Misteri Hollow Earth
EARTH theory,
teori ini intinya memaknai bahwa Bumi dan seluruh planet di jagat raya
ini tidaklah bebentuk bola penuh, melainkan bola berongga yang
didalamnya mungkin saja terdapat spesies mahluk hidup lain. Hal ini
mungkin saja terjadi karena mesin bor kita hanya mampu paling jauh saat
ini mencapai 12.3 kilometer menembus bumi melalui proyek Kola Superdeep Borehole yang dilakukan di Rusia.
Bumi selalu dianggap berbentuk bulat dan mempunyai gravitasi yang sama
di seluruh permukaannya. Kenyataannya tidak begitu. Karena massa di
perut bumi memiliki kerapatan yang heterogen, maka terjadilah
penyimpangan gaya gravitasi. Anomali itulah yang justru dicari para
memburu minyak bumi dan para penambang. Untuk menggambarkan bentuk bumi,
ada beberapa model yang dipakai, di antaranya dipilih bentuk ellipsoida
dan digunakan asumsi bahwa densitas (kerapatan) bumi homogen. Padahal,
kenyataannya, kerapatan massa bumi itu heterogen yang juga diliputi air,
batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung yang
memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya
bersembunyi cekungan minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih
rendah dibandingkan dengan permukaan atau lapisan bumi yang padat dan
rapat.
Dengan ditemukannya kondisi itu, bentuk ellipsoid bumi yang ideal tadi
memiliki jarak dengan bentuk geoid, yaitu model bumi yang mendekati
bentuk bumi sesungguhnya. Secara praktis geoid dianggap berimpit dengan
permukaan laut rata-rata pada saat keadaannya tenang dan tanpa gangguan
cuaca. Jarak geoid terhadap ellipsoid itu—yang disebut undulasi
geoid—jelas tidak sama di semua tempat, karena ketidakseragaman sebaran
densitas massa bumi itu. Beda tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid
sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai puluhan meter. Peta
geoid dibuat berdasarkan pengukuran gaya berat bumi di setiap tempat
menggunakan alat ukur yang disebut dengan gravimeter. Pengukuran itu
dilakukan dengan mengacu pada jejaring berupa garis-garis sejajar dengan
kerapatan tertentu, yang direncanakan di atas peta. Bagi kegiatan
survei pemetaan, geoid digunakan untuk acuan tinggi rupa bumi atau
topografi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika, dan oseanografi
dibutuhkan juga geoid dengan ketelitian yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan dengan memadukan sistem global positioning system (GPS) yang
dapat mengukur ketinggian permukaan bumi di mana pun dan kapan pun,
serta tidak tergantung cuaca di seluruh permukaan bumi. Dalam bidang
geodesi, informasi geoid yang teliti ini dipadukan dengan sistem GPS
dalam penentuan tinggi ortometrik digunakan untuk berbagai keperluan
praktis, seperti pembangunan infrastruktur bangunan, bendungan, dan
saluran irigasi. Teknik pengukuran aerial gravitasi adalah menempatkan
alat gravimeter di pesawat terbang yang mengudara dengan kecepatan,
tinggi, dan arah tertentu, banyak digunakan setelah era GPS, karena
memberi akurasi posisi yang sangat teliti. Adapun teknik pengukuran dari
antariksa dengan menempatkan sensor gravitasi pada satelit, baru
diterapkan pada era milenium ini dengan diluncurkannya satelit
gravitasi, seperti Champ, Grace, dan Goce. Data gravitasi ini
diaplikasikan antara lain untuk pencarian sumber daya alam, seperti
mineral, hidrokarbon, gas, geotermal, dan hidrologi. Selain itu, juga
untuk mengetahui deliniasi struktur bumi yang berhubungan dengan bencana
alam, seperti patahan, tanah longsor, dan gunung api. Informasi geoid
yang dibuat dari data gaya berat diperlukan untuk penerapan sistem
tinggi dengan teknik satelit, seperti GPS, Galileo, dan Glossnas, serta
unifikasi sistem tinggi untuk pemetaan serta menunjang penelitian
kenaikan paras muka laut dan sirkulasi arus laut.
