4 Tahun Perjalanan Tim Terpadu Riset Mandiri
Politikindonesia - Sepanjang
4 tahun terakhir, Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) telah melakukan
penelitian di sejumlah lokasi terkait hubungan peradaban yang hilang di
masa lalu yang musnah disebabkan oleh berbagai bencana alam bersifat
katastrofi. Hasil penelitian tersebut dilaporkan secara berkala kepada
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan jajaran menteri, stake
holder terkait.
Kata Ketua Tim Terpadu Riset Mandiri
Dr Danny Hilman Natawidjaja, Presiden SBY memberikan perhatian serius
terhadap penelitian kebencanaan ini. Setidaknya, dari kurun Februari
2011 hingga 18 Mei 2013, sudah 3 kali tim yang diinisiasi kantor Staf
Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) ini
melaporkan secara langsung perkembangan riset mereka kepada Presiden
SBY.
Danny menyebut, sejumlah arahan
Presiden terkait penelitian ini juga ditindak lanjuti oleh Sekretariat
Kabinet dan Sekretariat Negara dengan pertemuan Coffee Morning bersama
para menteri dan kepala instansi terkait pada tanggal 24 Mei 2013.
“Bahkan, sejak tahun 2012, dengan
difasilitasi oleh SKP‐BSB, Tim Terpadu juga sudah sering melakukan rapat
koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian
Pekerjaan Umum,” ujar dia.
Ditambahkan Danny, instruksi Presiden
kepada Mendikbud M Nuh untuk memfasilitasi kegiatan penelitian pada
rapat tanggal 18 Mei 2013, juga sudah ditindaklanjuti. Termasuk
kunjungan Mendikbud dan Dirjen Kebudayaan ke Situs Gunung Padang pada 6
Juni 2013. Namun proses selanjutnya tidak berjalan mulus karena ada
beberapa kendala birokrasi dan administrasi. Tapi, penelitian TTRM tetap
berjalan meski tertatih-tatih.
Pada 3 Oktober 2013. TTRM juga
melaporkan hasil penelitian terakhir mereka kepada Pemerintah Provinsi
Jawa Barat di Gedung Sate Bandung. Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar
menyambut positif dan mendukung penelitian ini.
Sikap itu kemudian ditindaklanjuti
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
BaratNomor:430.05/Kep.1578‐Disparbud/2013 tentang Tim Penelitian Cagar
Budaya Situs GunungPadang, tertanggal 19 November 2013. Akan tetapi, SK
Gubernur tersebut saat ini dalam proses revisi atas saran dan usulan
dari berbagai pihak.
Danny menjelaskan, sejalan dengan
riset TTRM dalam meneliti jejak‐jejak bencana gempa, tsunami, dan
bencana lainnya serta dampaknya terhadap masyarakat zaman dulu dari
waktu ke waktu, ditemukann jejak peninggalan purbakala baik disengaja
ataupun kebetulan.
Sebagian diantaranya berupa (dugaan)
monumen purba besar dari masa lalu yang tertimbun di bawah tanah,
seperti halnya kondisi Borobudur atau piramida‐piramida besar di Amerika
Selatan waktu pertama kali ditemukan.
Berangkat dari temuan ini, Danny
menjelaskan, TTRM mengembangkan hipotesis bahwa ada masa sejarah atau
peradaban yang hilang di masa lalu yang musnah akibat berbagai bencana
alam bersifat katastrofi (skala besar).
Seiring dengan penelitian ini, TTRM
bersama para peneliti lain yang tergabung dalam Tim‐9 juga berhasil
merampungkan peta zonasi bahaya gempa bumi yang jauh lebih baik dari
sebelumnya. Peta zonasi ini sudah dipublikasikan secara resmi oleh
Menteri Pekerjaan Umum pada pertengahan 2010.
Danny membeberkan, dalam penelusuran
sejarah dan peradaban Nusantara serta kaitannya dengan bencana
katastrofi purba, TTRM menemukan banyak fakta‐fakta menarik dan
mencengangkan, yang membutuhkan penelitian yang lebih rinci.
