Hindu di Nusantara sudah ada
sejak awal pewahyuan Veda
Dari manakah Hindu berasal? Secara bulat kita pasti menjawabnya dari India. Premis dasar yang menyatakan bahwa Hindu berasal dari India dan berkembang ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia melahirkan beberapa teori spekulatif. Dikatakan bahwa Hindu di Indonesia berkembang berkat adanya jalur perdagangan India dan Cina yang melewati Nusantara. Interaksi ini menyebabkan adanya penyebaran agama dari berbagai golongan varna yang berasal dari India. Teori pertama mengatakan bahwa orang Sudra-lah yang membawa Hindu ke Nusantara karena mereka dibuang dari Negara asalnya. Teori kedua adalah teori Vaisya yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang Vaisya, yang terdiri dari para pedagang yang datang dan kemudian menetap di salah satu wilayah di Indonesia. Bahkan dikatakan banyak di antara pedagang itu yang menikah dengan wanita setempat. Teori ketiga adalah teori Ksatria yang berasumsi bahwa di India pada waktu itu terjadi kekacauan politik sehingga memaksa para kaum ksatria mengungsi ke Nusantara sampai akhirnya mereka menetap dan mendirikan kerajaan. Dan yang terakhir adalah teori Brahmana. Teori ini mengatakan bahwa para kaum Brahmana sengaja diundang oleh para kepala suku yang tertarik dengan Hindu untuk mengajarkan agama Hindu lebih mendalam.
Hanya saja sepertinya hipotesa sejarah penyebaran Hindu dari India ke Indonesia sebagaimana yang dipahami selama ini mungkin akan segera berubah jika premis dasar yang dijadikan acuan berteori berubah. Setidaknya terdapat dua orang profesor dengan background dan sudut pandang teori yang berbeda telah mengemukakan teori baru mengenai asal-usul peradaban manusia di dunia. Yang pertama adalah Profesor Stephen Oppenheimer, seorang ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris mengungkapkan dalam buku karangannya berjudul “Eden in the East” bahwa Indonesia adalah asal-usul peradaban dunia. Teori yang didasarkan pada riset struktur DNA manusia sejak manusia modern ada selama ribuan tahun yang lalu hingga saat ini dengan pendekatan dasar yang digunakan berupa disiplin ilmu kedokteran, geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, dan folklore dikenal sebagai Oppenheimer Theory. Teori ini dengan tegas menyatakan bahwa nenek moyang dari induk peradaban manusia modern (Mesir, Mediterania dan Mesopotamia) berasal dari tanah Melayu yang sering disebut dengan sunda land (Indonesia). Buku Prof. Dr. Stephen Oppenhenheimer juga menegaskan bahwa orang-orang Polinesia (penghuni Benua Amerika) bukan berasal dari China sebagaimana yang terpampang dalam setiap teks sejarah buku pelajaran, melainkan dari orang-orang yang datang dari dataran yang hilang dari pulau-pulau di Asia Tenggara. Penyebaran kebudayaan dan peradaban tersebut, disebabkan “banjir besar” yang melanda permukaan bumi pada 30.000 tahun yang lalu.
Teori yang senada juga disampaikan oleh Profesor Arysio Santos, seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir asal Brazil. Melalui bukunya “Atlantis The Lost Continent Finally Found” beliau juga menegaskan bahwa Indonesia merupakan pusat peradaban dunia Atlantis yang hilang. Berbeda dengan Profesor Stephen Oppenheimer, Profesor Arysio Santos juga mencoba melakukan pendekatan mendalam dari segi linguistik dan antropologi tetapi dengan menitikberatkan pada kajian yang lebih mendalam pada sudut geologi. Dia juga mengatakan bahwa benua Atlantis beserta peradabannya yang menurut Plato, seorang filsuf Yunani merupakan peradaban yang sangat maju akhirnya hilang tertelan lautan setelah berakhirnya jaman es sekitar 11.600 tahun yang lalu. Meski peradaban Atlantis telah musnah, namun daerah-daerah dataran tinggi benua tersebut dikatakan masih tersisa sampai sekarang. Datara tinggi yang selamat inilah yang kini dikenal sebagai Nusantara, atau Indonesia.
