Friday, May 2, 2014

Guatemala; Nikmati Sejarah dan Kota Suku Indian

Guatemala; Nikmati Sejarah dan Kota Suku Indian


Kata piramida identik dengan Negeri Mesir yang memiliki beberapa bangunan megah yang dijadikan untuk menyimpan mayat para Raja Mesir zaman dahulu. Tapi piramida yang ada di Guatemala, Amerika Tengah, berbeda. Bangunan ini tempat tinggal dan pemujaan sebagian Suku Indian.

Berwisata ke Amerika Tengah cukup mengasyikkan. Pilihannya yang bisa dicoba adalah Guatemala. Selain wisata keliling ibu kota negara ini Guatemala City, kita dapat mengunjungi beberapa obyek wisata menarik: piramida. Bangunan ini menjadi tempat tinggal dan pemujaan sebagian suku Indian.
Jika kebetulan anda mengunjungi tempat ini pada hari minggu, di sebuah alun-alun yang cukup luas, dan sisi kanan kiri menjulang bangunan kuno yang antik, serta gereja tua yang indah. Pemandu menjelaskan, pada hari minggu ada semacam ”pasar kaget”, di mana banyak orang dari pedalaman pergi ke kota untuk menjajakan barang dagangannya, yang berupa hasil bumi atau kerajinan, di samping mereka pergi ke gereja.

Kios-kios kaki lima ramai berdiri. Warung-warung makan dipadati pengunjung. Penjaja kerajinan seperti kain-kain khas Indian berjajar. Tukang obat ramai menawarkan obatnya dengan suara speaker yang nyaring dan diselingi sulapan ringan. Anak-anak penyemir sepatu, menawarkan jasanya ke setiap pengunjung. Dan tak ketinggalan juru potret amatiran menawarkan jasanya untuk mengambil gambar pengunjung dengan menggunakan kamera instan yang langsung jadi.

Dengan profesional, pemandu menjelaskan keberangkatan menuju taman nasional. Ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak boleh, selama berada dalam taman. Dan  pemandu berhenti membelakangi sebuah pohon. Mulai ceritera tentang pohon Ceiba, yang menjadi ”pohon nasional”-nya Negeri Guatemala. Ceritera panjang lebar tentang sejarah pohon itu, kegunaan dan sangat bermanfaat bagi Suku Indian.

Kompleks bangunan Candi atau piramida ini memang tidak mengelompok, tapi membuat semacam lapisan. Lapisan pertama untuk penjagaan, tempat tinggal hulubalang kepala suku, tempat tinggal kepala suku, tempat untuk bermusyawarah dan tempat untuk pemujaan dewa. Diperkirakan ada lebih 3.000 bangunan, termasuk beberapa ”candi” yang tinggi menjulang di atas kanopi hutan yang megah. Kompleks bangunan ini diperkirakan dibangun 1.500 tahun yang lalu dan ditempati lebih dari 100.000 Suku Indian Maya.

Ada sebuah tempat lapang yang sangat luas, yang menjadi pusat dari kompleks candi ini. Di ujung barat menjulang candi yang cukup tinggi. Di bagian bawah ada batu-batu tempat musyawarah kepala suku beserta istri dan penasihatnya. Sisi yang berhadapan terdapat bangunan yang menjulang tinggi tempat peribadatan, serta sisi kanan dari bangunan utama beberapa bangunan untuk rakyat yang menanti pertemuan atau upacara.

Seperti halnya bangunan peninggalan sejarah, candi dan piramida juga dimakan usia. Penggalian-penggalian yang dilakukan oleh ahli purbakala, dilakukan sejak awal abad ke-19, saat mereka memulai eksplorasi ke Amerika Tengah. Penggalian bukit-bukit kecil yang ditumbuhi pepohonan yang di bawahnya merupakan bangunan candi dan piramida dilakukan. Sedikit demi sedikit, bangunan demi bangunan di renovasi. Hingga saat ini hasil dapat dilihat dan dinikmati wisatawan baik dalam atau luar negeri.

Beberapa bangunan utama, hingga saat ini masih direnovasi, karena candi yang berbentuk piramida ini mengalami pengikisan oleh air hujan. Berbeda dengan Candi Borobudur atau Prambanan atau candi lain di Jawa yang terbuat dari batu hitam dan keras. Candi-candi orang Indian ini terbuat dari batu kapur atau cadas yang tidak sekokoh candi di Indonesia. Namun ada banyak bangunan yang sudah hancur dan ditumbuhi pohon yang menjulang tinggi yang belum tertangani.

Untuk mencapai pucak bangunan yang tertinggi yang sudah dapat didaki, memerlukan tenaga ekstra, karena harus menaiki anak tangga. Ada juga tangga buatan dari kayu untuk busa sampai ke puncak tertinggi dari bangunan lain. Setelah sampai di puncak, barulah busa melihat semua hutan dan kompleks bangunan lain di dalam hutan ini.

Pengelolaan yang terpadu peninggalan arkeologi ini yang berada dalam kawasan hutan, membuat Taman Nasional Tikal menjadikan kawasan dan telah dideklarasikan sebagai Peninggalan Kebudayaan dan Kehidupan Alam untuk umat manusia modern saat ini. Untuk itu kawasan ini oleh Unesco ditetapkan sebagai World Heritage Site. Areal kawasan ini meliputi Taman Nasional Tikal seluas 57.600 Ha, Hutan alam San Miguel 49.500 ha dan Cagar Biosfeer Maya seluas satu juta hektare. Semua cagar ini menempati lebih kurang 10 % dari total luas Negeri Guatemala.

Selain wisata budaya yang disuguhkan di Taman Nasional Tikal, kawasan ini juga menyuguhkan wisata minat khusus. Berbagai satwa mudah dijumpai seperti, howler monkey dan spider monkey. Berbagai jenis burung yang berwarna warni mudah ditemukan sepanjang jalan menuju candi dan piramida. Seperti burung betet atau macaw, parkit, taucan dan berbagai jenis burung lainnya yang diperkirtakan ada sekitar 333 jenis. Selain itu beberapa jenis kadal atau sebangsa iguana juga banyak dijumpai, dan menjadikan daya tarik bagi wisatawan minat khusus, selain menikmati megahnya peninggalan Suku Indian Maya juga melihat kekayaan alam yang terjaga. (rn)


Sumber:
http://www.resep.web.id/traveling/guatemala-nikmati-sejarah-dan-kota-suku-indian.htm

No comments:

Post a Comment