Sabtu, 06 September 2014 , 13:16:00 WIB
Laporan: Yayan Sopyani Al Hadi
RMOL. Menurut hikayat para leluhur masyarakat sekitar Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat Gunung Padang artinya adalah Bukit Cahaya.
"Dari cerita orang tua, dahulu namanya adalah Nagara Siang Padang, dimana itu adalah tatanan atau pencerahan di akhir jaman, karena kita tidak akan menemukan lagi nabi terakhir," ujar Juru Kunci Gunung Padang, Nanang kepada Rakyat Merdeka Onlineketika menemani mendaki Gunung Padang Sabtu dini hari, (6/9).
Saat ini, jelas Nanang, manusia harus melakukan instropeksi diri, karena yang dimaksud dengan akhir jaman itu adalah kematian. Dan setiap bagian dari Gunung Padang memiliki filosofi sendiri, seperti Batu Bonang atau Batu Kecapi yang terletak di teras pertama dimana dimaksudkan agar kita harus bisa membaca dari syarat-syarat yang tersirat dan tersurat di alam semesta ini.
"Dari teras pertama sampai teras ke lima ada hal yang tersirat dan yang tersurat," ujar Nanang sambil menunjukan sebuah tulisan lafal Allah pada sebuah batu persegi panjang di teras pertama.
Dalam pandangan Nanang, di Gunung Padang semua serba lima, seperti teras, undakan dan lainnya, bahkan situs ini dikeliling lima gunung, yaitu Gunung Pasir Malang, Gunung Malati, Emped, Gunung karuhun, dan Gunung Batu atau yang biasa disebut Pasir Domas.
"Bilai ditarik garis lurus ke arah Barat Laut, maka berjejar Gunung Batu, Pasir Pogor, Kencana, Gunung Gede dan Gunung Pangrango," jelas juru kunci yang digaji oleh Balai Arkeologi Banten.
Menurut orang tua dulu, lanjut Nanang, angka lima dimaksudkan sebagai Pandawa Lima, tapi hati Nanang mengatakan bahwa itu adalah Papat Kelima Pancar, seperti halnya di Kaki terdapat lima jari, Tangan lima jari, Lubang di tubuh ada lima. Sementara Tuhan menciptakan Bumi terdiri dari lima unsur, yaitu tanah, api, cahaya, angin, dan air.
Di teras ke dua Gunung Padang, kita akan menjumpai dua pohon yang berhimpitan yang memperlambangkan laki-laki dan perempuan yaitu, Pohon Kimenyan dan Hamirung dan menghasilkan getah yang wanginya seperti menyan.
Ketika memasuki teras ke tiga, di beberpa batu persegi panjang terdapat sebuah jejak senjata tradisional Kujang dan jejak Maung seperti dicap secara presisi entah dengan tehnik atau kekuatan yang luar bisa hebatnya.
"Maung itu bukanlah Harimau atau binatang, Maung di Gunung Padang adalah perumpamaan yg berarti manusia unggul sehingga dapat membuat sejumlah cap pada bebatuan. Dan yang dimaksud Maung adalah para wali, hal itu dapat dilihat dari jumlah jejak cekungan yang ada sembilan," jelas Nanang yang terus mendampingi hingga ke teras kelima yang ada Singgasana Rajanya.
Warisan Leluhur situs prasejarah Gunung Padang mulai ramai dibicarakan publik setelah Tim Terpadu Riset Mandiri yang diinisiasi oleh Andi Arief, telah menemukan bangunan yang tertimbun di bawah situs Gunung Padang dengan usia antara 500 SM hingga 30.000 SM. [ysa]
"Dari cerita orang tua, dahulu namanya adalah Nagara Siang Padang, dimana itu adalah tatanan atau pencerahan di akhir jaman, karena kita tidak akan menemukan lagi nabi terakhir," ujar Juru Kunci Gunung Padang, Nanang kepada Rakyat Merdeka Onlineketika menemani mendaki Gunung Padang Sabtu dini hari, (6/9).
Saat ini, jelas Nanang, manusia harus melakukan instropeksi diri, karena yang dimaksud dengan akhir jaman itu adalah kematian. Dan setiap bagian dari Gunung Padang memiliki filosofi sendiri, seperti Batu Bonang atau Batu Kecapi yang terletak di teras pertama dimana dimaksudkan agar kita harus bisa membaca dari syarat-syarat yang tersirat dan tersurat di alam semesta ini.
"Dari teras pertama sampai teras ke lima ada hal yang tersirat dan yang tersurat," ujar Nanang sambil menunjukan sebuah tulisan lafal Allah pada sebuah batu persegi panjang di teras pertama.
Dalam pandangan Nanang, di Gunung Padang semua serba lima, seperti teras, undakan dan lainnya, bahkan situs ini dikeliling lima gunung, yaitu Gunung Pasir Malang, Gunung Malati, Emped, Gunung karuhun, dan Gunung Batu atau yang biasa disebut Pasir Domas.
"Bilai ditarik garis lurus ke arah Barat Laut, maka berjejar Gunung Batu, Pasir Pogor, Kencana, Gunung Gede dan Gunung Pangrango," jelas juru kunci yang digaji oleh Balai Arkeologi Banten.
Menurut orang tua dulu, lanjut Nanang, angka lima dimaksudkan sebagai Pandawa Lima, tapi hati Nanang mengatakan bahwa itu adalah Papat Kelima Pancar, seperti halnya di Kaki terdapat lima jari, Tangan lima jari, Lubang di tubuh ada lima. Sementara Tuhan menciptakan Bumi terdiri dari lima unsur, yaitu tanah, api, cahaya, angin, dan air.
Di teras ke dua Gunung Padang, kita akan menjumpai dua pohon yang berhimpitan yang memperlambangkan laki-laki dan perempuan yaitu, Pohon Kimenyan dan Hamirung dan menghasilkan getah yang wanginya seperti menyan.
Ketika memasuki teras ke tiga, di beberpa batu persegi panjang terdapat sebuah jejak senjata tradisional Kujang dan jejak Maung seperti dicap secara presisi entah dengan tehnik atau kekuatan yang luar bisa hebatnya.
"Maung itu bukanlah Harimau atau binatang, Maung di Gunung Padang adalah perumpamaan yg berarti manusia unggul sehingga dapat membuat sejumlah cap pada bebatuan. Dan yang dimaksud Maung adalah para wali, hal itu dapat dilihat dari jumlah jejak cekungan yang ada sembilan," jelas Nanang yang terus mendampingi hingga ke teras kelima yang ada Singgasana Rajanya.
Warisan Leluhur situs prasejarah Gunung Padang mulai ramai dibicarakan publik setelah Tim Terpadu Riset Mandiri yang diinisiasi oleh Andi Arief, telah menemukan bangunan yang tertimbun di bawah situs Gunung Padang dengan usia antara 500 SM hingga 30.000 SM. [ysa]
Sumber:
http://www.rmol.co/read/2014/09/06/170887/Gunung-Padang,-Tatanan-Pencerahan-di-Akhir-Jaman-
No comments:
Post a Comment