Jika kedua teori ini benar, itu artinya Nusantara purba bukanlah “negeri kosong” sebagaimana asumsi buku-buku sejarah selama ini. Implikasinya, teori penyebaran agama Hindu sebagaimana yang telah dipaparkan di atas juga tidak bisa diterima dan harus ada teori baru mengenai bagaimana Hindu bisa berkembang di Nusantara. Mengenai hal ini, sepertinya kitab suci Veda juga memiliki pandangan tersendiri.
Dalam kitab Ramayana, pada bagian yang menceritakan pembangunan jembatan Situbanda oleh tentara kera yang menghubungkan India dengan Alenkapura diceritakan bahwa Hanuman sempat menyeberang ke arah timur melalui pulau-pulau yang bernama Svarna Dvipa, Java Dvipa, Varuna Dvipa dan sampai kepada suatu pegunungan yang puncaknya ditutupi oleh es dan salju. Dalam manuskrip kitab-kitab peninggalan Nusantara, dapat kita saksikan bahwa yang disebut sebagai Svarna Dvipa adalah pulau Sumatra, Varuna Dvipa adalah pulau Kalimantan dan Java Dvipa adalah pulau Jawa. Sementara itu satu-satunya puncak gunung yang ditutupi oleh es dan salju di sebelah timur Svarna Driva dan Java Dvipa hanyalah puncak gunung Jaya Wijaya yang terletak di Irian jaya. Apakah hal ini menegaskan bahwa pada jaman Ramayana wilayah Nusantara juga merupakan satu-kesatuan dengan Ayodyapura, kerajaannya Sri Rama?
Kitab Mahabharata yang menceritakan epos kepahlawanan Panca Pandava juga menyinggung tentang keberadaan Svara Dvipa dan Java Dvipa sebagai suatu wilayah kerajaan kecil di bawah Hastinapura. Jika Svara Dvipa dan Java Dvipa yang disinggung di sini adalah pulau Sumatra dan Jawa, apakah itu artinya pada masa itu Nusantara adalah bagian dari kerajaan Hastinapura yang beribu kota di daerah India?
Jika kita berasumsi bahwa teori Profesor Stephen Oppenheimer dan Profesor Arysio Santos benar, dan keterangan kitab Ramayana dan Mahabharata mengenai keberadaan pulau-pulau di Nusantara juga tepat, maka sangat mungkin jika pada jaman dahulu Nusantara, India, dan beberapa Negara Asia lainnya adalah merupakan satu kesatuan kerajaan yang sangat besar yang melingkupi wilayah daratan yang sangat luas. Dan sangat mungkin juga kalau Nusantara pernah menjadi pusat peradaban atau setidaknya sebagian dari sekian luasnya peradaban benua Atlantis yang telah hilang.
Jika kita kembalikan kepada asal mulanya Hindu, yaitu pada saat pewahyuan Veda. Brahma Samhita mengatakan bahwa Veda diwahyukan untuk pertama kalinya kepada Dewa Brahma sebagai mahluk hidup yang pertama sekitar 1,9 Milyar Tahun yang lalu. Tentunya pewahyuan ini tidak berlangsung di Bumi, tetapi di alam dewa Brahma, yaitu Brahma loka. Selanjutnya Brahma mewahyukan Veda kepada 7 orang Rsi, yaitu:
- Rsi Grtsamada, yang banyak disebut dalam hubungannya dengan turunya wahtu-wahyu pada Rgveda Mandala 2.
- Rsi Visvamitra, yang dikaitkan dengan seluruh Mandala 3 Rgveda.
- Rsi Vamadeva, yang dikaitkan dengan Mandala 4 Rgveda
- Rsi Atri, yang berhubungan dengan Mandala 5 Rgveda. Dalam keluarga Rsi Atri disebut bahwa terdapat 36 Rsi penerima wahyu.
- Rsi Bharadvaja, yang banyak dikaitkan dengan turunnya Mandala 6 Rgveda, kecuali beberapa bagian yang berhubungan dengan nama Sahotra dan Sarahotra.
- Rsi Vasistha, yang bayak berhubungan dengan Mandala 7 Rgveda. Dalam kisah Mahabrata, Rsi ini juga sering disamakan dengan Rsi Visvamitra.
- Rsi Kanva, yang merupakan nama pribadi dan nama keluarga yang banyak dikaitkan dengan mandala 8 Rgveda. Adapun mandala 9 dan 10 adalah kumpulan wahyu yang diterima oleh beberapa Rsi yang lain.
