Monday, May 26, 2014

Posisi Kawasan Sangkulirang di Asia Tenggara dan Pasifik- Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage



Posisi Kawasan Sangkulirang di Asia Tenggara dan Pasifik- Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage

Sesi kedua di pagi ini tanggal 25 September 2013 dengan tema “Posisi Kawasan Sangkulirang di Asia Tenggara dan Pasifik” dengan narasumber Sumijati Atmosudiro, Daud Aris Tanudirjo dan Pindi Setiawan.
Daud Aris Tanudirjo, Moderator, Sumijati Atmosudiro,  dan Pindi Setiawan
Daud Aris Tanudirjo, Moderator, Sumijati Atmosudiro, dan Pindi Setiawan

Berdasarkan paparan dari ibu Sumijati Atmosudiro bahwa Gerabah memiliki peran yang penting dan dapat menjadi gambaran kehidupan :
  • Teknomik
  • Sosioteknik
  • Idioteknik
gerabah
Gerabah
 Gerabah, hasil budaya bendawi “Universal” :
  • Dibuat dari bahan tanah liat dan temper
  • Dibakar dengan suhu relatif tidak tinggi
  • Mempunyai sifat mudah pecah
  • Tidak hancur sama sekali
permukaan gerabah sangkulirang
permukaan gerabah sangkulirang
Gerabah Sangkulirang :
  • Di beri hiasan
  • Tera tatap yang dibalut tali
  • Tera cangkang kerang
  • Tera dengan motif bulatan
  • Gores
  • Tempel dengan garis bergelombang
  • Cat merah
  • Tusuk
Temuan gerabah Sangkulirang hanya pecahan” namun dapat menunjukan kemiripan dengan gerabah Sa-Huynh-Kalanay (Vietnam)  dan Tabon (Filipina) serta mendukung peran strategis Borneo dalam mencari jati diri bangsa. Karst Sangkulirang perlu ditingkatkan penelitian lintas ilmu, menggali potensi Sangkulirang dan berpotensi menjadi warisan budaya yang mendunia.

Sedangkan berdasarkan paparan dari Daud Aris Tanudirjo mengenai Persimpangan diaspora Austronesia. Austronesia adalah rumpun bahasa yang dituturkan sangat luas dari Taiwan dan mikronesia di utara hingga Selandia baru di selatan, dan dari Madagaskar di barat hingga Easter.
Ciri budaya Autronesia awal dari Taiwan :
  • Cocok tanam padi
  • Membuat gerabah
  • Lata tulang dan kerang
  • Pisau batu
  • Kemampuan berlayar
  • Busur panah
Karena proses migrasi penutur Austronesia budaya yang dibawanya juga ikut tersebar luas, tetapi di setiap tempat mengalami perubahan karena beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk glokalisasi, menciptakan keragaman budaya (multikultular) di wilayah kepulauan.

Menurut hasil penelitian Daud Aris Tanudirjo terkait dengan temuan beberapa situs gerabah yang berada di Borneo, keberadaan Borneo mempunyai keterkaitan dengan Karst Sangkulirang yaitu Borneo menempati posisi strategis sebagai persimpangan persebaran Austronesia. Sangkulirang terbukti menjadi salah satu kawasan sistus yang sangat strategis untuk menyediakan berbagai data arkeologis dan etnografis untuk mengungkap diaspora Austronesia.
Pindi Setiawan
Pindi Setiawan

Berdasarkan paparan dari Pindi Setiawan, dilihat dari sudut pandang kesenirupaan, gambar cadas adalah media berkomunikasi masyarakat berbudaya pra-tulis (masyarakat nir-leka). Oleh karena itu unsur komunikasinya berbeda dengan unsur komunikasi pada media untuk masyarakat berbudaya tulis. Komunikasi melalui gambar-cadas selain bersifat universal (kepercayaan manusia prasejarah), namun sekaligus bersifat khas (mode mata pencaharian).

