Sunday, May 4, 2014

Jejak Tradisi Megalitik di Gunung Salak [Catatan Perjalanan]

Jejak Tradisi Megalitik di Gunung Salak [Catatan Perjalanan]

REP | 21 November 2013 | 01:41

Hari minggu, 17 November 2013 yang lalu saya bersama teman-teman kompasianer, Mba Indriatmi Suwardi, Mba Aryani Leksonowati dan mba Yulia Rahmawati, mengunjungi situs Megalitik Cibalay – Tenjolaya Bogor yang terletak di kaki gunungSalak. Dadakan sekali keputusan saya untuk ikut serta sehingga minim sekali persiapan cemilan (halaaghh alasann aja hihiiii :D). Tapi memang kegiatan yang nda direncanakan itu memang lebih asik dan spontan hehee. Racunnya itu mba Indri, eh bukan ding mba Yuli yang awalnya ngajakin mba Indri dan mba Yani untuk ikut blusukan hutan bersama komunitas NapakTilas mengunjungi situs-situs purbakala di kaki gunung salak.

Hmmm… Tuhan itu sempurna sekali, menciptakan manusia dengan segala keunikannya masing-masing. Ada-ada saja cara manusia dalam mengaktualisasikan dirinya. Salah satunya yang cukup unik, adalah kegiatan komunitas NapakTilas Bogor ini.

Saya kutip deskripsi dari group FB komunitas ini :
Di wilayah Bogor terdapat begitu banyak titilar karuhun kita yang tersebar baik di kota maupun kabupaten Bogor. Sebagian di antaranya telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai benda cagar budaya (BCB), tapi tidak sedikit juga yang belum tercatat, bahkan belum banyak yang tahu keberadaannya.

Lebih dari itu, wilayah Bogor memiliki peninggalan peradaban yang terhitung lengkap. Dari mulai peninggalan prasejarah, masa Hindu-Budha, masa penyebaran agama Islam, zaman kolonial Belanda, peradaban Tionghoa, sampai peninggalan Jepang pun ada!

Aspek kesejarahan dari peninggalan-peninggalan tersebut rasanya masih kurang digali dan dipublikasikan. Jika pun ada hanya menjadi konsumsi segelintir orang. Untuk itu, melalui komunitas napak tilas ini, kami mengajak siapa pun peminat sejarah untuk bersama-sama mengunjungi tempat-tempat itu, sekaligus melakukan dokumentasi, serta mendalami sisi sejarahnya dengan pendekatan ilmiah.
Mau tahu lebih lanjut tentang komunitas ini? kepoin aja langsung Group FB NapakTilasnya yah :)

Saya mau lanjut narsis ceritain perjalanan saya dulu :D #eaaaaaa
Jadii sebelum saya cerita, sebaiknya mba indri disodorin jempol dulu. Karena dia berangkat jam 5 pagi dari kosannya di Cempaka Putih, dan saya jam setengah  enam pagi dari rumah. Kami janjian bertemu di stasiun Bogor, saya berangkat dari stasiun kalibata sedangkan mba Indri dari stasiun Kramat. Saya sampai lebih dulu di stasiun Bogor, sementara menunggu mba Indri saya duduk santai di kursi stasiun dengan sahabat baik, sebuah buku hehee. Tak lama berselang, kereta Pangrango jurusan Bogor-Sukabumi datang, wah ini dia kereta yang ditunggu-tunggu masyarakat sudah beroperasi kembali.

Kemudian dari stasiun Bogor, kami lanjut menuju titik point pertemuan dengan Komunitas NapakTilas, Mba Yuli, dan Mba Yani di BTM. Kami terlambat 30 menit dari jadwal seharusnya kumpul jam 7 pagi, hihi maklumm jauh dan rempong Jakarta-Bogor.
Dari BTM kami naik angkot kecil menuju terminal Tenjolaya, kemudian angkot ngos-ngosan mendaki sedikit menuju Villa Sutiyoso, di villa inilah kami beristirahat sebentar menikmati sarapan gorengan dari donatur dermawan yang infakin gorengannya huehue. Setelah perkenalan dengan komunitas NapakTilas dan berdoa sebelum perjalanan, kami melanjutkan perjalanan mendaki kaki gunung Salak menuju situs Cibalay.
Naiikk naiikk ke puncakk gunung :D
Ahhh ini dia, akhirnya kesampean lagi saya mereguk udara pegunungan. Udara pagi yang redup, mendung dan berkabut, puisi sekali. Lunas sudah kerinduan saya, seakan lepas semua penat reribetan skripsi dan rutinitas pekerjaan di ibukota yang bulan-bulan terakhir saya geluti. Syukur Alhamdulillah…