Dari ke-7 Rsi ini akhirnya Veda disampaikan kepada seluruh umat manusia di Bumi melalui sistem parampara secara lisan dari guru ke murid. Hal ini berlangsung selama jutaan tahun. Sampai akhirnya pada akhir jaman Dvaparayuga atau pada awal jaman Kaliyuga (3.138 SM) Maha Rsi Vyasa (Veda Vyasa) yang diyakini sebagai Avatara Tuhan melakukan kodifikasi, pengumpulan dan penulisan ulang Veda. Hal ini beliau lakukan karena beliau sadar bahwa pada jaman Kaliyuga ingatan manusia akan merosot tajam sehingga untuk membantu pengajaran Veda selanjutnya diperlukan teks-teks Veda yang ditulis dalam kulit kayu, batu dan sejenisnya.
Jika kita hubungkan kronologis pewahyuan Veda ini dengan premis bahwa Nusantara merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dari India sebagai sebuah pusat peradaban yang telah hilang, maka sangat mungkin sebenarnya Hindu sudah ada di nusantara sejak awal jaman. Hanya saja Hindu dengan peradaban Veda yang ada di Nusantara bukanlah berupa kumpulan Veda yang sudah dikodifiksi oleh Maha Rsi Vyasa 5.338 tahun silam. Mungkin hal ini jugalah salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan wajah Hindu di India dengan di Nusantara. Ajaran Veda di India tetap terpelihara dan terkondisi karena kebetulan Maha Rsi Vyasa muncul di sana dan mempertahankan keotentikannya dengan Veda yang tertulis. Sedangkan pasca lenyapnya kebudayaan maju sebagaimana teori yang disampaikan Profesor Stephen Oppenheimer dan Profesor Arysio Santos dan degradasi daya ingat akibat Kali yuga, di Nusantara proses penyampaian Veda secara oral tidak jalan dengan baik. Sehingga hal ini mengakibatkan sebelum masuknya kitab suci Veda hasil kodifikasi Maha Rsi Vyasa, praktik keagamaan hanya berjalan secara tradisi dan dari panduan kitab-kitab yang ditulis secara lokal semata.
Source:
Dari manakah Hindu berasal? Secara bulat kita pasti menjawabnya dari India. Premis dasar yang menyatakan bahwa Hindu berasal dari India dan berkembang ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia melahirkan beberapa teori spekulatif. Dikatakan bahwa Hindu di Indonesia berkembang berkat adanya jalur perdagangan India dan Cina yang melewati Nusantara. Interaksi ini menyebabkan adanya penyebaran agama dari berbagai golongan varna yang berasal dari India. Teori pertama mengatakan bahwa orang Sudra-lah yang membawa Hindu ke Nusantara karena mereka dibuang dari Negara asalnya. Teori kedua adalah teori Vaisya yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang Vaisya, yang terdiri dari para pedagang yang datang dan kemudian menetap di salah satu wilayah di Indonesia. Bahkan dikatakan banyak di antara pedagang itu yang menikah dengan wanita setempat. Teori ketiga adalah teori Ksatria yang berasumsi bahwa di India pada waktu itu terjadi kekacauan politik sehingga memaksa para kaum ksatria mengungsi ke Nusantara sampai akhirnya mereka menetap dan mendirikan kerajaan. Dan yang terakhir adalah teori Brahmana. Teori ini mengatakan bahwa para kaum Brahmana sengaja diundang oleh para kepala suku yang tertarik dengan Hindu untuk mengajarkan agama Hindu lebih mendalam.
Hanya saja sepertinya hipotesa sejarah penyebaran Hindu dari India ke Indonesia sebagaimana yang dipahami selama ini mungkin akan segera berubah jika premis dasar yang dijadikan acuan berteori berubah. Setidaknya terdapat dua orang profesor dengan background dan sudut pandang teori yang berbeda telah mengemukakan teori baru mengenai asal-usul peradaban manusia di dunia. Yang pertama adalah Profesor Stephen Oppenheimer, seorang ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris mengungkapkan dalam buku karangannya berjudul “Eden in the East” bahwa Indonesia adalah asal-usul peradaban dunia. Teori yang didasarkan pada riset struktur DNA manusia sejak manusia modern ada selama ribuan tahun yang lalu hingga saat ini dengan pendekatan dasar yang digunakan berupa disiplin ilmu kedokteran, geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, dan folklore dikenal sebagai Oppenheimer Theory. Teori ini dengan tegas menyatakan bahwa nenek moyang dari induk peradaban manusia modern (Mesir, Mediterania dan Mesopotamia) berasal dari tanah Melayu yang sering disebut dengan sunda land (Indonesia). Buku Prof. Dr. Stephen Oppenhenheimer juga menegaskan bahwa orang-orang Polinesia (penghuni Benua Amerika) bukan berasal dari China sebagaimana yang terpampang dalam setiap teks sejarah buku pelajaran, melainkan dari orang-orang yang datang dari dataran yang hilang dari pulau-pulau di Asia Tenggara. Penyebaran kebudayaan dan peradaban tersebut, disebabkan “banjir besar” yang melanda permukaan bumi pada 30.000 tahun yang lalu.