Telaah Komunikas-Rupa bukanlah kajian estetis. Walaupun keduanya memakai unsur yang sama, namun kajian telaah-rupa tidak melakukan penilaian keindahan seperti kecendrungan pada kajian estetis. Yang diteliti pada telaah rupa adalah ciri-ciri bentuk dari gambar, dan kemudian mencoba menafsirkan arti dari bentuk-bentuk itu, dan kemudian dipilah-pilah sesuai keilmuan Komunikasi-Rupa. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kajian telaah-rupa :
  • Tiruan/jiplakan/foto imaji harus sesuai dengan bentuk aslinya di cadas.
  • Mental yang terbiasa dengan mental cara melihat modern (fokus pada figuratif serta membatasi gambar dengan bingkai) harus benar-benar dihilangkan.
  • Yang perlu diperhatikan adalah bahan dan cara pembuatan karya seni purba.
  • Dalam dunia senirupa ada yang dinamakan Rana, yaitu keseimbangan gambar dengan bidang gambar.
Tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum memulai “langkah pertama” menjadikan Sangkulirang sebagai salah satu Warisan Dunia:
  • Local Government vs Central Government
  • Culture Heritage vs Natural Heritage
  • Valuation Economic : Instant vs Gradual

Potensi Budaya dan Masyarakat Kawasan Sangkulirang- Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage

Sesi pertama di pagi ini tanggal 25 September 2013 diawali dengan tema “Potensi Budaya dan Masyarakat Kawasan Sangkulirang” dengan narasumber G.Simon Devung dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aswin.
G.Simon Devung dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aswin
G.Simon Devung dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aswin

Potensi dan nilai penting kawasan terdapat gunung-gunung kapur dengan gua-gua Karst dengan formasi stalaktit dan stalakmit yang indah dan di dalam beberapa gua terdapat jejak kebudayaan dan peradaban purba yang menarik yaitu lukisan-lukisan tangan. Karena itu, Karst Sangkulirang patut dilestarikan dan dipromosikan sebagai warisan alam dan dunia, sehingga perlu adanya langkah-langkah awal untuk mempromosikan kawasan sangkulirang ini diantaranya adalah:
  • Kebijakan yang tepat.
  • Perencanaan yang matang.
  • Persiapan yang memadai.
  • Memperhatikan potensi budaya dan masyarakat  yang berada di dalam dan sekitar kawasan : sebagai kelompok basis pemangku kepentingan dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan sehingga tetap terjaga substansi autentisitas dan integritas  kawasan dalam dinamika interaksi  budaya dan masyarakat dengan lingkungan.
Peserta Seminar Internasional Sangkulirang
Peserta Seminar Internasional Sangkulirang 25 September 2013

Dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan melalui pusat kegiatan masyarakat, aspek-aspek nya adalah sebagai berikut :

A. POTENSI BUDAYA :
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan :
  • Wujud kebudayaan dan Unsur-Unsur kebudayaan
B. POTENSI MASYARAKAT  :
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan :
  • Ikatan historis dengan kawasan
  • Proksimitas / kedekatan lokasi  pemukiman dengan kawasan
  • Aktivitas hidup / kehidupan sehari-hari di dalam dan atau di sekitar kawasan
ASPEK WUJUD KEBUDAYAAN :
  • Sistem gagas (ide) : kepercayaan, pandangan hidup / falsafah, nilai, norma, hukum, dan pengetahuan lokal dan ilmu pengetahuan
  • Sistem tindak (kegiatan) : perilaku budaya, tata  krama, adat istiadat, kebiasaan, kearifan lokal
  • Benda budaya (hasil karya) : makanan, minuman, pakaian, perumahan, perlengkapan, peralatan, dan perhiasan
ASPEK UNSUR KEBUDAYAAN :
  • Bahasa
  • Sistem mata pencaharian
  • Perlengkapan dan peralatan hidup
  • Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial
  • Adat istiadat
  • Kesenian
  • Religi
ASPEK IKATAN HISTORIS DENGAN KAWASAN :
Ada masyarakat asal yang memiliki ikatan historis dengan pegunungan dan gua-gua Karst di kawasan Sangkulirang yakni : ‘Dayak Basap dan Lebbu’. Menurut sejarah lisan, Dayak Basap dan Lebbu’ di jaman dulu bermukim di kawasan Gunung Kulat/Gulat (perbatasan hulu sungai Lesan dan sungai Bengalon) kemudian mereka berpisah dan menyebar. Lebbu’ ke arah  hulu sungai Lesan, Nyapa’ dan Tabalar. Basap  ke arah hulu sungai Bengalon, Karangan, dan Manubar.
Jejak peradaban kebudayaan Gua Karst Sangkulirang "Lukisan-lukisan Tangan"
Jejak peradaban kebudayaan Gua Karst Sangkulirang “Lukisan-lukisan Tangan”

