Monday, June 2, 2014

Gunung Padang Saksi Bisu Peradaban Sebelum Atlantis

Gunung Padang Saksi Bisu Peradaban Sebelum Atlantis

Senin, 10-02-2014 04:30

Gunung Padang Saksi Bisu Peradaban Sebelum Atlantis : aktual.co
Situs Gunung Padang (Foto: Istimewa)

Jakarta, Aktual.co — Jika saja bisa bersaksi, boleh jadi Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, akan mengisahkan rahasia prasejarah terbesar di dunia.

Namun keberadaannya kini nyaris sama seperti kondisi Candi Borobudur ketika pertama kali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada 1814. Faktanya, Borobudur sendiri membutuhkan waktu setidaknya 100 tahun untuk menemukan bentuknya seperti saat ini.

Akankah hal serupa terjadi pada situs yang diduga ribuan tahun lebih kuno dari peradaban atlantis yang hilang itu? Arkeolog UI Ali Akbar jika boleh disebut telah terobsesi pada Gunung Padang ingin menjawab pertanyaan itu.

Kecintaannya pada sains dan sejarah masa lampau bangsa Indonesia mendorong pria kelahiran 27 November 1975 itu untuk bisa memberikan kontribusi nyata pada pencerahan kehidupan bangsa melalui arkeologi. Ali menuangkan buah pikiran dan hasil penelitian berikut temuannya dalam buku terbarunya berjudul Situs Gunung Padang Misteri dan Arkeologi terbitan Change Publication cetakan pertama pada Desember 2013.

Buku setebal 266 halaman itu bukan sekadar mewakili kecintaan Ali Akbar pada situs Gunung Padang yang diakrabinya sejak 1994 itu tapi sekaligus mencoba mengungkap kemisteriusan gunung "piramida" yang sempat mengundang tanda tanya masyarakat di Tanah Air itu.

"Ali Akbar sebagai ilmuwan telah berhasil memadukan kemisteriusan Gunung Padang dengan kajian arkeologi dalam narasi yang ringan dan mudah dipahami. Agaknya para pembaca harus mempunyai argumen kuat jika akan menolak temuan-temuan barunya," kata Guru Besar Arkeologi UI Agus Aris Munandar.

Bahkan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief berpendapat buku ini adalah sumbangan penting dari disiplin ilmu arkeologi terkait hasil riset di Gunung Padang. "Semangat dan kejujurannya, mengungkap keunikan dari pendekatan yang dilakukan. Mitos, legenda menjadi salah satu kajiannya guna 'mendekati' pengetahuan tentang Gunung Padang," kata Andi Arief.

Ali Akbar yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang itu diharapkannya terus melakukan penelitian lanjutan mengingat Gunung Padang ternyata merupakan situs yang sungguh luar biasa dan akan mengubah banyak hal, tidak saja dalam keilmuan bahkan dialektika kebangsaan.


10 Kali Borobudur 
Masyarakat serasa dikejutkan dengan hasil temuan Tim Katastropik Purba yang meneliti situs Gunung Padang pada 2011. Benarkah pada situs yang terhampar di Bumi Cianjur Jabar itu pernah ada peradaban sangat tinggi pada 11.600 Sebelum Masehi (SM)? Bukti-bukti yang ditemukan baik oleh Tim Katastropik Purba maupun tim berikutnya, yakni Tim Terpadu Riset Mandiri secara ilmiah mengindikasikan sesuatu yang dahsyat di balik Situs Gunung Padang yang selama ini membisu. Misteri luar biasa yang terdapat di bukit yang terletak di perbatasan Cianjur-Sukabumi itu perlahan namun pasti mulai tersingkap.

Penemuan-penemuan anyar di situs Gunung Padang terbilang mencengangkan. Benarkah Indonesia adalah pusat peradaban dunia? Laboratorium Beta Analytic Miami merilis sampel bawah permukaan Gunung Padang.

Hasilnya mengejutkan karena umur lapisan dari kedalaman sekitar 5-12 m pada bor 2 mencapai 14.500-25.000 SM. Wajar jika kemudian media asing menyerbu hingga keberadaan Gunung Padang segera menarik perhatian dunia.

Sampel permukaan Gunung Padang tersebut tentu saja jauh lebih tua dibandingkan Piramida Giza di Mesir yang berumur sekitar 2.500 SM.

Bahkan hasil temuan di Gunung Padang juga mengagetkan masyarakat yang percaya terhadap adanya peradaban Atlantis yang menurut Plato yang lahir tahun 427 SM adalah peradaban yang tinggi, kaya raya namun terkena bencana hingga musnah.

Ali Akbar sendiri berpendapat jika menilik hasil uji pertanggalan di Gunung Padang yang lebih tua dari Atlantis, maka kemungkinan Gunung Padang lebih tua dari Atlantis juga menjadi misteri selanjutnya.

Situs yang terletak di Dusun Gunung Padang RT 001/RW 08 Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Cianjur Jabar itu bahkan diperkirakan merupakan bangunan prasejarah terbesar di dunia yang dibangun oleh empat peradaban berbeda.