Di Indonesia
Pengukuran gaya berat di Indonesia, telah lama dilakukan oleh perusahaan
minyak di Jawa dan Sumatera. Namun, cakupannya tergolong sempit. Data
itu selama ini dirahasiakan perusahaan itu karena dapat mengungkap
kondisi lapisan permukaan bumi yang memiliki cekungan minyak. Sementara
itu, di luar Pulau Jawa dan Sumatera boleh dibilang hingga kini minim
data gaya berat, bahkan Papua masih tergolong blank area. Penyediaan
data gaya berat secara nasional untuk keperluan pembangunan di daerah
dilakukan Bakosurtanal dengan menggandeng Denmark Technical University.
Untuk mempercepat survei gravitasi ini dipilih wahana pesawat terbang,
yang menurut Koordinator Survey Airborne Gravity Indonesia (SAGI) 2008,
Fientje Kasenda, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan survei
di darat atau teresterial dan satelit. Dengan pesawat terbang jangkauan
lebih luas dan cepat untuk medan yang berat, seperti hutan, pegunungan,
dan perairan dangkal hingga pesisir. Selain itu juga memberikan
kesinambungan data antara laut dan darat. Resolusi data lebih baik
dibandingkan dengan satelit. Biaya yang dikeluarkan pun relatif lebih
murah. Dalam program Bakosurtanal, SAGI tahap pertama dilakukan di
seluruh Sulawesi, sebagai daerah yang memiliki topografi yang kompleks.
Diharapkan survei gaya berat dan pembuatan peta seluruh Indonesia dapat
diselesaikan pada tahun 2012
Ketika ilmuwan memayar (scan) di kedalaman bagian dalam bumi menemukan
sebuah waduk raksasa di bawah Asia Timur, volume air di dalamnya setara
dengan jumlah air di lautan Antartika atau lautan kutub utara. Yang
tampak di sisi kiri gambar atas adalah sebuah gambar bidang singgung
gambar sebelah kanan, menampakkan ketidaknormalan atenuasi (pelemahan)
gelombang kejut dalam mesofer di kedalaman 620 mil di bawah tanah. Di
antara kedua gambar tersebut, warna merah menerangkan lapisan batuan
yang luar biasa lemah dan gembur, dan dianggap bagian dalamnya banyak
mengandung air, sedangkan warna biru menerangkan batuan yang luar biasa
keras (warna putih dan kuning terletak di tengah-tengah).
Untuk pertama kalinya manusia menemukan sistem air raksasa
di mesosfer bagian dalam. Menurut laporan life science com, bahwa
ketika memayar di kedalaman bagian dalam bumi, ilmuwan menemukan sebuah
waduk raksasa di bawah Asia Timur, volume air di dalamnya setara dengan
jumlah air di lautan Antartika atau lautan Kutub Utara. Ini adalah kali
pertamanya manusia menemukan sebuah sistem air raksasa di mesofer bagian
dalam. Temuan ini adalah hasil penelitian bersama ahli geologi dari
Universitas Washington yakni Michael Wysession dengan Jesse Lawrence,
mahasiswanya dari Universitas California, dan temuan ini akan
dipublikasikan di monograf terbitan lembaga geofisika Amerika. Mereka
berdua telah mengalisis bersama grafik gelombang kejut sebanyak hampir
600.000 bagian (catatan gelombang kejut yang muncul ketika gempa bumi
melintasi bumi, dikumpulkan dari peralatan yang tersebar di berbagai
daerah di dunia).