Dari Tepian Langsat warga Basap Bengalon kemudian menyebar, dan keturunan mereka sekarang berada di Tebangan Lembak, Keraitan, Sekurau Atas , Perondongan, Muara Baay / Muara Bulan, Perondongan / Karangan Dalam dan Kerayaan. Sebagian dari kelompok mereka ada yang pindah kembali ke tempat pemukiman lama mereka di Balai Bakul di pebukitan Gunung Macan. Sedangkan warga Lebbu’ menurut cerita : dulu hidup terpencar di bagian hulu sungai Lesan, sekarang sebagian bermukim di Merapun, Merabu dan Pana’an (Kecamatan Kelay).

Dengan ikatan historis dan pengalaman berkelana di dalam dan di sekitar kawasan seperti ini, mereka sangat potensial dilibatkan dan juga perlu diperhatikan kepentingannya dalam  pemeliharaan dan pengembangan kawasan. Ada masyarakat yang desa/pemukimannya dekat dengan kawasan yang potensial dilibatkan dan juga perlu diperhatikan kepentingannya dalam  pemeliharaan dan pengembangan kawasan.

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Pengelolaan Cagar Alam dan Budaya – Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Pengelolaan Cagar Alam dan Budaya “Kawasan Karst Sangkulirang Mangkulihat” dalam hal ini disampaikan oleh Kepala BLH Kaltim dan Asisten Kesejahteraan Rakyat.

Kawasan Sangkulirang Mangkalihat berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur. Kawasan tersebut seluas 1,8 juta hektar dan khusus untuk Karst mencapai 505.000 hektar. Kawasan ini merupakan hulu dari 5 sungai besar yaitu Sungai Bengalon, Karangan, Tabalar, Lesan dan Pesab. Ada lebih dari 100.000 jiwa masyarakat hidup di kawasan Karst Sangkulirang. Kawasan Karst sekarang ini menjadi kawasan strategis di Pulau Kalimantan.
SEBARAN KARST SANGKULIRANG MANGKALIHAT
SEBARAN KARST SANGKULIRANG MANGKALIHAT

Penghasil jutaan liter air untuk beragam kehidupan flora, fauna dan khususnya Manusia. Karst Kalimantan Timur menjadi sumber air sejumlah sungai utama, dan  berperan besar memunculkan  beratus mata air di pesisir, di dasar laut dan di pulau lepas pantai.

