Guatemala; Nikmati Sejarah dan Kota Suku Indian
Kata piramida identik dengan Negeri Mesir yang memiliki beberapa
bangunan megah yang dijadikan untuk menyimpan mayat para Raja Mesir
zaman dahulu. Tapi piramida yang ada di Guatemala,
Amerika Tengah,
berbeda. Bangunan ini tempat tinggal dan pemujaan sebagian Suku Indian.
Berwisata
ke Amerika Tengah cukup mengasyikkan. Pilihannya yang bisa dicoba
adalah Guatemala. Selain wisata keliling ibu kota negara ini Guatemala
City, kita dapat mengunjungi beberapa obyek wisata menarik: piramida.
Bangunan ini menjadi tempat tinggal dan pemujaan sebagian suku Indian.
Jika
kebetulan anda mengunjungi tempat ini pada hari minggu, di sebuah
alun-alun yang cukup luas, dan sisi kanan kiri menjulang bangunan kuno
yang antik, serta gereja tua yang indah. Pemandu menjelaskan, pada hari
minggu ada semacam ”pasar kaget”, di mana banyak orang dari pedalaman
pergi ke kota untuk menjajakan barang dagangannya, yang berupa hasil
bumi atau kerajinan, di samping mereka pergi ke gereja.
Kios-kios
kaki lima ramai berdiri. Warung-warung makan dipadati pengunjung.
Penjaja kerajinan seperti kain-kain khas Indian berjajar. Tukang obat
ramai menawarkan obatnya dengan suara speaker yang nyaring dan diselingi
sulapan ringan. Anak-anak penyemir sepatu, menawarkan jasanya ke setiap
pengunjung. Dan tak ketinggalan juru potret amatiran menawarkan jasanya
untuk mengambil gambar pengunjung dengan menggunakan kamera instan yang
langsung jadi.
Dengan profesional, pemandu menjelaskan
keberangkatan menuju taman nasional. Ada beberapa peraturan yang boleh
dan tidak boleh, selama berada dalam taman. Dan pemandu berhenti
membelakangi sebuah pohon. Mulai ceritera tentang pohon Ceiba, yang
menjadi ”pohon nasional”-nya Negeri Guatemala. Ceritera panjang lebar
tentang sejarah pohon itu, kegunaan dan sangat bermanfaat bagi Suku
Indian.
Kompleks bangunan Candi atau piramida ini memang tidak
mengelompok, tapi membuat semacam lapisan. Lapisan pertama untuk
penjagaan, tempat tinggal hulubalang kepala suku, tempat tinggal kepala
suku, tempat untuk bermusyawarah dan tempat untuk pemujaan dewa.
Diperkirakan ada lebih 3.000 bangunan, termasuk beberapa ”candi” yang
tinggi menjulang di atas kanopi hutan yang megah. Kompleks bangunan ini
diperkirakan dibangun 1.500 tahun yang lalu dan ditempati lebih dari
100.000 Suku Indian Maya.
Ada sebuah tempat lapang yang sangat
luas, yang menjadi pusat dari kompleks candi ini. Di ujung barat
menjulang candi yang cukup tinggi. Di bagian bawah ada batu-batu tempat
musyawarah kepala suku beserta istri dan penasihatnya. Sisi yang
berhadapan terdapat bangunan yang menjulang tinggi tempat peribadatan,
serta sisi kanan dari bangunan utama beberapa bangunan untuk rakyat yang
menanti pertemuan atau upacara.
Seperti halnya bangunan
peninggalan sejarah, candi dan piramida juga dimakan usia.
Penggalian-penggalian yang dilakukan oleh ahli purbakala, dilakukan
sejak awal abad ke-19, saat mereka memulai eksplorasi ke Amerika Tengah.
Penggalian bukit-bukit kecil yang ditumbuhi pepohonan yang di bawahnya
merupakan bangunan candi dan piramida dilakukan. Sedikit demi sedikit,
bangunan demi bangunan di renovasi. Hingga saat ini hasil dapat dilihat
dan dinikmati wisatawan baik dalam atau luar negeri.
Beberapa
bangunan utama, hingga saat ini masih direnovasi, karena candi yang
berbentuk piramida ini mengalami pengikisan oleh air hujan. Berbeda
dengan Candi Borobudur atau Prambanan atau candi lain di Jawa yang
terbuat dari batu hitam dan keras. Candi-candi orang Indian ini terbuat
dari batu kapur atau cadas yang tidak sekokoh candi di Indonesia. Namun
ada banyak bangunan yang sudah hancur dan ditumbuhi pohon yang menjulang
tinggi yang belum tertangani.
Untuk mencapai pucak bangunan yang
tertinggi yang sudah dapat didaki, memerlukan tenaga ekstra, karena
harus menaiki anak tangga. Ada juga tangga buatan dari kayu untuk busa
sampai ke puncak tertinggi dari bangunan lain. Setelah sampai di puncak,
barulah busa melihat semua hutan dan kompleks bangunan lain di dalam
hutan ini.
Pengelolaan yang terpadu peninggalan arkeologi ini yang
berada dalam kawasan hutan, membuat Taman Nasional Tikal menjadikan
kawasan dan telah dideklarasikan sebagai Peninggalan Kebudayaan dan
Kehidupan Alam untuk umat manusia modern saat ini. Untuk itu kawasan ini
oleh Unesco ditetapkan sebagai World Heritage Site. Areal kawasan ini
meliputi Taman Nasional Tikal seluas 57.600 Ha, Hutan alam San Miguel
49.500 ha dan Cagar Biosfeer Maya seluas satu juta hektare. Semua cagar
ini menempati lebih kurang 10 % dari total luas Negeri Guatemala.
Selain
wisata budaya yang disuguhkan di Taman Nasional Tikal, kawasan ini juga
menyuguhkan wisata minat khusus. Berbagai satwa mudah dijumpai seperti,
howler monkey dan spider monkey. Berbagai jenis burung yang berwarna
warni mudah ditemukan sepanjang jalan menuju candi dan piramida. Seperti
burung betet atau macaw, parkit, taucan dan berbagai jenis burung
lainnya yang diperkirtakan ada sekitar 333 jenis. Selain itu beberapa
jenis kadal atau sebangsa iguana juga banyak dijumpai, dan menjadikan
daya tarik bagi wisatawan minat khusus, selain menikmati megahnya
peninggalan Suku Indian Maya juga melihat kekayaan alam yang terjaga.
(rn)
Sumber:
http://www.resep.web.id/traveling/guatemala-nikmati-sejarah-dan-kota-suku-indian.htm
No comments:
Post a Comment