Mereka mendapati, bahwa gelombang gempa di bawah daratan Asia
memperlihatkan fenomena yang lemah, selain itu kecepatannya juga sedikit
melamban, Wysession mengatakan : “Air dapat memperlambat kecepatan
gelombang gempa, sejumlah besar tanda-tanda melamban dan melemahnya hal
tersebut dapat memprediksi di mana terdapat air.” Menurut perhitungan
sebelumnya, bahwa ketika lapisan batuan dingin tenggelam ke dalam
mesofer di bawah tanah sedalam ribuan km, suhu tinggi di kedalaman bawah
tanah akan mengeluarkan uap air dalam lapisan batu tersebut.
Wysession menuturkan : “Itulah yang akan kami tunjukkan di sini, air
dalam lapisan batuan tersebut tenggelam bersama lapisan batuan dasar
laut dan air itu sangat dingin, namun seiring dengan membesarnya tingkat
kedalaman, suhu akan mulai naik, dan lapisan batuan mulai tidak stabil,
dan kehilangan air yang terkandung di dalamnya.” kemudian air mulai
naik dan masuk ke daerah timbunan, dan di sana menjadi daerah jenuh air,
namun di sana sekilas tampak tetap seperti lapisan batuan padat, dan
hanya dengan meletakkannya dalam laboratorium Anda baru dapat menemukan
air di dalamnya.” Meski sekilas mereka tampak seperti batuan padat,
sebanyak 15 % dalam beberapa batuan dasar laut adalah air. Wysession
menuturkan: “Konkretnya, air berada dalam struktur mineral batuan.
Ketika Anda memanaskannya, ia akan menghilangkan air, sama seperti Anda
membakar sepotong tanah liat, bisa menghilangkan semua air di dalamnya.”
Peneliti memprediksikan, bahwa di daerah-daerah permukaan bumi yang
diselimuti air, cukup 0.1 % lapisan batuan tenggelam ke dalam mesofer
sudah bisa menghasilkan volume air yang setara dengan satu lautan Kutub
Utara. Wysession menamakan struktur bawah tanah yang baru ini sebagai
“Beijing abnormal”, sebab ia ditemukan di bawah Kota Beijing, China,
yang nilai resesi gelombang gempanya terbesar. Pertama kali Wysession
memakai istilah ini dalam sebuah penjelasannya di Universitas Beijing.
Menurut Wysession : “Mereka merasa sangat menarik, ancaman gempa bumi
China jauh lebih besar dibanding daerah lain di dunia, karena itu mereka
sangat tertarik pada seismologi.” Sebanyak 70% permukaan bumi ditutupi
oleh air, air-air ini memiliki banyak manfaatnya, satu di antaranya
adalah memainkan peranan “pelicin” bagi pergerakan lempeng daratan. Coba
lihat Venus, di mana menurut Wysession bagian dalamnya sangat panas dan
ekstrem kering, ia tidak memiliki struktur lempeng, semua air yang ada
mungkin telah di-evaporasi (menguap), tidak ada lempeng, dan seluruh
sistemnya ditutup
Pelangi dari Perut Bumi
Perut bumi yang padat dan gelap telah menyembunyikan pesonanya selama
jutaan masa. Oleh karenanya kita menjadi takjub tak terkira ketika batu
warna-warni bak pelangi itu muncul ke permukaan. Di bawah cahaya sinar
matahari, mereka seakan berlomba memamerkan keindahannya. Kepadatan
perut bumi serta temperatur magma yang super panas telah menjadi salah
satu biang sebab terjadinya kristal-kristal batu berharga. Di saat magma
sedang sedang hot-hotnya, beberapa jenis kristal batu bahkan sudah
mulai terbentuk. Mula-mula butir intan diikuti kemudian oleh yang lain.