Karst adalah ekosistem yang sambung menyambung membentuk koridor-hayati. Tempat hidup berjuta spesies flora fauna penunjang keseimbangan kehidupan Kalimantan Timur nan damai. Karst mempunyai keanekaragaman hayati  dalam dan luar karst serta kehidupan pesisir dan pulau coral. Karst Juga merupakan tempat hidup Orangutan yang nyaman. Ketika Banyak Lahan Hutan Beralih Fungsi Menjadi kawasan Budidaya lainnya,  di kawasan Hutan Karst masih menjanjikan tempat hidup yang layak bagi mereka
Nilai-nilai penting yang terdapat dalam Kawasan Sangkulirang yaitu :
  • Nilai ilmiah, berkaitan dengan ilmu kebumian, litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaentologi, serta tempat berlindung flora dan fauna endemis.
  • Nilai sosial budaya, yang mencakup aspek spiritual keagamaan; terutama menyangkut keberadaan gua kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi, pendidikan.
  • Nilai ekonomi yang tinggi karena menjadi sumber air sungai bawah tanah,  penghasil sarang burung walet, pariwisata dan bahan semen.
Kebijakan Nasional terkait Karst :
•Undang-Undang No 32 tahun 2009 pasal 21 ayat (3) butir (g) tentang kriteria baku kerusakan karst.
•PP No 26 tahun 2008 tentang  rencana tata ruang wilayah nasional pasal 52 ayat 5 tentang kawasan lindung geologi.
•Perpres No 3 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan pasal 45 ayat 9 tentang mempertahankan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikan bentang alam berupa karst.
•Peraturan Menteri ESDM  No 17 tahun 2012 tentang penetapan bentang alam karst.
Substansi Peraturan Gubernur nomor 67 tahun 2012, maksud peraturan Gubernur :
  • Sebagai pedoman penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan Karst secara terpadu.
  • Sebagai pedoman untuk meningkatkan upaya perlindungan bentang-alam Karst yang memiliki arti penting dalam pelestarian fungsi hidrogeologi, proses geologi, flora dan fauna serta nilai sejarah dan budaya.
  • Sebagai upaya perlindungan sumberdaya batuan karbonat bermorfologi Karst.
Kepala BLH Kaltim dan Asisten Kesejahteraan Rakyat
Kepala BLH Kaltim dan Asisten Kesejahteraan Rakyat
Ruang lingkupnya adalah :
  • Pola ruang kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur.
  • Strategi, kebijakan dan langkah pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur terpadu.
  • Kelembagaan pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur.
  • Pembiayaan pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur.
  • Hak, kewajiban dan peran serta masyarakat.

Persiapan Menuju Warisan Dunia- Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage

Sesi kedua diangkat dengan Tema “Persiapan Menuju Warisan Dunia” yang dibawa langsung dari perwakilan UNESCO yaitu Masanori Nagaoka dimoderatori oleh Junus Satrio Atmodjo. Warisan Dunia (World Heritage) yang dicanangkan oleh UNESCO secara resmi dimulai sejak tahun 1972, yaitu sejak disahkannya konvensi tentang pelestarian warisan budaya dan alam.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka
Secara umum, kesadaran dunia tentang pentingnya pelestarian warisan budaya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada sekitar tahun 60an masyarakat dunia semakin peduli terhadap pelestarian warisan budaya.
Pada awalnya UNESCO mendorong negara-negara yang telah meratifikasi untuk mengajukan situsnya. Hingga saat ini telah terdaftar sebanyak 994 situs yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 8 warisan dunia (4 warisan budaya dan 4 warisan alam), jumlah ini tentu relatif sedikit karena Indonesia telah 24 tahun meratifikai konvensi, apalagi jika dibanding dengan negara-negara yang lain.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka dimoderatori Junus Satrio Atmodjo

Secara umum, situs yang dapat diajukan sebagai warisan dunia adalah yang memiliki nilai universal luar biasa (Outstanding Universal Value). Nilai universal luar biasa tersebut memerlukan penjelasan agar tidak bersifat relatif dan subjektif. UNESCO menjabarkan mengenai Outstanding Universal Value(OUV) tersebut dalam kriteria-kriteria yang dijelaskan dalam Operational Guideline. Kriteria-kriteria yang digunakan sebanyak 10 kriteria yang terdiri dari 6 kriteria untuk budaya dan 4 kriteria untuk alam. Situs yang diajukan harus memenuhi minimal satu dari sepuluh kriteria tersebut. Selain kriteria OUV, pengajuan warisan dunia juga harus menjabarkan otentitas dan integritas dari situs.

