Friday, August 29, 2014

Peneliti Prasejarah Di Kalumpung

Sabtu, 21 Januari 2012 | 11:50:29 | 831 hits

Peneliti Prasejarah Di Kalumpung


Peneliti Prasejarah Memperlihatkan Salah Satu Temuan Penting Di Situs Kalumpang
JAKARTA -- Ekplorasi awal situs purbakala Kalumpang di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi barat Eksplorasi menunjukkan adanya proses kehidupan di daerah tersebut pada 3.800 tahun lalu.

Dari eksplorasi ini tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional berhasil menemukan ribuan peninggalan pra sejarah khususnya di daerah Minanga Sipako Kecamatan Kalumpang.

Diantaranya adalah pecahan tembikar, kapak beliung, kendi, tulang belulang serta patahan gigi hingga mollusca atau kerang jenis corbiculidae.

"Sementara, ini yang paling tua ditemukan di Sulawesi. Kita sih menduga awal persebaran nenek moyang kita, yaitu bangsa Austronesia berasal dari sana (Kalumpang,red)," jelas salah seorang peneliti Retno Handini, Jumat 20 Januari 2012.

Bersama peneliti lain yakni Nadiran, Retno harus mengeluarkan satu persatu sisa-sisa purbakala itu dari bungkusan plastik untuk diperlihatkan. Setiap temuan dibungkus rapi lengkap dengan label, menunjukkan tempat dan waktu barang itu ditemukan. Umumnya menunjukkan antara tahun 2004 hingga 2008.

Salah satu yang menarik, kata dia, adalah pecahan tembikar dengan corak seadanya. Pecahan ini berusia diatas 3.000 tahun. Hal ini, kata dia, menjelaskan betapa tuanya usia peradaban di Situs Kalumpang Mamuju.

Para ahli meneliti peninggalan ini di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. "Ini kita lihat coraknya, seadanya saja, hanya bergaris dan kasar. Corak biasa ini, berarti sudah tua. Tapi kalau sudah agak bagus dan lebih halus itu usianya masih muda," jelas Retno sambil menunjukkan sebuah pecahan tembikar bergaris. 

Seluruh temuan ditempatkan pada sebuah kardus dan dikelompokkan sesuai waktu dan tempat penemuan. di ruang penyimpanan tersebut terdapat beberapa kardus bertuliskan Kalumpang. 

Retno menyimpulkan bahwa seluruh temuan tersebut masih serumpun atau berasal dari satu jaman, yakni masa neolitik. Neolitik adalah adalah fase atau tingkat kebudayaan zaman prasejarah dengan ciri-diri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.

"Ini masih banyak di daerah Kalumpang. Kemarin, kami belum maksimal melakukan penggalian. Kalau kita gali lebih dalam lagi, yakin masih ada temuan yang berusia lebih tua,\" cetus Retno yang juga pernah menelliti perahu tradisional Mandar, Sandeq.
Benda -benda pra sejarah tersebut kini tersimpan rapi di gudang penyimpanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional di daerah Pejaten Pasar Minggu Jakarta. Beberapa diantaranya telah melalui proses penelitian, namun adapula yang masih perlu pendalaman.

Mendunia

Sementara itu, Guru Besar Arkeolog Indonesia, Professor Harry Truman Simanjuntak menyampaikan bahwa Situs Kalumpang telah banyak diketahui keberadaannya oleh peneliti dunia.

"Yang namanya Kalumpang itu sudah ada dimana-mana. Sudah masuk nomenklatur arkeologo dunia. Kalau bukan kita sendiri yang menghargai siapa lagi?" tutur H.T. Simanjuntak, siang kemarin.

Dijelaskan, tidak sedikit artikel arkeologi yang membahas tentang Situs Kalumpang. Termasuk salah satu buku berbahasa Inggris dengan judul 'Austronesian in Sulawesi.

Dalam buku ini, Minanga Sipakko dan DAS Karama, secara khusus dibahas lebih awal dan mendalam, dilengkapi dengan peta dan gambar-gambar mengenai Sungai Karama dan temuan benda-benda purbakala Kalumpang.

Ia kembali menegaskan pentingnya keberadaan Situs Kalumpang itu dipertahankan di tengah rencana Pemerintah Provinsi Sulbar membangun PLTA yang memanfaatkan aliran Sungai Karama Mamuju. Pembangunan fasilitas PLTA ini mengancam keberadaan Situs Kalumpang. 

"Sebenarnya masih sangat diperlukan eksplorasi di DAS Karama mulai dari hulu sampai Sikendeng. Kita hanya perlu mendata tinggalan-tinggalan yang dan corak budaya tua disana," terang H.T. Simanjuntak.

Jejak pra sejarah di Situs Kalumpang merupakan harta yang ternilai bagi kepentingan pengetahuan. Selain itu, juga berpotensi bagi dunia pariwisata lokal.

Terlebih, bagi warga setempat yang telah turun-temurun bermukim di daerah
 Kalumpang yang memang diprediksi menjadi salah satu titik awal persebaran manusia Indonesia.

"Tidak kaku-kaku amat melarang pembangunan PLTA karena itu juga penting bagi masyarakat. Tapi bagaimana bisa ada jalan keluarnya, pembangunan tetap jalan dan jejak sejarah serta budaya masyarakat juga tetap terekam. Ini hanya masalah kebijakan pemerintah disana," ungkapnya. (rul/fmc)

Sumber:
http://ipad.fajar.co.id/berita.php?berita=20120121115030

No comments:

Post a Comment