Melalui kegiatan vulkanik maupun tektonik, letusan gunung berapi ataupun
gempa bumi, magma mendidih keluar dari dapurnya menuju ke permukaan,
mencari hawa segar. Magma keluar mengendap-endap sampai akhirnya malah
mengendap beneran. Seiring dengan perjalanannya terbentuklah berbagai
batu mineral, di antaranya tergolong sebagai batu mulia, batu berharga,
ratna mutu manikam. Mereka diantaranya adalah: Beryl,
Chrysoberil, Corundum, Diamond, Fieldspar, Garnet, Jade, Lazurite,
Peridot, Opal, Quartz, Spinel, Topaz, Tourmaline, Turquise dan Zircon.
Meskipun berlainan warna namun batu ruby dan sapphire sesungguhnya
berasal dari satu jenis mineral yang sama yaitu corundum (Al2O3 atau
Aluminium Oxide). Corundum terbentuk jauh di dalam perut bumi, lebih
dari minus puluhan km dari tempat pohon biasa berdiri, pada suhu ribuan
derajat celsius. Muncul ke permukaan dengan nebeng lahar yang muncrat
atau ndledek akibat gunung terbatuk atau akibat bumi menggeliat. Hal ini
dapat kita ketahui dari kehadirannya di daerah Srilangka (Ceylon),
Madagascar, Kenya dan Tanzania. Daerah daerah tersebut satu sama lain
memang bersaudara secara geologi. Selain itu corundum juga terdapat di
Kashmir (India), Pakistan, Thailand, Kamboja, Burma, Afghanistan,
Colombia, Montana (USA), China serta Australia.
Mineral Corundum terlihat hanya serupa kerikil, bukan seperti kerakal
atau batu besar. Ditimang terasa mantap, padat dan berisi. Kerasnya
minta ampun, berskala 9, terpaut hanya 1 point dibawah intan, batu
terkeras sedunia. Sudah pasti ribuan kali lebih keras dibanding kuku
jari yang cuma berskala 2,5 atau dibanding dengan layar kaca komputer
yang hanya 5,5 maupun dengan topi baja yang berskala 6,5. Berat jenisnya
mendekati angka 4, artinya seperempat gelas berisi corundum bobotnya
setara dengan segelas penuh air pada suhu 4 derajat celsius. Bodinya
sekel dan tahan banting, tidak rapuh seperti kapur tulis. Kristalnya
bersegi-segi mirip model piramid mini (hexagonal/trigonal). Sosoknya
dapat ditemukan baik dalam keadaan bening sebening embun maupun keruh
sekeruh kali Ciliwung. Corundum aslinya tidak berwarna. Imbuhan unsur
lain membuatnya terlihat merona merah atau menjadi lebam membiru dan
sebagainya. Unsur pewarna seperti Chromium (Ce), Ferrum (Fe), Titanium
(Ti) dan Nickel (Ni) telah menjadikannya demikian. Corundum putih yang
kerasukan unsur pewarna tersebut akan berubah menjadi corundum berwarna.
Keadaannya menjadi persis serupa es serut yang diguyur aneka syrup,
menjadi terlihat manis dan bikin kita ngiler cleguken.
Istana di Perut Bumi
Selama
ini kita mengenal Beirut, Lebanon, hanya sebagai daerah konflik dimana
perang saudara meletus dan meluluhlantakan kota itu. Tapi tahukah anda
di kota ‘panas’ itu ternyata menyimpan petualangan menantang langsung ke
perut bumi. Sebuah goa kapur Jeita Gratto menawarkan sensasi masuk ke
dalam perut Beirut. Kalau anda pernah menyaksikan film petualangan
“Journey to the Center of the Earth” , mungkin mirip-mirip seperti
itulah situasi Jeita Grotto. Indah luar biasa! Pesona Jeita Grotto
membuatnya masuk sebagai salah satu finalis 7 Keajaiban Dunia.
Pengumuman tujuh keajaiban dunia ini baru akan dilakukan New7Wonders
Foundation pada 2011. Wisata goa Jeita Grotto sempat ditutup ketika
perang saudara meletus tahun 1978, dan baru dibuka kembali pada 1995.
