Tim Istana Temukan Peradaban Kuno di Laut
Selasa, 30 Juli 2013 | 30.7.13
“Kami menemukan peradaban silam, seperti seni bangunan yang secara usia mencengangkan.”
Tim
studi bencana katastropika purba yang diinisiasi tim Staf Khusus
Presiden dan tim ahli gempa, tsunami, dan ahli geologi telah
merekomendasikan beberapa hasil temuan penelitian mereka untuk menjadi
cagar budaya. Tim ini menemukan sebuah sisa peradaban kuno yang sudah
terbenam di dasar laut!
Menurut
Wisnu Agung Prasetya, salah satu anggota tim, setelah bekerja 10 bulan
lebih, mencoba untuk mencari dan meneliti fakta dan data bencana di abad
modern ataupun jaman purba yang katastropik, yang dampaknya
menghilangkan peradaban.
Provinsi Banten (Banten Province West Java)
“Yang
mengagetkan bagi tim adalah dalam lokasi-lokasi riset kami, dengan
pendekatan trenching, coral, uji radar, geolistrik dan sebagainya,
ternyata kami menemukan peradaban masa silam seperti seni bangunan, yang
secara usia mencengangkan,” kata Wisnu dalam siaran pers.
Namun
Wisnu menolak menyebut lokasi yang dimaksud. Wisnu mengungkapkan,
lokasinya berada di kawasan Priangan yang juga meliputi Banten Selatan.
Tim meyakini, peradaban yang hilang ini tenggelam karena mega tsunami semacam yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu.
“Padahal di Aceh ada kata Ie
Beuna artinya ombak besar bergulung-gulung yang artinya pernah ada
tsunami di Aceh di waktu-waktu sebelumnya. Logis jika ada peradaban dan
pengetahuan yang terpendam,” kata Wisnu lagi.
Kota yang tenggelam dibawah laut biasanya meninggalkan artifak yang jauh lebih utuh karena tak terjamah oleh tangan manusia.
Dan
temuan ini adalah temuan pertama kota kuno bawah laut di Indonesia.
Penemuan ini mengingatkan beberapa tahun lalu ditemukannya kota tertua
dibawah laut di daerah Yunani. (baca: Pavlopetri, Situs Kota Bawah Laut
Tertua di Dunia)
Tim ini bekerja bukan khusus untuk meneliti kebudayaan kuno. Tim ini untuk mendukung kebutuhan pokok mitigasi kebencanaan.
“Pembuatan zonasi gempa
berdasarkan zonasi sumber gempa dan fungsi atenuasi yang disempurnakan,
juga penelitian tentang kekuatan, daktilitas, perkuatan dan perbaikan
struktur bangunan terhadap pembebanan seismik, pengembangan metode
prediksi gempa dengan metode tertentu,” kata Wisnu.
Dan yang terpenting, lanjutnya,
riset ini adalah uji materi, bahkan memasukkan kasus yang sama sekali
baru untuk pembuatan katalog tsunami dan pemetaan potensi gempa
pembangkit tsunami, yang terjadi dalam waktu-waktu yang lampau.
“Ada missing link yang harus dijembatani, dari berbagai periode sejarah ini.
Pendekatan
geologis, arkeologis, antropologis, dan penelitian yang komprehensif
mesti diambil alih oleh negara dan dapat dicagarkan, terutama seni
bangunan dan pengetahuan yang tersimpan.
Harapannya menjadi pusat penelitian masyarakat, wisata kebudayaan nantinya, dan kebanggaan nasional,” katanya.
Selat
Sunda di mana Gunung Krakatau terbentang telah memunculkan spekulasi
sebagai pusat dari legenda Atlantis yang hilang. Argumen ini dikemukakan
Arysio Santos, seorang geolog dari Amerika Latin. (baca: Mungkin,
Nusantara adalah The Atlantis yang hilang dan kini dicari)
Belakangan,
Stephen Oppenheimer, genetikawan Inggris, menulis buku “Eden in the
East” yang menyimpulkan Asia Tenggara merupakan pusat penyebaran
genetika kedua manusia setelah keluar dari Afrika.(baca:Ilmuwan:
Peradaban Dunia Berawal dari Indonesia!)
Pusat penyebaran tersebut
menurut Oppenheimer, kemudian tenggelam ketika es mencair pada kurun
antara 14.000 sampai 8.000 tahun yang lalu.
Namun
khusus temuan di daerah Priangan oleh tim studi bencana katastropika
purba di Indonesia masih bersifat dirahasiakan untuk menjaga artifak dan
untuk kepentingan situs tersebut. (np/vivanews/icc.wp.com)
Sumber:
http://www.journalgeographic.com/2013/07/tim-istana-temukan-peradaban-kuno-di.html
No comments:
Post a Comment