat berbagai temuan di gua yang total luasnya mencapai 300 meter persegi tersebut, masyarakat bisa tahu bahwa di gua ini memang pernah menjadi tempat tinggal manusia purba, nenek moyang masyarakat Sunda.

Lima tahun terakhir, selain untuk keperluan penelitian arkeologi, geografi, dan geologi, Gua Pawon cukup sering dikunjungi masyarakat sebagai tempat wisata minat khusus. Terutama untuk para penggemar ilmu tentang kebumian maupun sejarah.

Sebagai tempat wisata, kawasan Gua Pawon memang menawarkan keindahan. Pemandangan dari pintu maupun jendela gua ke luar gua, rasanya sulit ditemui di tempat lain. Sementara struktur gua di dalam dengan stalagmit dan stalagtit juga tak kalah indah.

Wisatawan biasanya datang berkelompok ke tempat ini. Sebagian mereka dipandu orang-orang yang memiliki banyak pengetahuan tentang Gua Pawon. Baik dari sisi sejarah, geologi, geografi, arkeologi, serta sejarah budaya.

Selain mendengarkan penjelasan para pemandu, mereka yang datang juga bisa mengambil foto-foto eksotis, serta makan siang bersama sambil menikmati keindahan kawasan karst (batu kapur) Citatah yang ada di Desa Gunung Masigit, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Perjalanan berkelompok seperti ini tentu lebih banyak menambah wawasan dibanding pergi seorang diri.

Gua Pawon sendiri terletak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Bandung. Dari Kota Bandung perjalanan yang harus ditempuh wisatawan yaitu ke arah Padalarang. Kemudian melanjutkan ke arah Cipatat. Tempat penghentian ada di sisi jalan, tak jauh dari Situ Ciburuy.

Tandanya berupa sebuah papan bertulis Situs Sejarah Gua Pawon. Mereka yang baru pertama datang sebaiknya bertanya ke warga setempat. Dari sini ke Gua Pawon bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek. [rni]



Sumber:
http://m.inilah.com/read/detail/2091222/gua-pawon-pesona-eksotis-gua-purba

Tersingkap Lagi Manusia Prasejarah di Gua Pawon

Tersingkap Lagi Manusia Prasejarah di Gua Pawon  

Tersingkap Lagi Manusia Prasejarah di Gua Pawon  
Gua Pawon di Cipatat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (TEMPO/Prima Mulia)



TEMPO.CO, Bandung: Para peneliti Balai Arkeologi (Balar) Bandung menemukan lagi jejak manusia prasejarah di Gua Pawon, Kabupaten Bandung Barat. Penggalian pada Sabtu dan Ahad, 1-2 Maret 2014 mendapatkan tulang telapak jari kaki. "Diperkirakan berusia lebih tua dari 9.500 tahun lalu," ujar peneliti Balar Bandung kepada Tempo, Ahad, 2 Maret 2014.

Lokasi penemuan terbaru berada di tempat yang sama dari kuburan manusia prasejarah temuan kedua. Jarak kedalamannya selisih 20 sentimeter atau 180 sentimeter dari permukaan tanah gua. "Diduga tulang kaki itu manusia prasejarah berumur dewasa," kata Lutfi.

Tim masih melakukan penggalian untuk menyingkap sosok utuh kerangka manusia prasejarah tersebut, juga menghitung umurnya. Selain itu, peneliti juga menemukan sisa tempat makan, tulang belulang sisa makanan, dan temuan artefak batu gamping. "Makin ke dalam, artefaknya makin beragam," ujar dia.

Menurut Lutfi, manusia prasejarah diketahui hidup pada 1,8 juta tahun lalu. Mereka diketahui menghuni gua dengan usia paling tua sejak 30-35 ribu tahun silam. Di Indonesia, kata dia, sejauh ini ada manusia prasejarah di Jawa Timur yang lebih tua menghuni gua dibandingkan dengan di Gua Pawon. "Kami sedang mencari yang lebih tua di Jawa Barat, sekitar lebih dari 25 ribu tahun lalu berdasarkan jalur migrasi manusia dulu," katanya.

Dari tumpukan kuburan manusia prasejarah di Gua Pawon tersebut, kata Lutfi, pertanda Gua Pawon sejak lama telah menjadi hunian. Bisa jadi penghuninya turun temurun tinggal, sehingga perlu dilakukan tes DNA pada kerangka temuannya.

Temuan manusia prasejarah di Gua Pawon awalnya dari anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung. Pada 1999, anggota kelompok yang berlatar keilmuan geologi dan geografi tersebut menemukan batu gamping seperti pisau. "Jangan-jangan di daerah sini ada manusia prasejarah," kata Budi Brahmantyo, salah seorang anggota kelompok tersebut. Pada 2000 mereka menemukan artefak seperti batu obsidian, padahal gua itu berada di kawasan karst atau batuan kapur.