Seperti, dugaan adanya konstruksi
bangunan dari peradaban yang lebih tua di Trowulan yang tertimbun di
bawah Lapisan Majapahit oleh endapan banjir, gunung api, dan kemungkinan
juga endapan lumpur seperti di Sidoarjo. Dari analisis karbon dating,
umur konstruksi yang lebih tua ini dapat mencapai 500 tahun SM.
Disamping itu, di Situs Batu Jaya,
Kerawang, TTRM menemukan indikasi konstruksi bangunan sampai lebih dari
10 meter di bawah tanah. Faktanya, kawasan situs yang luas ini masih
belum di survey dengan peralatan mutakhir secara intensif dan
komprehensif.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Selain itu, di wilayah Aceh, TTRM
menemukan fakta menarik bahwa saat hilangnya Kerajaan Samudra Pasai yang
hingga saat ini dianggap misterius oleh para sejarawan, ternyata
bertepatan dengan kejadian bencana tsunami tahun 1450 Masehi yang
kemungkinan lebih besar dari Tsunami Aceh tahun 2004.
Di Bukit Sadahurip Garut, TTRM
menemukan indikasi keberadaan monumen besar zaman pra‐sejarah yang
tertimbun. Danny menyebut, berdasarkan survey geologi dan geofisika
bawah permukaan, indikasi ada bangunan di bawah bukit tersebut cukup
kuat, namun karena beberapa rintangan dan pertimbangan teknis‐ilmiah
maka penelitian di lokasi ini belum dituntaskan;
Sejak November 2011, TTRM mengalihkan
obyek penelitian ke lokasi lain yang lebih prospek dan mudah
pengerjaannya, yaitu di Situs Megalitik Gunung Padang di Cianjur.
Lokasinyapersis di dekat jalur patahan aktif sesar Cimandiri yang juga
sedang diteliti TTRM.
Situs Megalitik GunungPadang sudah
dikenal lama sebagai situs punden berundak tersusun dari batu‐batu kolom
andesit basal seluas 3 hektar pada puncak bukit (Kepmendikbud
139/M/1998).
Dari penelitian TTRM didapat fakta,
struktur punden berundak tersebut tidak hanya ada puncak seperti yang
selama ini diperkirakan, tapi meliputi badan bukit setinggi 100 meter
dengan luas 15 hektar, bahkan mungkin lebih besar lagi.
Punden berundak ini mirip Situs Machu
Pichu di Peru. Yang lebih fantastis, struktur bangunan tidak hanya di
(dekat) permukaan tapi berlapis‐lapis sampai puluhan meter di bawah
tanah yang dibangun secara bertahap dari zaman ke zaman. Umur‐umur
lapisan sudah diperkirakan berdasarkan analisa karbon dating.
Danny menambahkan, TTRM telah sudah
melakukan survey yang lebih intensif dan komprehensif. Akumulasi
data-data ilmiah di Gunung Padang dan analisanya sudah jauh lebih baik
dan meliputi berbagai data survey meliputi arkeologi, geologi,
arsitektur, georadar, geolistrik, geomagnet, seismiktomografi dan
pengeboran.
Kesimpulan TTRM, konstruksi bangunan di Gunung Padang terdiri dari 4 lapisan yang dibangun pada 4 zaman yang berbeda.
Lapisan‐1, yaitu dipermukaan, di
bangun di atas tanah berumur 2500‐3500 tahun; artinya umur situs lebih
muda dari itu dan kemungkinan sudah lebih dari satu kali dimodifikasi
bentuknya.
Lapisan‐2, tertimbun tanah setebal 1‐2
meter tersusun dari batu‐batu kolom yang sama tapi jauh lebih canggih,
rapih dan kompak setebal beberapa meter sampai kedalaman sekitar 5
meter.
Danny menjelaskan lapisan kedua ini
dibangun di atas hamparan lapisan pasir setebal puluhan sentimeter,
kemungkinan berfungsi untuk peredam goncangan gempa. Perkiraan umur
Lapisan kedua adalah 7000 tahun, jauh lebih tua dari Piramida Giza di
Mesir.