Jika Borobudur terbentang pada luasan 1,5 ha, maka Situs Gunung Padang adalah 10 kali lebih besar dari itu yakni 15 ha.

Buku ini mencoba menjawab berbagai tanda tanya besar yang selama ini hinggap di benak masyarakat terkait piramida dan sejarahnya di Indonesia.

Tidak hanya itu, dalam Bab 3 buku ini bahkan dijelaskan dengan gamblang soal misteri dan mitos yang berkembang, dijawab dengan pendekatan ilmiah.

Keterkaitan dengan Singgasana Prabu Siliwangi, sosok manusia Gunung Padang, Kujang dan Tapak Harimau, Batu Gendong, hingga Atlantis yang hilang coba dijawab dengan pendekatan ilmiah.

Hasil penelitian Ali Akbar dan timnya memang mengarah pada berbagai temuan penting bahwa Gunung Padang adalah bentukan manusia di antaranya dari artefak hasil survei berupa fragmen alat logam dan tembikar. Selain itu artefak hasil ekskavasi berupa terak besi, adanya teknis menyusun batu, hingga kemungkinan fungsi megalitik Gunung Padang.

Penemuan penting lain di Gunung Padang juga dibahas dalam buku ini, salah satunya mencoba menjawab tanda tanya soal kemungkinan ada tidaknya rongga atau ruang dalam tubuh Gunung Padang.

"Kuat diduga bahwa di bawah tanah Gunung Padang terdapat semacam rongga," kata Ali Akbar.

Hal itulah yang kemudian mendorong banyak pihak berspekulasi ada timbunan harta karun dan benda berharga berupa emas yang tersimpan di dalamnya sehingga ada pihak-pihak yang tidak ingin Gunung Padang dipublikasikan secara luas karena ada faktor kepentingan tertentu.

Namun, Ali Akbar sendiri memastikan bahwa secara arkeologi bukti bahwa di bawah tanah Gunung Padang terdapat rongga sejauh ini belum ada, meski bukan berarti tidak mungkin hal seperti itu ada.

Sementara soal bentuknya yang mirip piramida, Ali Akbar dalam bukunya justru menyatakan Gunung Padang merupakan situs yang bentuknya sulit didefinisikan namun secara umum bentuknya adalah trapesium dan merupakan punden berundak.

Kesuksesan Arkeologi Gunung Padang pada dasarnya sangat potensial menjadi bukti kesuksesan arkeologi untuk menjadi ilmu aplikatif dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat pada abad 21.

Dengan catatan bahwa penelitian, ekskavasi, rekonstruksi, hingga konservasi situs terus dilakukan tanpa adanya dalih kepentingan apapun.

Dari sisi keredaksian, Ali Akbar telah berhasil menyajikan suatu karya nyata yakni penelitian yang dikemas dalam bahasa populer.

Meski pada beberapa bagian masih terasa kental dengan bahasa-bahasa bersifat teknis yang tidak akrab di telinga awam, tetapi penempatan banyak foto di dalamnya sangat menolong pembaca untuk memahami penjelasan dengan lebih baik.

Sayangnya tidak semua foto disajikan "full colour" sehingga tingkat kemenarikannya sedikit berkurang.

Cover dengan warna dasar yang lembut menunjukkan keseriusan isi buku dipadu dengan ilustrasi Gunung Padang dalam kepungan hutan di sekitarnya.

Pada akhirnya, kepedulian pemerintah adalah kunci dari kebangkitan Gunung Padang. Tidak terelakkan lagi bahwa ia adalah situs yang bisa saja memberikan kesaksian tentang kebesaran nenek moyang bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, rekomendasi Ali Akbar untuk mengonservasi lingkar Gunung Padang hingga radius 25 ha patut untuk dipertimbangkan, sebab ada berbagai kemungkinan termasuk jejak lain yang tertoreh di seputaran bukit itu yakni kemungkinan keberadaan Bangsa Kekar Tiang penghuninya.

Kebangkitan Gunung Padang dari tidur panjangnya tak akan pernah sia-sia, jikalau pun tak pernah ada harta karun di perutnya, namun ia akan menjadi simbol kebesaran suatu bangsa, destinasi wisata budaya yang nyata bahkan terbesar di dunia.

Hingga boleh jadi pertanyaan Ali Akbar tentang mengapa keberadaan situs itu tidak segera menggemparkan dunia padahal telah diteliti sejak 1914 dengan mudah akan terjawab.

Sebab rekonstruksi atas Gunung Padang akan dalam sekejap membangun kebanggaan dalam jiwa masyarakat Indonesia, kebanggaan sebagai bangsa yang besar dengan warisan kebudayaan tertua dan sangat tinggi.

Oleh: Hanni Sofia

(Ant)

Faizal Rizki 
Sumber:
http://www.aktual.co/warisanbudaya/230349gunung-padang-saksi-bisu-peradaban-sebelum-atlantis

No comments:

Post a Comment