Jalur pendakian yang ditempuh lumanyun, eh lumayan bikin manyun betis maksudnya. Hihi. Tapi asik tanah yang diinjak gembur, mungkin karena banyak dedaunan yang berjatuhan sehingga menggemburkan tanah. *sokngerti.
cemangattzz o/
Situs pertama yang kami temui adalah, Punden Berundak Pasir Manggis.
1384965816909163241
Punden Berundak Pasir Manggis
Kami melihat batu yang unik sekali. Batu ini berbentuk hati, mungkin ada yang sengaja membentuknya dan menancapkannya di sini, namun saya tetap mengagumi pencipta dari bebatuan dan segala kreatifitas yang membentuknya. Maha besar Tuhan dengan segala penciptanNya.
13849680321873427689
Batu Hati
Jika tadi kami mendaki untuk menuju situs Punden Berundak Pasir Manggis, lalu kami melanjutkan perjalanan menurun menuju situs terbesar, Situs Megalitik Arca Domas. Namun sebelumnya kami beristirahat sebentar di situs Punden Jami Piciing. Di lokasi ini kami sempatkan mencuci tangan dan kaki yang kotor selama perjalanan sebelumnya, di sini ada air mengalir, segar sekali.
13849660951543378490
Situs Punden Jami Piciing
Situs bogor-kita.com yang mengutip tulisan di Harian Pakuan Raya menyebutkan bahwa Indri, arkeolog Disbudpar Kabupaten Bogor, mengatakan bahwa luas keseluruhan situs yang di Cibalay ini diperkirakan mencapai 45 hektar. Indri juga membandingkan dengan luas Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur yang katanya mencapai 25 hektar. Namun sebuah situsweb lain menulis pendapat Ketua Tim Arkeolog Situs Gunung Padang Ali Akbar yang menyebut bahwa Situs Gunung Padang memiliki luas 75 hektar. Lepas dari situs mana yang lebih besar, kelompok Situs Cibalay layak mendapat perhatian sebagaimana perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap Situs Gunung Padang. Komaralana, Kepala Bidang Pemelihara Cagar Budaya dari BPCB, seperti ditulis di Harian Pakuan Raya itu mengatakan bahwa satu-satunya yang sudah ditemukan di Cibalay adalah unsur arang yang berumur 6000 – 3000 tahun sebelum Masehi. (Sumber : thearoengbinangproject.com)
1384968335751447205
Perjalanan menjadi lebih seru, ketika hujan mulai merintik dan menderas, bersyukurlah Tuhan menciptakan pepohonan yang rindang di hutan, sehingga hujan yang turun tidak langsung membasahi kami. Sesampainya di Situs Megalitik Arca Domas, ada yang menarik, ada perempuan cantik yang duduk di ujung batu, asik sekali mendengungkan ayat-ayat yang entah ayat apa. Mungkin ia merasa terganggu dengan kedatangan kami, atau merasa jengah difoto-foto oleh kami, iapun bangkit meninggalkan batu dan kemenyan yang dibakarnya. Sekilas saya melihat buku yang dibawanya, ada tulisan asmaul husna, Ohh Yaa Rabbana, jangan biarkan diri kami terjebak dalam persekutuan yang Engkau benci, aamiin.
13849677491078914931
asik membaca
Situs Arca Domas ini besar dan luas sekali. Kata Arca Domas sendiri berarti “800 patung”. Arca berarti patung dan Domas berarti 800. Domas berasal dari kata “dua” dan “omas”. Omas berarti empat ratus, sehingga Domas adalah 2X400 menjadi 800. Mungkin saja jumlah arca di area ini sebanyak 800. Tapi belum ada yang menghitung secara pastinya. (Sumber : Gentrapajajaran.wordpress.com)
1384968469299389778
Saya perhatikan, tidak ada patung/arca, yang ada hanya batu-batuan yang tersusun apik, berundak-undak. Menhir dan dolmen yang tersusun. Luar biasa melihat ini semua, membayangkan manusia-manusia di jaman dahulu menyiapkan semua ini, menyusun batunya, memotongnya hingga menjadi situs megalitik besar seperti itu.
13849687051732669064
Yang menarik, saya menemukan akar-akar cantik yang berwarna hijau kekuningan. Cantik sekali, masyaAllah… akar-akar ini saling menyilang, tumbuh bebas. Perhatikan, bagaimana akar-akar ini bekerja keras merambah tanah, demi mencari air nutrisi makanan untuk kehidupan pohon yang menjulang tinggi di atasnya. Kemudian pepohonan itu menebarkan manfaatnya dengan keteduhan dedaunan yang rindang memayungi kami.  Subhanallah… Maha suci Tuhanku yang Penyayang.
13849711861811226216
Di tegah hujan yang menderas, kami berteduh di pondokan yang ada di sekitar Arca domas. Komunitas NapakTilas menggelar diskusi dan edukasi sejarah dan budaya di pondokan tersebut. Setelahnya, kami makan bersama nasi liwet yang dibawa Pak Heri salah satu anggota komunitas NapakTilas, dan dengan lauk ikan asin. Hmm asik asik, enyakk enaakkk. Alhamdulillah. Ma kasih Pak Heri :)

Setelah puas mengabadikan Situs Megalitik Arca Domas, kamipun turun kembali. Hujan turun deras sekali, menjadi kenangan tersendiri bagi kami, main hujanan sambil becek-becekan hihihiii.
kotoorr berarti belajar :D
Ini pengalaman pertama saya wisata edukasi budaya prasejarah. Asik dan menarik sekali telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Budaya, sejarah masa lalu bagaimanapun telah banyak berperan membentuk kita saat ini bahkan untuk masa depan generasi mendatang. Serupa dengan semboyan, “JAS MERAH” Jangan Melupakan Sejarah, demikian seperti yang dikatakan Bung Karno. Budaya dan sejarah patut dilestarikan, sebagai jejak nenek moyang di masa lalu, salah satu cara melestarikannya selain yang dilakukan oleh dinas kepurbakalaan, bisa juga dengan mengunjunginya dan mendokumentasikannya sehingga sejarah itu tak terpendam dan tertelan waktu.

Salam Inspirasi Edukasi
JAS MERAH ! :)
Ria Astuti

Sumber:
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/11/21/jejak-tradisi-megalitik-di-gunung-salak-catatan-perjalanan-612734.html


No comments:

Post a Comment