Teori yang senada juga disampaikan oleh Profesor Arysio Santos, seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir asal Brazil. Melalui bukunya “Atlantis The Lost Continent Finally Found” beliau juga menegaskan bahwa Indonesia merupakan pusat peradaban dunia Atlantis yang hilang. Berbeda dengan Profesor Stephen Oppenheimer, Profesor Arysio Santos juga mencoba melakukan pendekatan mendalam dari segi linguistik dan antropologi tetapi dengan menitikberatkan pada kajian yang lebih mendalam pada sudut geologi. Dia juga mengatakan bahwa benua Atlantis beserta peradabannya yang menurut Plato, seorang filsuf Yunani merupakan peradaban yang sangat maju akhirnya hilang tertelan lautan setelah berakhirnya jaman es sekitar 11.600 tahun yang lalu. Meski peradaban Atlantis telah musnah, namun daerah-daerah dataran tinggi benua tersebut dikatakan masih tersisa sampai sekarang. Datara tinggi yang selamat inilah yang kini dikenal sebagai Nusantara, atau Indonesia.
Jika kedua teori ini benar, itu artinya Nusantara purba bukanlah “negeri kosong” sebagaimana asumsi buku-buku sejarah selama ini. Implikasinya, teori penyebaran agama Hindu sebagaimana yang telah dipaparkan di atas juga tidak bisa diterima dan harus ada teori baru mengenai bagaimana Hindu bisa berkembang di Nusantara. Mengenai hal ini, sepertinya kitab suci Veda juga memiliki pandangan tersendiri.
Dalam kitab Ramayana, pada bagian yang menceritakan pembangunan jembatan Situbanda oleh tentara kera yang menghubungkan India dengan Alenkapura diceritakan bahwa Hanuman sempat menyeberang ke arah timur melalui pulau-pulau yang bernama Svarna Dvipa, Java Dvipa, Varuna Dvipa dan sampai kepada suatu pegunungan yang puncaknya ditutupi oleh es dan salju. Dalam manuskrip kitab-kitab peninggalan Nusantara, dapat kita saksikan bahwa yang disebut sebagai Svarna Dvipa adalah pulau Sumatra, Varuna Dvipa adalah pulau Kalimantan dan Java Dvipa adalah pulau Jawa. Sementara itu satu-satunya puncak gunung yang ditutupi oleh es dan salju di sebelah timur Svarna Driva dan Java Dvipa hanyalah puncak gunung Jaya Wijaya yang terletak di Irian jaya. Apakah hal ini menegaskan bahwa pada jaman Ramayana wilayah Nusantara juga merupakan satu-kesatuan dengan Ayodyapura, kerajaannya Sri Rama?
Kitab Mahabharata yang menceritakan epos kepahlawanan Panca Pandava juga menyinggung tentang keberadaan Svara Dvipa dan Java Dvipa sebagai suatu wilayah kerajaan kecil di bawah Hastinapura. Jika Svara Dvipa dan Java Dvipa yang disinggung di sini adalah pulau Sumatra dan Jawa, apakah itu artinya pada masa itu Nusantara adalah bagian dari kerajaan Hastinapura yang beribu kota di daerah India?
Jika kita berasumsi bahwa teori Profesor Stephen Oppenheimer dan Profesor Arysio Santos benar, dan keterangan kitab Ramayana dan Mahabharata mengenai keberadaan pulau-pulau di Nusantara juga tepat, maka sangat mungkin jika pada jaman dahulu Nusantara, India, dan beberapa Negara Asia lainnya adalah merupakan satu kesatuan kerajaan yang sangat besar yang melingkupi wilayah daratan yang sangat luas. Dan sangat mungkin juga kalau Nusantara pernah menjadi pusat peradaban atau setidaknya sebagian dari sekian luasnya peradaban benua Atlantis yang telah hilang.
