Racun Tertua Ungkap Peradaban Tertua Afrika
Tongkat kayu adalah alat untuk menaruh racun untuk membunuh herbivora.
Rabu, 1 Agustus 2012, 05:18
Bayu Galih
(LiveScience | Courtesy Paola Villa, University of Colorado)
VIVAnews - Masa
prasejarah tampaknya mulai lebih cepat di Afrika dari yang diperkirakan
sebelumnya, bahkan hingga 20.000 tahun. Hasil penelitian dari sejumlah
artefak di sebuah gua di Afrika Selatan memperlihatkan masa prasejarah
berasal dari 44.000 tahun lalu. Ini lebih tua dari dugaan sebelumnya
yang menyebut 20.000 tahun lalu, yang dikaitkan dengan kebudayaan San.
Sejumlah artefak yang ditemukan itu antara lain alat tulang, penggunaan pigmen atau pewarna, pembuatan manik-manik, bahkan penggunaan racun. Dari temuan, gua ini pun diduga sebagai pemukiman yang digunakan manusia prasejarah tersebut.
"Penelitian kami membuktikan bahwa zaman batu yang berkembang di Afrika Selatan muncul jauh dari yang dipercaya sebelumnya. Dan ini muncul di masa yang sama dengan kedatangan manusia modern di Eropa," kata Paola Villa, salah seorang peneliti yang juga kurator di University of Colorado Museum of Natural History.
Zaman batu lanjutan di Afrika ini muncul bersamaan dengan masa paleolitik lanjutan di Eropa. Ini merupakan saat manusia modern berpindah ke Eropa dari Afrika dan bertemu Neanderthals pada masa sekitar 45.000 tahun lalu.
"Sejumlah perbedaan di teknologi dan budaya antara keduanya sangat kuat. Memperlihatkan masyarakat dari dua wilayah memilih jalan yang sangat berbeda menuju evolusi teknologi dan masyarakat," ujar Villa.
Petunjuk Peradaban Afrika
Jejak peradaban diduga telah ada pada 80.000 tahun lalu di Afrika. Namun, fragmen temuan seperti alat tulang dan manik-manik, hilang dari data arkeologi di 60.000 tahun lalu. Ini kemudian ditulis Villa di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Bahkan, menurut Villa, bisa dibilang tidak ada fakta yang bisa mengungkap apa yang terjadi di wilayah selatan Afrika antara 40.000 hingga 20.000 tahun lalu. Ini menjadi jarak yang menyebabkan sulitnya menghubungkan masyarakat zaman batu tingkat menengah, sebelum temuan ini terungkap.
Para peneliti mengungkap hasil terbaru dalam penanggalan dari teknologi di situs dekat perbatasan Afrika Selatan dan Swaziland yang disebut Border Cave atau gua perbatasan. Sejumlah artefak yang ditemukan lebih tua dari yang mereka prediksi sebelumnya.
Artefak yang ditemukan, misalnya saja manik dari kulit telur burung unta, tulang yang dipertajam menjadi mata panah, dan alat yang terbuat dari tulang. Itu merupakan temuan yang diduga berasal jauh sebelum kebudayaan San muncul. Terdapat juga alat tulang panjang yang didekorasi dengan motif spiral dari pigmen merah-bata.
Dari manik yang ditemukan, juga diketahui ada sisa pembakaran, bahkan ada yang diketahui penanggalannya berasal dari lebih 38.000 tahun silam. Sebuah kayu yang terkait dengan alat batu dengan sebuah lubang, diketahui memiliki penanggalan sekitar 35.000 tahun silam.
Racun Tertua
Para peneliti juga mendapatkan adanya bekas lilin lebah yang dicampur dengan cairan racun, yang sepertinya digunakan untuk dilumurkan ke ujung tombak atau anak panah. Lilin lebah itu diduga berasal dari 35.000 tahun silam.
Para peneliti juga mendapatkan tongkat kayu tipis yang memiliki goresan berbentuk perpendicular (atau perlintasan garis, seperti huruf X atau T). Sebuah analisis kimia berhasil menemukan jejak asam risinoleat, racun alami yang ditemukan di tanaman castor bean.
Tongkat kayu itu sepertinya digunakan sebagai alat untuk menaruh racun di anak panak atau mata tombak. Selama ini, penggunaan alat untuk racun diketahui pertama kali digunakan dari 20.000 tahun silam.
"Tulang tipis yang ditemukan di Border Cave merupakan bukti bagus untuk penggunaan panah dan anak panah," kata Villa. Selain itu, Villa juga menyebut bahwa penelitian yang dilakukan koleganya, d'Errico, menunjukkan kesamaan tulang yang digunakan di kebudayaan San yang menduduki kawasan itu di masa prasejarah.