Apabila Karst Sangkulirang ingin menjadi salah satu warisan dunia, maka harus benar-benar memastikan bahwa nilai dari cap-cap tangan atau yang lainnya terdapat di dalam goa Sangkulirang tersebut benar-benar memiliki nilai khusus dan memiliki arti. Dan juga harus membandingkan antara 2 obyek yang sejenis agar terlihat jelas perbedaan dan keunikannya dari Karst Sangkulirang tersebut.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka dimoderatori Junus Satrio Atmodjo

Ada 8 langkah dalam mengajukan suatu obyek untuk menjadi Warisan Dunia :
  1. Memastikan bahwa objek yang diusulkan sebagai warisan budaya dunia sudah terdaftar atau sudah masuk didalam tentative list UNESCO.
  2. Terdapat pengesahan dari pemerintah pusat mengenai pengajuan obyek ini.
  3. Membentuk suatu tim khusus untuk meneliti obyek tersebut yang terdiri dari para arkeolog, para ahli bidang biologi dan kimia, ahli sejarah, antropolog, perwakilan dari pemerintah pusat dan daerah dan yang terpenting yaitu media untuk dilibatkan dalam tim ini.
  4. Mengumpulkan semua informasi yang penting yang terkait dengan obyek apa yang kita usulkan.
  5. Mengidentifikasi lebih lanjut mengenai para Sumber Daya Manusia yang ahli dan mengarahkan dalam keuangan.
  6. Membuat jadwal dan time line agar apa yang kita ingin ajukan ke UNESCO tertata rapi. Jangan terburu-buru dan jangan lupa terlalu lambat waktu pelaksanaannya.
  7. Meyakinkan para partisipan dari stakeholders dalam pengajuan obyek menjadi warisan dunia.
  8. Menulis pengusulan tersebut dalam 200 kata untuk diajukan ke UNESCO agar obyek tersebut menjadi salah satu warisan dunia.

Kebijakan Pelestarian Alam dan Budaya- Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage


Sesi pertama dalam Seminar Internasional ini dengan tema “Kebijakan Pelestarian Alam dan Budaya” dengan narasumber Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yaitu Dr. Harry Widianto  dan didampingi moderator oleh Kepala BPCB Samarinda. Acara seminar ini dihadiri kurang lebih 250 peserta dari kalangan universitas, Dispora, Dinas Kehutanan, dan lain-lain. Sangkulirang merupakan cikal bakal populasi di Indonesia.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Homo erectus bukanlah spesies yang berbeda dengan Homo sapiens, tetapi lebih merupakan satu ras dalam Homo sapiens.” Di lain pihak, ada celah besar antara Homo erectus, ras manusia, dan kera yang mendahului Homo erectus dalam skenario “evolusi manusia” (AustralopithecusHomo habilis, dan Homo rudolfensis). Ini berarti bahwa manusia pertama muncul dalam rekaman fosil secara tiba-tiba dan tanpa adanya sejarah evolusi yang mendahului.
Penyebab kepunahan homo erectus :
  1. Meteor Rain (Australian tektite fall)
  2. Gunung merapi
  3. Perubahan Lingkungan
Penghuni manusia pertama goa yaitu berasal dari Australomelanesoid.
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap. Nama “ras Mongoloid” diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena hubungan mereka dengan anggota ras ini, terutama dengan orang Mongolia. Namun ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar, ternyata orang-orang Mongolia adalah anggota ras Mogoloid yang memiliki ciri-ciri khas utama yang paling sedikit.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Ciri-ciri Ras Mongolid lainnya:
  • Masyarakat petani dan penjinak binatang.
  • Mengembangkan gerabah dengan slip merah.
  • Datang di Indonesia sekitar 4.000 tahun silam.
Fase pertama dari temuan penghuni sangkulirang (out of Taiwan theory) yaitu penghuni Sangkulirang berasal dari Taiwan melewati Palawan lalu ke Sangkulirang sekitar 3500 tahun yang lalu, kemudian dilanjutkan ke Samudera Pasifik. Sehingga penduduk Sangkulirang diperkirakan berasal dari Austronesia dan imigran taiwan.


Sumber:
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditjenbud/category/berita-satker/page/3/

No comments:

Post a Comment