Jika kita kembalikan kepada asal mulanya Hindu, yaitu pada saat pewahyuan Veda. Brahma Samhita mengatakan bahwa Veda diwahyukan untuk pertama kalinya kepada Dewa Brahma sebagai mahluk hidup yang pertama sekitar 1,9 Milyar Tahun yang lalu. Tentunya pewahyuan ini tidak berlangsung di Bumi, tetapi di alam dewa Brahma, yaitu Brahma loka. Selanjutnya Brahma mewahyukan Veda kepada 7 orang Rsi, yaitu:
- Rsi Grtsamada, yang banyak disebut dalam hubungannya dengan turunya wahtu-wahyu pada Rgveda Mandala 2.
- Rsi Visvamitra, yang dikaitkan dengan seluruh Mandala 3 Rgveda.
- Rsi Vamadeva, yang dikaitkan dengan Mandala 4 Rgveda
- Rsi Atri, yang berhubungan dengan Mandala 5 Rgveda. Dalam keluarga Rsi Atri disebut bahwa terdapat 36 Rsi penerima wahyu.
- Rsi Bharadvaja, yang banyak dikaitkan dengan turunnya Mandala 6 Rgveda, kecuali beberapa bagian yang berhubungan dengan nama Sahotra dan Sarahotra.
- Rsi Vasistha, yang bayak berhubungan dengan Mandala 7 Rgveda. Dalam kisah Mahabrata, Rsi ini juga sering disamakan dengan Rsi Visvamitra.
- Rsi Kanva, yang merupakan nama pribadi dan nama keluarga yang banyak dikaitkan dengan mandala 8 Rgveda. Adapun mandala 9 dan 10 adalah kumpulan wahyu yang diterima oleh beberapa Rsi yang lain.
Dari ke-7 Rsi ini akhirnya Veda disampaikan kepada seluruh umat manusia di Bumi melalui sistem parampara secara lisan dari guru ke murid. Hal ini berlangsung selama jutaan tahun. Sampai akhirnya pada akhir jaman Dvaparayuga atau pada awal jaman Kaliyuga (3.138 SM) Maha Rsi Vyasa (Veda Vyasa) yang diyakini sebagai Avatara Tuhan melakukan kodifikasi, pengumpulan dan penulisan ulang Veda. Hal ini beliau lakukan karena beliau sadar bahwa pada jaman Kaliyuga ingatan manusia akan merosot tajam sehingga untuk membantu pengajaran Veda selanjutnya diperlukan teks-teks Veda yang ditulis dalam kulit kayu, batu dan sejenisnya.
Jika kita hubungkan kronologis pewahyuan Veda ini dengan premis bahwa Nusantara merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dari India sebagai sebuah pusat peradaban yang telah hilang, maka sangat mungkin sebenarnya Hindu sudah ada di nusantara sejak awal jaman. Hanya saja Hindu dengan peradaban Veda yang ada di Nusantara bukanlah berupa kumpulan Veda yang sudah dikodifiksi oleh Maha Rsi Vyasa 5.338 tahun silam. Mungkin hal ini jugalah salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan wajah Hindu di India dengan di Nusantara. Ajaran Veda di India tetap terpelihara dan terkondisi karena kebetulan Maha Rsi Vyasa muncul di sana dan mempertahankan keotentikannya dengan Veda yang tertulis. Sedangkan pasca lenyapnya kebudayaan maju sebagaimana teori yang disampaikan Profesor Stephen Oppenheimer dan Profesor Arysio Santos dan degradasi daya ingat akibat Kali yuga, di Nusantara proses penyampaian Veda secara oral tidak jalan dengan baik. Sehingga hal ini mengakibatkan sebelum masuknya kitab suci Veda hasil kodifikasi Maha Rsi Vyasa, praktik keagamaan hanya berjalan secara tradisi dan dari panduan kitab-kitab yang ditulis secara lokal semata.
Source:
http://narayanasmrti.com/1769/hindu-di-nusantara-sudah-ada-sejak-awal-pewahyuan-veda/
No comments:
Post a Comment