Goa bagian bawah dihuni pada zaman prasejarah tetapi ditemukan kembali
pada tahun 1836 oleh Pendeta William Thomson. Tempat ini hanya dapat
dikunjungi dengan perahu karena merupakan sungai bawah tanah yang
menyediakan air minum bersih untuk penduduk Beirut. Sedang bagian atas
goa ditemukan pada tahun 1958 oleh Lebanon speleologists. Lokasinya, 60
meter (200 ft) di atas goa terbawah, di sini wisatawan dapat
berjalan-jalan melihat sekeliling. Ada ruang-ruang seperti kamar yang
berhiaskan stalaktit. Ruang-ruang itu paling tinggiberukuran 120 m.
Jeita Grotto yang berlokasi di lembah Sungai Nahr al-Kalb, sekitar 20
km utara ibu kota Beirut, bak istana di perut bumi. Di sana ada
ruang-ruang berhiaskan stalaktit yang indah. Situs itu terdiri atas dua
gua kapur terpisah, yaitu gua bagian atas dan bagian bawah, tempat
mengalirnya sungai bawah tanah sepanjang 6.230 meter (6,23 km). Sebuah
jembatan semen memungkinkan para turis melintasi struktur mirip istana
tersebut. Juga bisa disaksikan stalaktit maupun stalagmit berkilau yang
terbentuk beberapa milenium lalu melalui tetesan air sehingga tercipta
jalan setapak di sekitar batu karang yang sulit dihancurkan. Gua
sepanjang 10 ribu meter (sekitar 33 ribu kaki) itu memiliki salah satu
stalaktit terbesar di dunia yang menggantung 8,2 meter dari atap. Pesona
Jeita Grotto mendunia. Gua peninggalan prasejarah tersebut setiap tahun
dikunjungi rata-rata 280 ribu wisatawan.
Sumber Energi Panas dan sumber Listrik PLN dari Perut Bumi
Perut bumi
ternyata menyimpan potensi listrik yang sangat besar. Interaksi panas
yang dihasilkan magma dan kandungan air di antara lapisan batuan
membentuk reservoir uap yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin
dan membangkitkan listrik dari generator. Dari 50 ribu megawatt
potensinya di seluruh dunia, sekitar 40 persennya berada di Indonesia.
Tidak berbeda dengan pembangkit listrik lainnya yang bertenaga uap, gas,
atau diesel, Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) menggunakan
tekanan uap air untuk menggerakkan turbin. Hanya saja uap air yang
dibutuhkan sudah diperoleh langsung dari perut bumi. “Seolah-olah
terdapat boiler (perebus air) di dalam perut bumi,” kata Yuddy Setyo
Wicaksono, general manager PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
Kamojang. Uap air pada dasarnya terbentuk dari penguapan air di dalam
perut Bumi. Energi panas yang dimiliki uap air berasal dari magma
bertemperatur lebih dari 1.200 derajat Celcius. Panasnya mengalir
melalui lapisan batuan kedap air di atasnya yang disebut bedrock. Di
atas bedrock itulah terdapat lapisan aquifier berisi air yang berasal
dari akumulasi rembesan air hujan. Air yang dipanaskan pada suhu tinggi
cenderung menguap dan bergerak ke atas karena berat jenisnya menurun.
Tapi, karena di atas lapisan aquifier terdapat lapisan caprock yang juga
kedap air, maka uap air terkurung dan membentuk reservoir uap
bertekanan tinggi. Saat dibuat lubang yang menembus lapisan batuan
tersebut, uap akan memancar dengan tekanan antara 3,5 hingga 4 bar dan
suhu 140 derajat Celcius. Aliran uap ini kemudian dialirkan melalui
pipa-pipa dan diatur untuk menggerakkan turbin. Mula-mula aliran uap
dialirkan ke dalam steam receiving header (penyimpan uap) yang mengatur
alirannya agar konstan. Selanjutnya uap dialirkan ke bagian penyaring
untuk memisahkan zat-zat padat, silika, dan bintik-bintik air yang
terbawa sebagai cara menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan
pembentukan kerak pada turbin. Uap yang sudah bersih digunakan untuk
menggerakkan turbin. Putaran inilah yang akan menimbulkan interaksi
elektromeganetik pada generator sehingga membangkitkan listrik. Pada
kecepatan 3.000 rotasi per menit, proses ini menghasilkan listrik dengan
arus tiga fasa, frekuensi 50 Hertz, dan tegangan 11,8 kilovolt.