"Mereka diketahui menggunakan panah dan anak panah dengan dilumuri racun untuk menjatuhkan herbivora ukuran sedang dan besar," lanjut Villa.| LiveScience
Sejumlah artefak yang ditemukan itu antara lain alat tulang, penggunaan pigmen atau pewarna, pembuatan manik-manik, bahkan penggunaan racun. Dari temuan, gua ini pun diduga sebagai pemukiman yang digunakan manusia prasejarah tersebut.
"Penelitian kami membuktikan bahwa zaman batu yang berkembang di Afrika Selatan muncul jauh dari yang dipercaya sebelumnya. Dan ini muncul di masa yang sama dengan kedatangan manusia modern di Eropa," kata Paola Villa, salah seorang peneliti yang juga kurator di University of Colorado Museum of Natural History.
Zaman batu lanjutan di Afrika ini muncul bersamaan dengan masa paleolitik lanjutan di Eropa. Ini merupakan saat manusia modern berpindah ke Eropa dari Afrika dan bertemu Neanderthals pada masa sekitar 45.000 tahun lalu.
"Sejumlah perbedaan di teknologi dan budaya antara keduanya sangat kuat. Memperlihatkan masyarakat dari dua wilayah memilih jalan yang sangat berbeda menuju evolusi teknologi dan masyarakat," ujar Villa.
Petunjuk Peradaban Afrika
Jejak peradaban diduga telah ada pada 80.000 tahun lalu di Afrika. Namun, fragmen temuan seperti alat tulang dan manik-manik, hilang dari data arkeologi di 60.000 tahun lalu. Ini kemudian ditulis Villa di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Bahkan, menurut Villa, bisa dibilang tidak ada fakta yang bisa mengungkap apa yang terjadi di wilayah selatan Afrika antara 40.000 hingga 20.000 tahun lalu. Ini menjadi jarak yang menyebabkan sulitnya menghubungkan masyarakat zaman batu tingkat menengah, sebelum temuan ini terungkap.
Para peneliti mengungkap hasil terbaru dalam penanggalan dari teknologi di situs dekat perbatasan Afrika Selatan dan Swaziland yang disebut Border Cave atau gua perbatasan. Sejumlah artefak yang ditemukan lebih tua dari yang mereka prediksi sebelumnya.
Artefak yang ditemukan, misalnya saja manik dari kulit telur burung unta, tulang yang dipertajam menjadi mata panah, dan alat yang terbuat dari tulang. Itu merupakan temuan yang diduga berasal jauh sebelum kebudayaan San muncul. Terdapat juga alat tulang panjang yang didekorasi dengan motif spiral dari pigmen merah-bata.
Dari manik yang ditemukan, juga diketahui ada sisa pembakaran, bahkan ada yang diketahui penanggalannya berasal dari lebih 38.000 tahun silam. Sebuah kayu yang terkait dengan alat batu dengan sebuah lubang, diketahui memiliki penanggalan sekitar 35.000 tahun silam.
Racun Tertua
Para peneliti juga mendapatkan adanya bekas lilin lebah yang dicampur dengan cairan racun, yang sepertinya digunakan untuk dilumurkan ke ujung tombak atau anak panah. Lilin lebah itu diduga berasal dari 35.000 tahun silam.
Para peneliti juga mendapatkan tongkat kayu tipis yang memiliki goresan berbentuk perpendicular (atau perlintasan garis, seperti huruf X atau T). Sebuah analisis kimia berhasil menemukan jejak asam risinoleat, racun alami yang ditemukan di tanaman castor bean.
Tongkat kayu itu sepertinya digunakan sebagai alat untuk menaruh racun di anak panak atau mata tombak. Selama ini, penggunaan alat untuk racun diketahui pertama kali digunakan dari 20.000 tahun silam.
"Tulang tipis yang ditemukan di Border Cave merupakan bukti bagus untuk penggunaan panah dan anak panah," kata Villa. Selain itu, Villa juga menyebut bahwa penelitian yang dilakukan koleganya, d'Errico, menunjukkan kesamaan tulang yang digunakan di kebudayaan San yang menduduki kawasan itu di masa prasejarah.
"Mereka diketahui menggunakan panah dan anak panah dengan dilumuri racun untuk menjatuhkan herbivora ukuran sedang dan besar," lanjut Villa.| LiveScience
© VIVA.co.id
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/340463-racun-tertua-ungkap-peradaban-tertua-afrika
No comments:
Post a Comment