Penggalian kemudian dilanjutkan Balar Bandung. Sejak 2000-2012, peneliti mendapatkan 5 kerangka manusia prasejarah, berusia 5.600-9.500 tahun lalu, di kedalaman 80, 140, dan 160 sentimeter. Lokasi temuan di sebelah utara gua itu kini sudah dipagari untuk kepentingan penelitian. (Baca: Arkeolog Temukan Kerangka Manusia Prasejarah)



Gua Pawon berada di kawasan karst atau batu kapur Citatah, di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Bandung. Gua seluas 300 meter persegi lebih itu terdiri dari beberapa rongga seperti kamar, juga beberapa jendela alami yang besar.

ANWAR SISWADI



Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/03/173558832/Tersingkap-Lagi-Manusia-Prasejarah-di-Gua-Pawon

Tuesday, June 17, 2014

Peneliti Lacak DNA Penghuni Asli Gunung Padang

Peneliti Lacak DNA Penghuni Asli Gunung Padang

Peneliti Lacak DNA Penghuni Asli Gunung Padang
Kawasan situs Megalit Gunung Padang saat dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Bambang Yudhoyono di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. (25/2). TEMPO/Aditya Herlambang Putra


TEMPO.CO, Jakarta - Teka-teki siapa penghuni asli Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi masalah besar bagi tim peneliti yang ingin merestorasi kawasan itu. Belum ada bukti otentik yang bisa menggambarkan pengguna kawasan yang diperkirakan berusia lebih dari 7.000 tahun itu. Tim peneliti berencana melakukan penelitian molekul asam deoksiribonukleat (DNA) untuk mencari hubungan antara masyarakat modern dan penghuni asli Gunung Padang.

Ketua Tim Terpatu Riset Mandiri Ali Akbar mengatakan sulit menunjuk siapa keturunan penghuni asli Gunung Padang jika melihat komunitas yang tinggal di sekitar area itu saat ini. Penduduk sekitar Gunung Padang, menurut Ali, mengaku sudah lama tinggal di daerah itu. "Tapi tidak ada makam-makam tua yang membuktikan bahwa dulu pernah ada penduduk di sana yang sesuai dengan usia Gunung Padang," kata Ali seusai diskusi tentang Situs Gunung Padang di Jakarta, Rabu, 30 April 2014.

Ali, yang juga ahli arkeologi dari Universitas Indonesia, menyebut penelitian DNA akan menyingkap tabir tentang siapa penghuni dan pembangun situs purba terbesar di Asia itu. Penelitian DNA juga bisa memberikan gambaran ke mana saja penghuni Gunung Padang dan keturunannya menyebar. "Selama kami meneliti dalam tiga tahun terakhir, belum pernah menemukan adanya kerangka manusia yang menjadi bukti ada kehidupan purba di situs itu," kata Ali. "Jika ada bentuk peradaban, pasti selalu ada jejaknya."

Ali mengatakan Situs Gunung Padang ditinggalkan karena adanya ancaman bencana alam besar. "Kemungkinan ada gempa yang membuat mereka pergi meninggalkan area tersebut, apalagi di sana merupakan daerah rawan gempa," katanya. Adapun bencana erupsi gunung berapi, menurut Ali, sangat kecil kemungkinannya bisa membuat Situs Gunung Padang ditinggalkan penghuninya begitu saja. "Jika ada bencana gunung api, pasti ada jejak yang tertinggal seperti kerangka yang terkubur. Semuanya harus diteliti lebih dalam lagi," katanya.

Struktur Situs Gunung Padang terletak di atas bukit dengan luas area sekitar 3.000 meter persegi. Total area situs mencapai 17.196 meter persegi. Keberadaan situs ini diketahui pertama kali oleh peneliti dari Belanda, N.J. Krom, pada 1914. Sejak saat itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mengungkap rahasia struktur yang disebut sebagai bukti peradaban awal di Indonesia. "Lapisan dalam struktur tersusun rapi, bentuknya seperti tembok batu bata dan menunjukkan pembuatnya sangat disiplin dalam menjalankan konstruksi," kata Danny Hilman Natawidjaja, pakar geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Pengujian usia struktur berdasarkan kondisi karbon yang dilakukan Laboratorium Badan Tenaga Nuklir Nasional menunjukkan situs tersebut berusia 5.500 sebelum Masehi. Sedangkan pengujian di Laboratorium Beta Miami di Amerika Serikat menunjukkan material hingga kedalaman 10 meter berusia 7.600-7.800 SM. "Lapisan-lapisan di Gunung Padang itu tidak terbentuk secara alamiah. Bentuknya menunjukkan situs itu dibuat oleh manusia," kata Danny.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA



Sumber
 

http://www.tempo.co/read/news/2014/05/01/061574591/Peneliti-Lacak-DNA-Penghuni-Asli-Gunung-Padang