Sekitar 3 persen produksi listriknya dipakai untuk memenuhi pasokan
energi bagi sistem pembangkit dan fasilitas di sekitarnya. Sedangkan
sebagian besar lainnya dikirimkan ke sistem interkoneksi PLN.
Menggunakan transformator step up, arus listrik dinaikkan tegangannya
hingga 150 kilovolt untuk dikirimkan melalui sambungan umum tegangan
ekstra tinggi (SUTET). Agar turbin bekerja efisien, uap air harus
segera dikondensasikan sempurna. Sekitar 70 persen uap air yang
terkondensasi akan menguap selama proses pendinginan. Sedangkan 30
persen sisanya diinjeksikan kembali ke dalam tanah. Selain untuk
mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, tambahan air diharapkan dapat
mengisi kembali pasokan reservoir. Tapi, bukan berarti pembangkitan
listrik dengan panas Bumi tidak menghasilkan emisi gas berbahaya. Gas
yang tidak terkondensasi harus diekstraksi agar kandungan karbon
dioksida, hidrogen sulfida, dan nitrogen yang dilepas ke atmosfer tidak
membahayakan lingkungan. Meskipun demikian, emisi yang dihasilkan masih
lebih rendah daripada pembangkit bertenaga fosil (batubara dan gas).
Menyimpan Energi di Perut Bumi
Sebuah perusahaan di Phoenix, Arizona yang bernama Southwest Solar
Technologies kini menawarkan metode baru untuk menyimpan kelebihan
energi listrik yang dihasilkan dari sebuah pembangkit energi terbarukan.
Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk memompa udara ke dalam
sebuah gua bawah tanah hingga tekanannya mencapai 157,5 kilogram per
inchi persegi. Dengan tekanan sebesar ini, ketika kembali dibutuhkan,
maka udara akan mengalir keluar dengan tekanan tinggi dan memutar
turbin. Tetapi untuk mendapatkan tekanan yang jauh lebih tinggi, udara
tersebut dipanaskan terlebih dahulu menggunakan piringan cermin yang
memusatkan sinar matahari hingga tercapai pemanasan dengan suhu 1.700
derajat Celcius.
Sebenarnya teknologi penyimpanan energi listrik dengan metode ini
bukanlah hal baru. Sebuah perushaan Alabama Electrical Cooperative telah
melakukannya sejak tahun 2000. Hanya saja untuk memanaskan udara,
digunakan bahan bakar gas alam. Dengan metode ini emisi gas rumah kaca
masih dihasilkan. Ide yang dibawa Southwest Solar Technologies agak
berbeda dengan yang dimiliki Alabama Electrical Cooperative. Metode yang
dibawa Southwest Solar adalah menggabungkan pembangkit listrik bayu
yang biasanya mengalami kelebihan energi pada malam hari dan
menggunakannya pada saat siang hari. Hanya saja metode menyimpan energi
dengan mengubahnya menjadi tekanan udara tidaklah mudah untuk
diaplikasikan. Salah satu contohnya, lokasi pilot plant yang dimiliki
Southwest Solar saja memiliki stuktur geologi yang kurang memadai untuk
menyimpan udara di dalamnya.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Sumber:
http://emozzart.blogspot.com/2010/07/misteri-hollow-earth.html
No comments:
Post a Comment