Sedangkan lapisan 3 beradaa pada
kedalaman 5 sampai 10‐15 meter, yang juga disusun oleh batu‐batu kolom
yang sejenis tapi konfigurasi/desainnya berbeda.
Lapisan ketiga ini ditemukan berada di
bawah tanah timbunan berumur sekitar 10.000 tahun. Artinya, usia
konstruksi lebih tua lagi, dan ini konsisten dengan umur tanah diantara
batu‐batu kolomnya yang berkisar 11 – 25 ribu tahun. Akan tetapi, umur
yang lebih akurat memerlukan analisa lebih detil. Tetapi dapat
disimpulka, ketiga lapisan dengan tebal total 15 meteran ini, sepenuhnya
disusun oleh manusia.
Lapisan 4, berupa formasi batuan
alamiah, ditemukan pada kedalaman di bawah 15 meter berupa tubuh batuan
lava masif. Akan tetapi, dari konfigurasi dan geometri yang terlihat,
tubuh lava ini pun kemungkinan besar sudah dipahat dan dijadikan
monumen/bangunan pada masa yang lebih tua lagi.
Didalam tubuh lava terlihat ada
lorong‐lorongdan ruang‐ruang besar yang bentuknya terlihat tidak alamiah
lagi. Bentukanya sudah dimodifikasi.
Danny mengatakan, lapisan kedua sudah
dibuktikan keberadaannya oleh beberapa kotak gali arkeologi, sehingga
tidak ada keraguan sedikitpun sebagai lapisan bangunan karena sudah
menjadi data arkeologi.
Meskipun demikian masih perlu
dilakukan eskavasi lebih luas supaya Lapisan‐2 ini terlihat lebih nyata
oleh masyarakat luas sehingga tidak ada kontroversi lagi.
Sedangkan pada lapisan 3‐4 dan di
bawahnya juga perlu dikonfirmasi dengan eskavasi dalam agar menjadi
fakta nyata untuk masyarakat, tidak sebatas interpretasi data
geologi‐geofisika bawah permukaan saja. Sementara analisa umur‐umur
lapisan masih jauh dari sempurna dan perlu di re‐cek dan diverifikasi
lebih lanjut dengan analisis yang lebih detil.
Danny mengatakan, indikasi keberadaan
ruang bawah tanah ini, sangat istimewa. Temuan ini memberi harapan untuk
mendapatkan rahasia sejarah peradaban Nusantara yang hilang. Bisa jadi,
ada tinggalan berharga lainnya sehingga perlu dicari akses masuknya
dengan kehati‐hatian.
Ahli Geologi dari LIPI ini menegaskan,
Gunung Padang tidak bisa diteliti hanya oleh satu bidang
kebudayaan/arkeologi saja. Penelitian lanjutan harus oleh Tim Ahli
Multidisiplin yang dibantu secara lintas sektoral.
Gunung Padang berpotensi menjadi situs
zaman pra‐sejarah terpenting di dunia, yang menjadi saksi sejarah
timbul dan tenggelamnya peradaban sejak zaman es.
Keberadaan situs ini sekaligus
pembuktian terhadap hipotesis bahwa bencana katastrofi dapat me‐reset
populasi dan peradaban manusia seperti halnya bencana banjir Nabi Nuh
dalam Kitab‐kitab suci.
Atas alasan itu, penelitian Gunung
Padang sangat penting untuk dituntaskan dan dilanjutkan dengan tahap
pemugaran dan pengembangan kawasan sehingga dapat benar‐benar bermanfaat
untuk kemakmuran bangsa dan negara.
“Diharapkan, temuan di Gunung Padang
menjadi awal untuk penelitian dan temuan‐temuan besar lainnya dalam
rangka mengungkap kejayaan dan jati diri serta membangun karakter bangsa
yang lebih kuat,” tandas Danny.
Sumber:
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=53471-4-Tahun-Perjalanan-Tim-Terpadu-Riset-Mandiri
No comments:
Post a Comment